Suara pintu kayu yang di buka secara perlahan itu berdecit pelan, madam Khiel masuk ke dalam sebuah ruangan dingin yang hanya mengharapkan cahaya beberapa lentera untuk sumber pencahayaannya.
Langkah wanita tua itu menuju ke sebuah ranjang besar yang di atasnya terdapat seorang laki-laki dengan setelan jas rapi yang terbaring kaku. Wajah pucatnya yang tampak tenang untuk sesaat menjadi pusat perhatian madam Khiel, ia menaruh ember berisi air hangat ke atas kasur, lalu memasukkan handuk kecil ke dalamnya. Dengan telaten, wanita renta itu menyeka wajah mayat yang terbaring di depannya.
Itu, sudah menjadi pekerjaannya setiap minggu. Menuruti kemauan gila Arcylic untuk membersihkan mayat Oris yang sudah cukup lama ia awetkan.
Setelah selesai mengelap setiap lekuk wajah Oris, madam Khiel lalu berdiri, ia menurunkan ember dari atas ranjang ke bawah, ganti memunguti kelopak demi kelopak bunga mawar yang seminggu lalu ia tabur ke atas tubuh Oris, menggantinya dengan kelopak mawar yang baru. Setelah tugasnya selesai, madam Khiel langsung keluar tanpa melakukan hal lain.
Ia berjalan menuju ruangan di samping tempat di mana Lily tertidur, wanita itu berdiri menempelkan wajah dan tanganya ke tembok, "...Azalea." Panggilnya tertahan, madam Khiel jelas tahu kalau anak gadisnya yang di kubur hidup-hidup di belakang tembok itu mungkin sudah tidak bernyawa lagi. Apalagi ini sudah memasuki hari ketiga, siapa yang mampu bertahan berada di ruangan pengap, gelap, sempit, dan tanpa adanya udara yang keluar masuk seperti yang di alami Azalea.
Madam Khiel terdiam, pandangannya menatap lurus dengan kosong, air mata membasahi pipi keriputnya.
TMA!
Kaki kecil Lily melangkah pelan, menyusuri rumah yang kini menjadi tempat tinggal barunya, daripada mengamati ruang demi ruang di dalam rumah itu, Lily lebih ke mencari sosok Arcylic yang sedari tadi pagi tak ia temukan sosoknya setelah berpamitan untuk pergi sebentar.
Bibir Lily mencebik sebal, pasalnya ia sudah mencari ke seluruh ruangan, tapi sosok Arcylic atau madam Khiel sekalipun tak dapat ia temukan.
"...Arcy?" panggil Lily sambil terus mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, saat ini ia berada di ruang depan yang cukup besar, ruangan yang menjadikan kayu mahoni sebagai lantainya itu tampak begitu lapang, hanya ada satu set sofa di pojok ruangan beserta beberapa lukisan eropa yang menggantung di tembok.
"Ar---" pandangan Lily mengunci sosok Arcylic yang baru keluar dari sebuah ruangan, penampakan Arcylic yang saat ini hanya menggunakan bathrobe serta handuk yang ia gosokkan pelan ke rambut abunya itu berhasil membuat Lily mematung.
Arcylic mendelik ke arah Lily yang masih terdiam di tempatnya berdiri, jarak mereka terpaut cukup jauh.
"...ada apa?" tanya Arcylic, ia menghentikan gosokan handuk dari rambutnya. Ia membawa langkah untuk menghampiri sosok Lily yang terus menatapnya dengan lekat.
"...Lily?" ucap Arcylic setelah dekat, rambut abu yang biasa tersisir rapi ke belakang sekarang turun ke bawah, helainya menutupi dahi Arcylic, dan pemandangan itu, begitu menghibur mata Lily.
"...kau, kau tampan sekali Arcy." Gumam Lily tanpa berkedip, Arcylic sama sekali tak bereaksi akan perkataannya. Pria itu masih tetap dengan posisinya saat ini, yaitu berdiri sambil terus menatap wajah Lily.
Berselang beberapa detik, Lily tersadar, dengan lekas gadis itu menutup mulutnya lalu berputar ke belakang, "ma,maksudku---"
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...