Lily berbaring di antara rumput ilalang yang tumbuh di tepi jalan, pandangan gadis itu tertuju pada ketiga pria yang saling berkomunikasi menggunakan bahasa asing yang sama sekali tidak ia mengerti.
Setelah cukup lama, percakapan itu akhirnya berakhir, kedua pria yang sempat pergi menggunakan mobil kini naik ke dalam truk, dan tanpa kata pamit truk itu langsung berjalan. Meninggalkan debu pasir yang menghalangi pandangan. Pria yang setengah jam lalu meminta agar Lily bersembunyi menoleh ke arah gadis itu. Ia mengangkat salah satu tangannya ke atas, memberi aba-aba kepada Lily kalau dirinya sudah bisa keluar.
Lily menurut, ia bangkit dari posisinya lalu berjalan menuju jalan, pandangannya terus menatap wajah pria yang sekarang juga tengah menatap dirinya.
"Ada apa, sepertinya kau mencurigaiku...?" Pria itu berjalan mendekati Lily.
Lily memundurkan langkah bersamaan dengan majunya langkah pria asing di depannya tersebut, "k,kau salah satu dari mereka, 'kan?" tanya Lily waspada. Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Lily berhasil membuat pria itu menghentikan langkahnya.
"Salah satu, apa maksudmu?" nada bicara pria itu terdengar tenang, ekspresi serupa juga terpasang di wajahnya, dan itu membuat Lily kewalahan untuk menebak apa yang saat ini pria itu pikirkan.
"K,kau mengerti bahasa mereka... K,kalian pasti bekerja sama, iya kan?"
Selama beberapa detik, pria itu terdiam, membiarkan pertanyaan yang di utarakan Lily menggantung tanpa jawaban, "dari mana asalmu?" tanya pria itu kemudian, "apa kau tidak bisa berbahasa latin?"
Lily tetap tak menjawab, keadaan menjadi senyap, Lily mematung di tempatnya berdiri. Begitu pula pria yang berada di depannya dengan jarak, "...baiklah, aku tahu pasti sulit rasanya untuk percaya pada orang asing apalagi di tempat seperti ini." Pria itu berjalan menuju mobil, membuka pintunya lalu mengeluarkan sebotol air mineral berukuran besar.
Ia berjalan menuju letak Lily berada, berhenti di depan gadis itu lalu mengajukan air mineral ke hadapan Lily, "ini... Mereka meninggalkan satu botol untukku, kau lebih membutuhkannya jadi ambil saja, kalau kau tidak ingin ikut denganku silakan... Itu hakmu, jarak dari tempat ini ke Kota cukup jauh, kau hanya perlu berjalan ke arah tempatmu datang."
Lily tak menjawab, ia menatap wajah pria di depannya dengan lekat, menyelami retina abu milik pria itu. Karena tak kunjung di ambil, pria itu akhirnya menarik uluran tangannya, "baiklah... Selamat tinggal, aku harap kau selamat di perjalanan." Pria asing itu berbalik, meninggalkan Lily yang masih mematung di tempatnya.
"T,tunggu Oris!"
Seketika, langkah pria itu berhenti, lekas ia membawa langkahnya untuk menemui Lily, "apa katamu? Oris?" ucapnya dengan nada tinggi, sangat berbeda dari sebelumnya.
"N,nama itu, nama itu terukir di tanganmu j,ja---"
"Namaku bukan Oris..." Potong pria itu pada kalimat Lily, "aku Arcylic." Lanjutnya.
Lily menatap wajah pria yang baru saja mengenalkan diri sebagai Arcylic padanya, "m,maaf aku kira namamu Oris... Maafkan aku." Ucap Lily pelan.
Arcy tak langsung menjawab, ia menyibak lengan kemejanya, membuat tato dengan tulisan 'Oris' di lengan kanannya itu terlihat jelas, "Oris itu nama adikku, dia sudah meninggal..." Jelas Arcy singkat, setelah berkata seperti itu ia kemudian kembali menurunkan lengan kemeja yang di pakainya, pria itu kembali menatap Lily.
"Ma,maaf..." Lily kembali meminta maaf.
"Tak masalah," Arcy kembali mengarahkan air mineral yang di pegangnya kepada Lily, "ini... Ambillah, cuaca panas, kalau kau tak ingin ikut bersamaku... Maka air ini akan sangat membantumu." Lanjutnya dengan nada yang kembali tenang seperti sebelumnya.
Lily tak langsung menjawab, ia mengangkat kedua tangannya yang terkekang oleh borgol, "terimakasih niat baiknya Arcy, tapi kedua tanganku terborgol air itu tidak akan berguna..." Ucapnya sambil tersenyum kecil, "apa boleh, aku ikut bersamamu saja?"
Arcy tersenyum, "tentu..."
TMA!
Mobil yang di tumpangi Lily memasuki sebuah halaman rumah cukup besar, di halaman rumah tersebut terdapat beberapa patung yang menyerupai manusia, Arcylic mematikan mesin mobilnya.
"Ayo..." Ucap Arcylic sambil membuka pintu mobil, Lily melakukan hal yang sama beberapa detik kemudian, untuk sejenak Lily terdiam di tempatnya, gadis itu mengamati patung-patung berbentuk manusia utuh yang berada tak jauh darinya.
"Arcy... Kau yang buat semua ini?" tanya Lily pada Arcylic yang kini telah berada di anak tangga teras.
"Ya, aku... Memangnya kenapa?"
Jawaban Arcylic berhasil membuat Lily tersenyum, "cantik... Mereka semua cantik." Jawab Lily, ia berjalan menuju sebuah patung yang berada paling dekat dengannya.
"Benarkah?" Arcylic kembali turun, ia berjalan mendekati sosok Lily, gadis itu mengangguk, ia membawa pandangannya untuk menatap wajah Arcylic, "ya... Kau hebat." Puji Lily.
Arcylic mengangguk pelan, ia menatap wajah Lily yang sedang mengagumi patung di dekatnya dengan saksama, "tapi aku rasa, kau akan lebih cantik dari mereka jika di ubah menjadi patung..." Ucap Arcylic dengan sorot mata yang kosong.
Perkataan Arcylic barusan berhasil membuat Lily sontak menoleh ke arahnya, "a,apa katamu?" ulangnya memastikan.
Arcylic tak menjawab, ia hanya tersenyum tanpa sepatah katapun, "ayo masuk... Aku akan coba membuka kunci borgol pada tanganmu."
TMA!
Sinar rembulan yang bersinar cukup terang malam itu seolah menjadi saksi atas pembongkaran mayat dari dalam truk besar, dua orang laki-laki mengangkat satu persatu jasad yang mereka muat di dalam truk ke dalam sebuah rumah berukuran kecil.
Mayat-mayat itu mereka baringkan di sebuah ruangan lapang tanpa ada barang satupun di dalamnya.
"Itu yang terakhir?" seorang pria yang duduk di atas kursi sambil memegang sebuah buku menatap kedua pria di depannya.
"Ya Arcy..." Jawab salah satunya, mendengar jawaban tersebut membuat Arcylic menghela nafas, ia bangkit dari kursi yang di dudukinya, "baiklah... Kerja bagus Thomas, Luke, aku akan menghantarkan bayarannya minggu ini." Ucap Arcylic, ia tersenyum simpul.
Pria bernama Thomas dan Luke itu tersenyum, "baik Arcy... Kalau begitu kami permisi."
"Tunggu Luke!" Arcylic membungkuk, mengangkat tangan seorang mayat wanita yang berada di dekatnya, "bisa kalian siapkan satu bahan hidup lagi untuk minggu ini? aku akan tambahkan biayanya kalau kalian bersedia..."
"Bahan hidup?" ulang Thomas.
Arcylic kembali bangkit, "hm, seperti Lily..."
"Memangnya ada apa dengan Lily? apa dia tidak sesuai?" Luke mengajukan pertanyaan.
"Tidak, bukan begitu... Mata gadis bernama Lily itu terlalu cantik, seharusnya sebelum menghantarkannya padaku, kalian bunuh dulu dia." Jawab Arcylic.
Untuk sesaat, Thomas dan Luke saling pandang, mereka tak menjawab.
"Ada apa, kalian tidak bersedia?" Arcylic menatap keduanya dengan lekat, menyadari hal itu membuat Thomas dan Luke terlihat gelagapan, "t,tentu saja Arcy... Kami akan sediakan satu lagi untuk minggu ini." Jawab Thomas terburu-buru.
Arcylic tersenyum, "Terimakasih Thom, kau memang temanku..."
THAT MAN ARCY!
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...