Malam menyelimuti langit, angin yang berembus menggoyang daun mengeluarkan bunyi khas yang terdengar menyeramkan kala itu, Arcy berdiri di tepian sungai seraya melihat beberapa pria paruh baya yang sedang bergurau di atas perahu-perahu milik mereka. Pria itu menunggu kedatangan Luke dan Thomas yang membawa Lily kepadanya, tak jarang, embusan angin menghempas rambut abu-abunya.
"Hei, anak muda ..."
Seketika Arcy menarik matanya dari depan, ganti menoleh seorang pria yang datang sambil tersenyum ke arahnya, "ternyata memang kau. Aku kira aku salah lihat," lanjut pria tersebut.
Untuk sejenak, Arcy tak menjawab. Ia memperhatikan wajah setengah keriput milik pria asing di dekatnya dengan saksama, "jadi, kau memutuskan untuk kembali pada wanitamu?" Pria tua itu kembali mengajukan pertanyaan meski dua pertanyaan sebelumnya belum Arcy jawab sama sekali.
"Hm, begitulah ..." Jawab Arcy, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "kau ingin bekerja?" lanjut Arcy pada kalimatnya. Pria tua tersebut tersenyum, "tidak, aku hanya keluar mencari angin. Aku bertengkar pada anakku sore ini, jadi aku keluar untuk menenangkan diri ..." Jawabnya.
"Itu sebabnya wajahmu lebam?" tanya Arcy segera setelah kalimat yang disebutkan pria di dekatnya selesai.
Pria tua itu tak menjawab, ia sempat terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya tertawa kecil, "tempramennya memang tidak begitu baik kalau sedang kesal ..."
"Baiklah kalau begitu," respons Arcy, ia kembali membawa pandangannya ke depan.
"Sebentar lagi pukul delapan, penyebrangan akan segera sepi. Kau akan tetap di sini?" pria tua itu mengajukan pertanyaan, Arcy tak langsung menjawab ia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, "... Kau sendiri?" ucapnya ikut bertanya, "bagaimana?"
"Rumahku di dekat sini, aku bisa pulang kapanpun, tapi kau kan tidak begitu ..." Pria tua itu memberikan jawaban segera, Arcy tak lagi menjawab, ia terus memusatkan pandangannya ke depan, menatap perahu-perahu yang mulai di tinggalkan pemiliknya untuk naik ke daratan.
"Aku menunggu seseorang ... Kalau kau ingin pulang, pulanglah."
Pria tua itu mengangguk, "setidaknya beritahu aku namamu, daripada di sisa hidupku aku akan terus mengingatmu sebagai pria bermata sedih." Perlahan Arcy kembali menoleh pria tua di belakangnya, "aku sama sekali tidak bersedih, lagipula ini bukan mataku ..."
"Aku tahu, warna rambutmu juga tidak asli, itu sebabnya aku kemarin mengatakan kalau kau sudah biasa hidup dalam kebohongan." Arcy tak menjawab, ia kembali membawa pandangannya ke arah sungai besar di depannya, "mata itu, milik pria yang kau bawa dalam tas contrabass kemarin, kan?"
Mendengar pertanyaan yang di keluarkan pria di belakangnya membuat Arcy tersenyum miring, "sudah kuduga kalau kau mengintip isi tas itu ..." Arcy memutar tubuhnya untuk menghadap ke belakang, ia mengeluarkan kedua tangannya dari dalam saku lalu berdiri persis di hadapan pria yang tingginya jauh lebih rendah darinya.
"Jadi apa sekarang? apa kau ingin mengancamku dengan mayat itu?" tanya Arcy.
Mendengar pertanyaan Arcy membuat pria itu tertawa, "apa maksudmu? kenapa aku harus mengancammu dengan mayat itu? kau dan mayat dalam tas itu sama sekali tidak ada hubungannya denganku," pria itu menjawab, ia menghentikan tawanya lalu menghela nafas seraya balik menatap mata Arcy.
"Di saat-saat tertentu, aku kadang berpikir untuk mengakhiri hidup, karena merasa kesepian. Tapi setelah bertemu denganmu, aku merasa kalau aku tidak cukup kesepian untuk itu," lanjut pria itu pada kalimatnya.
"Tahu apa kau tentangku? aku tidak pernah merasa kesepian,"
Suara kekehan terdengar, pria tua di depan Arcy menggeleng pelan, "kau akan benar-benar kehilangan dirimu yang sebenarnya jika kau terus bersikap seperti ini, anak muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Misterio / SuspensoPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...