TMA! 31

8.7K 1.1K 188
                                    

Aku pikir, lagunya Jungkook yang paper heart cocok buat eps ini :)

Kaki Arcy melangkah dengan senyap, ia masuk ke dalam tempat Lily berada. Menatap dari kejauhan keadaan gadis itu. Lily yang tampak tertidur sambil memeluk kedua lututnya membuat Arcy bungkam. Lampu yang menggantung di atas kerangkengnya membuat Arcy cukup jelas melihat sosoknya.

Setelah menghela nafas dalam, Arcy berjalan masuk, berdiri tepat di depan pintu jeruji besi yang mengurung Lily, "... Lily?"

Secara perlahan Lily mengangkat kepalanya, wajah gadis itu segera dihiasi senyum saat melihat sosok Arcy berada di hadapannya, "Arcy ..." Balasnya.

"Pintunya tidak terkunci, kenapa kau tidak keluar?"

Lily melebarkan senyum, "kau tidak menyuruhku untuk keluar dari sini, jadi aku---"

"Hentikan." Potong Arcy cepat, "berhenti bertingkah seolah aku ini adalah pemilikmu, atau aku akan membunuhmu!" mata Arcy berkilat tajam, ia menatap Lily dengan tatapan intimidasi, membuat gadis itu tak lagi melanjutkan kalimatnya, "keluarlah, kita makan siang ..." Tanpa menunggu jawaban Lily, Arcy langsung melenggang keluar, Lily tak menjawab, namun tak urung ia menurut. Dengan diam ia berjalan keluar, membawa tubuhnya untuk menaiki anak-anak tangga.

"... Arcy, apa kau ada masalah?" pertanyaan Lily membuat langkah Arcy terhenti, ia menoleh kebelakang saat mendengar pertanyaan gadis tersebut.

"Apa maksudmu?"

Lily tersenyum sungkan, "kau terasa berbeda dari biasanya, aku merasa ... Kita, kita jadi orang asing." Lily menundukkan kepalanya sesaat setelah menyelesaikan kalimat miliknya, "maaf jika aku sudah merepotkanmu ... Kalau kau ingin aku pergi, maka---"

"Aku sudah menyuruhmu pergi waktu itu." Lagi-lagi Arcy memotong kalimat Lily.

"Waktu itu, kau belum seperti ini jadi aku pikir kau tidak sungguh-sungguh. Tapi sekarang, kau jadi dingin, dan aku benar-benar merasa membebanimu."

Hening.

Arcy tak menjawab perkataan Lily, berselang beberapa detik, ia membawa langkahnya untuk mendekati gadis itu, "angkat wajahmu, lihat aku lalu katakan lagi, apa kau benar-benar akan pergi jika aku mengusirmu?"

Lily mengangkat kepalanya, namun tak berani menatap wajah Arcy, "tatap aku!"

Lily tak menjawab, matanya berkaca. Tak berselang lama, gadis itu langsung memeluk Arcy lalu menangis begitu saja, "aku, aku, aku tidak bisa ..." Ucapnya sambil menangis, Arcy mematung, sama sekali tidak membalas pelukan Lily, ia hanya membiarkan Lily terus memeluknya tanpa perlawanan.

"... Lily, aku akan membunuhmu," gumam Arcy datar, namun ia yakin gadis yang saat ini masih memeluknya sambil menangis itu dapat mendengar dengan jelas.

Lily mengangkat kepalanya, menatap Arcy dengan air mata yang masih mengalir, "silakan, silakan saja, lebih baik begitu daripada memintaku untuk pergi ..."

Arcy tak menjawab, membuat keadaan menjadi senyap selama beberapa detik, "aku menci---akh!" mata Lily membesar saat merasakan sesuatu menembus perut sisi kanannya, gadis itu tersenyum tak percaya pada wajah dingin Arcy.

"K,kau benar-benar membunuhku, Arcy ..." Lily melepas pelukannya lalu terhuyung kebelakang, tangan kanannya memegangi lubang peluru di perutnya yang mengeluarkan darah, membuat dress yang ia kenakan perlahan berubah warna. Arcy tak berkutik, yang bergerak turun hanya tangannya yang memegang pistol dengan alat peredam.

Lily tertawa miris, ia terduduk di atas lantai koridor, "Wa,Warren bilang kalau kau mungkin saja mem,membunuhku jika aku kembali lagi, aku ... Aku pikir dia bohong," racau Lily, air matanya terus jatuh, "Arcy ..." Panggilnya kemudian, ia mendongak untuk menempatkan pandangannya tepat pada letak mata Arcy, "sejak pertama kita bertemu, aku, aku selalu penasaran, apa kau juga menyukaiku walau hanya sedikit?"

"Ya," sahut Arcy, "aku menyukaimu Lily ... Aku--- tidak, aku bukan menyukaimu, tapi aku sudah mencintaimu." Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, Arcy melepas pistol dari tangannya lalu  langsung memutar langkah untuk berjalan menjauh.

"Ayo hentikan saja Arcy, orang-orang yang membunuh ayah hanya tersisa madam Khiel dan suaminya saja, sekarang bukankah sudah saatnya kau memulai kehidupan baru ..."

"Kehidupan baru, apa maksudmu Oris?"

"Menikahi seseorang yang mencintaimu ..." Suara percakapannya bersama Oris empat tahun lalu memenuhi kepala Arcy, ia terus berjalan menjauhi sosok Lily.

"Omong kosong, memangnya siapa yang akan mencintaiku selain kau, Oris? lagipula ayah melarang kita, terutama aku untuk menikahi wanita ..."

"Kau akan menemukannya Arcy, begitu pula aku, Omar, dan Malik. Kita akan pergi dari sini begitu hari itu tiba."

Langkah Arcy terhenti, ia memegang dada tempat dimana jantungnya berada. Mata pria itu berkaca, otaknya memutar wajah Lily yang tersenyum kagum setiap kali mereka bertatapan. Berselang beberapa saat Arcy lalu memutar kembali langkahnya, menghampiri sosok Lily yang bibirnya mulai memucat, ia menyenderkan tubuhnya ke tembok, mata sayu gadis itu menatap Arcy yang sedang berjalan menuju dirinya.

Meski samar, ia coba tersenyum, "A,Arcy ..." Panggilnya.

Arcy tak menjawab, ia menghentikan langkahnya tepat di samping Lily berada, Lily mendongak, menatap wajah Arcy yang tengah memasang raut wajah yang tak bisa ia artikan, tak ada dialog diantara mereka.

Cukup lama seperti itu sampai akhirnya Arcy berjongkok, menatap wajah Lily dari jarak yang sangat dekat, Lily tersenyum, "k,kau mau apa?" ucapnya dengan nada yang samar.

Arcy tak menjawab, ia terus mendekatkan wajahnya ke wajah Lily, hingga bibirnya menyentuh bibir Lily, tindakan yang berhasil membuat Lily mematung dan melupakan rasa sakitnya sejenak.

"... Jika kau tidak mati hari ini, apa kau mau menikahiku, Lily?" Arcy menarik kepalanya, memberi sedikit ruang agar mereka bisa saling bertatapan.

Lily tak menjawab, hanya air mata yang menghiasi wajah gadis itu, "jika kau menjawab iya, maka aku akan menciummu dengan benar."

Lily tertawa kecil dengan nada miris saat mendengar perkataan Arcy, "ap, apa gunanya Arcy ... Cepat atau lambat, aku, aku akan mati, bukan? sa,saat ini aku sudah mulai ke,kehilangan kesadaran. Otot-ototku s,sudah melemah ..."

Arcy tak lagi menjawab, ia segera mengangkat tubuh Lily lalu berjalan tergesa menuju teras, melihat perilaku Arcy membuat Lily tersenyum miring, "k,kau, kau memang aneh Arcy ... Sa,sangat aneh," gumam Lily lalu memejamkan matanya, wajahnya yang penuh keringat dingin membuktikan kalau sedari tadi, ia menahan rasa sakit. Arcy membaringkan tubuh Lily di kursi belakang lalu segera pergi menuju Kota.

TMA!

Luke dan Thomas segera keluar rumah saat mengetahui kedatangan Arcy, pria dengan rambut abu itu mengangkat tubuh kecil Lily untuk masuk ke dalam rumah.

"Selamatkan dia!" ucap Arcy dengan nada panik, ia membaringkan tubuh Lily yang berlumur darah ke atas sofa, seorang Dokter yang ia minta dari Luke dan Thomas menghampiri Lily, segera melakukan pemeriksaan.

"Aku tidak yakin apa dia masih hidup, aku tak bisa merasakan denyut nadinya ..." Ucap Dokter tersebut sambil memegang pergelangan tangan Lily.

"Aku bunuh kau jika tidak bisa membuat Lily sadar!"

THAT MAN ARCY!
To be continue ...

Tck, tck, sinting ya anda wahai Arcy?

THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang