Ranting kering yang berserakan di bawah telapak kaki Lily menimbulkan suara kala gadis itu melangkahkan kakinya. Dengan wajah bingung, Lily tak henti menatap sekeliling, tanah lapang yang saat ini ia pijaki adalah tempat asing.
Mata Lily terus meliar, ia masih mengedarkan pandangan. Berharap menemukan sosok orang lain di sana, namun sejauh apa pun gadis itu mencoba merentangkan pandangannya, ia tetap tak bisa menemukan siapa pun.
Brugh!
Sebuah suara hantaman keras seketika menarik perhatian Lily, ia membawa pandangannya ke belakang. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seorang laki-laki yang baru saja memukul kepala seorang wanita, melihat kepala wanita yang tergeletak di atas tanah itu sudah remuk membuat Lily sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan. Mata gadis itu membesar dengan pupil yang bergetar takut.
Selama beberapa saat, pria yang memegang sebuah balok itu tak bergerak, begitu pula Lily, ia terlalu takut bahkan hanya untuk bernafas sekali pun, sampai akhirnya salah satu tangan pria yang saat ini berdiri membelakangi dirinya itu bergerak, membuka kain putih yang menutupi wajahnya, pria itu kemudian menggerakkan kakinya untuk menghadap tubuh Lily.
Jantung Lily semakin berdetak kencang saat mengetahui wajah dari pria tersebut.
"Bangunlah Lily..."
TMA!
Lily menarik nafas panjang bersamaan dengan matanya yang terbuka, keringat dingin serta nafas yang memburu menemani dirinya, ia menatap ke atas, dek putih yang terpasang di ruangan tempatnya berada itu menyadarkan Lily kalau kejadian yang tadi ia lihat hanyalah mimpi belaka.
"Arcy?" gumamnya kemudian.
"Hm..."
Lily mengarahkan matanya ke samping untuk menoleh sumber suara yang baru saja ia dengar, "...Arcy, kau di sini?" ia bangkit dari posisi tidurnya, gadis itu duduk di tepian ranjang masih sesekali mengatur nafas.
Arcylic tak langsung menjawab, ia menatap wajah Lily yang berkeringat dingin dengan saksama, "ya, hari sudah pagi, tidak baik jika kau masih tertidur di saat matahari sudah mulai naik." Ucap Arcy, ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah lipatan sapu tangan berwarna biru pudar dari dalam sana, "kau berkeringat dingin, apa kau mimpi buruk?" Arcylic mengajukan sapu tangan yang di pegangnya ke arah Lily.
"Terimakasih..." tanpa bantahan Lily menerima sapu tangan tersebut lalu mengelap dahinya, "maaf jika aku membuatmu repot karena harus membangunkanku..."
"Tidak masalah," jawab Arcylic langsung, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, "kau lapar?" lanjutnya.
Pertanyaan Arcy membuat Lily terdiam, tangannya berhenti mengelap keringat, kepala gadis itu menggeleng pelan, "tidak... Aku tidak pernah lapar di jam pagi." Jawabnya, Lily mendongak, menatap wajah yang tampak begitu indah dari tempatnya berada sekarang, "Arcy...?" lanjut Lily ragu, ia meremas ekor dressnya pelan.
"Apa, apa boleh bawa aku berkeliling?"
"Berkeliling?" ulang Arcylic.
Lily mengangguk, "sebentar saja, entah kenapa aku ingin tahu setiap ruang di rumah ini sebelum aku pergi..." Lily tersenyum canggung.
"Sebelum kau pergi? kau tidak ingin tinggal di sini?" Arcylic membalas pandangan Lily, retina abu miliknya menyelami mata cokelat yang selalu memandangnya dengan penuh kepolosan tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...