Hening menghampiri Lily dan Arcylic, suara jangkrik yang mengalun tak henti serta suara gemuruh angin malam yang berhembus menerpa daun-daun pohon yang berada di seberang danau memenuhi telinga Lily. Gadis itu terpaku karena perkataan yang di ucapkan Arcylic padanya.
"Kau tidak akan peduli?" tanyanya pelan.
"Hm," jawab Arcylic langsung, "ayo pulang." Lanjutnya lalu memutar langkah, tanpa menunggu Lily, ia masuk ke dalam mobil. Lily masih terdiam di tempatnya selama beberapa detik sebelum akhirnya menyusul masuk. Mobil kembali di jalankan tanpa adanya dialog di antara mereka.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu di perjalanan, mobil Arcylic akhirnya sampai di halaman rumahnya. Tempat yang lebih terlihat seperti kastil di malam hari itu tampak begitu sepi. Lily langsung meraih gagang pintu mobil begitu mesin di matikan Arcylic, ia ingin segera pergi dari suasana canggung dirinya dengan Arcylic.
"Lily..."
Lily membekukan tangannya yang hendak membuka pintu mobil saat suara Arcylic mengalun di telinganya, gadis itu tak menjawab.
"Boleh ikut aku sebentar?" Arcylic kembali bersuara, pertanyaan yang terucap oleh lisannya berhasil membuat Lily mengarahkan pandangan matanya ke samping, "kemana?"
Arcylic tak menjawab, ia membuka pintu lalu keluar dari mobil. Lily yang tak mendapat jawaban atas pertanyaannya lantas melakukan hal yang sama. Ia ikut keluar dari mobil lalu menghampiri sosok Arcylic yang berjalan masuk ke dalam rumah.
Lily mengikuti arah langkah yang di tuju Arcylic, pria itu membuka pintu, anak tangga yang tersusun ke bawah segera menyambut mata Lily saat tangan Arcylic bergerak untuk membuka pintu.
"Ruang bawah tanah?" Lily mengucap pertanyaan.
"Ya, ayo..." Jawab Arcylic sembari melangkah turun, Lily terdiam di tempatnya, "t,tapi apa yang akan kita lakukan di sana?"
"Aku akan memberikanmu penjelasan tentang apa yang terjadi di tempat pelelangan tadi." Arcylic tak menoleh, ia terus turun ke bawah, Lily menyusul tak lama kemudian. Mata gadis itu memperhatikan setiap anak tangga yang ia pijak, sampai akhirnya dirinya tiba di anak tangga paling bawah. Lantai semen menyambut kaki Lily yang terbalut sepasang sepatu tanpa hak. Mata gadis itu menatap sekeliling, tangga yang membawa dirinya dan Arcylic ke bawah itu tersambung langsung ke koridor panjang. Namun sejauh apapun mata Lily meliar, penglihatannya hanya berhasil menemukan dua pintu. Satu pintu berada tak jauh dari tempatnya berada, dan satu pintu lain berada sekitar sepuluh meter.
Perhatian Lily kembali fokus pada sosok Arcylic saat pria itu membuka pintu yang berada tak jauh darinya, Lily membawa kakinya mendekat. Bau tidak sedap segera menyerang hidungnya begitu pintu itu di buka, sontak Lily menutup hidung, "bau apa ini Arcy?" ekspresi wajah Lily jelas tampak terganggu.
Arcylic tak menjawab, pria itu berjalan masuk ia membuka sebuah laci untuk mengambil selembar masker dari dalam sana, "pakai ini jika kau tidak tahan baunya."
Lily melangkah masuk, ia menerima masker medis yang di ajukan Arcylic padanya, "ini, tempatmu membuat patung?" tanya Lily seraya menatap ruangan besar di hadapannya.
”hm," Arcylic membawa langkahnya untuk mendekati sebuah patung yang belum kering sepenuhnya, "bau yang kau cium berasal dari patung ini... Aku baru membuatnya dua hari yang lalu, jadi ini belum kering sepenuhnya." Jelas Arcylic singkat, tangannya bergerak untuk menjangkau remot kecil dari atas meja untuk menghidupkan layar proyektor.
Mata Lily menatap layar yang saat ini memantulkan foto dirinya, "ini aku?" tanya Lily pelan, matanya kembali menatap patung semen yang berada di bawah lampu gantung.
"Ya, itu kau... Patung itu aku beri nama Lily, karena aku membuatnya berdasarkan fotomu." Jawab Arcylic.
"Jadi, Lily yang kau maksud di tempat pelelangan tadi itu bukan aku?"
Mendengar pertanyaan Lily membuat Arcylic tersenyum, "tentu saja bukan, itu tempat pelelangan patung, bukan manusia Lily."
”kenapa kau tidak katakan sejak awal Arcy? k,kalau aku tahu, aku tidak mungkin menamparmu." Mata Lily berkaca, ia menatap wajah Arcylic dengan tatapan bersalah, "maaf, maafkan aku..."
Arcylic melebarkan senyumannya, "tidak masalah, kau tidak mengerti apa yang aku bicarakan jadi itu bukan salahmu." Ia mematikan layar proyektor lalu menatap Lily, jarak mereka terhalang patung yang berada di tengah ruangan.
"Tapi, aku sudah---"
"Lain kali, kau tidak boleh seperti itu lagi." Potong Arcylic pada kalimat Lily.
Lily terdiam, ia memilih tak melanjutkan kalimatnya, "maaf." Gumamnya kemudian. Arcylic tak merespons, ia menatap patung di hadapannya selama beberapa detik sebelum akhirnya membuka mulut.
"Sudah malam, ayo naik ke atas." Ucap Arcylic lalu melenggang. Tanpa menjawab Lily mengikuti langkah Arcylic. Mereka menaiki tangga dengan senyap.
Nguuuuuuuuuung...
Suara dengungan yang tiba-tiba terdengar memenuhi ruangan membuat telinga Lily berdesing, segera ia menutup kedua telinganya.
Arcylic menoleh ke arah Lily sejenak lalu berjalan menuju dapur dan tak lama kemudian, bunyi itu berhenti. Lily melepas kedua tangannya, telinganya masih berdengung selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali normal. Dari arah belakang, Arcylic kembali muncul.
"Masuklah ke kamarmu Lily, malam semakin larut." Ucap Arcylic seraya mendekati sosok Lily.
"Bunyi apa itu tadi Arcy?"
"Bukan apa-apa, aku memasang beberapa perangkap beruang di sekitar hutan, mungkin ada sesuatu yang masuk ke sana." Jawab Arcylic, "tidurlah, kita akan mengeceknya besok pagi."
Lily mengangguk, " baiklah selamat malam..."
"Malam." Respons Arcylic singkat. Lily bergerak pergi meninggalkan sosok Arcylic yang mematung di tempatnya berdiri, pandangan pria itu terus tertuju pada Lily yang kini sudah membuka pintu kamarnya di ujung koridor. Setelah memastikan kalau Lily sudah masuk ke kamar, Arcylic kembali membuka pintu menuju ruang bawah tanah, dengan sedikit terburu-buru, ia membuka pintu yang berada di ujung, masuk ke sana lalu menghentikan langkah tepat di depan sebuah sel yang kosong.
"James..."
TMA!
James memekik tertahan saat kaki sebelah kanannya menginjak sebuah perangkap beruang yang terpasang di antara daun-daun kering di tengah hutan. Madam Khiel, yang saat ini mencoba melepas kaki anak laki-lakinya dari perangkap yang menggigit pergelangan kaki James itu tampak menangis.
"Tolong tahan sebentar James, ibu akan melepasnya..."
"Butuh bantuan?"
Seketika tindakan madam Khiel terhenti saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Sebuah senter menyala dari arah belakang James, mata madam Khiel menoleh ke sana, begitu pula James.
"A,Arcy?!" ucap James gugup.
Arcylic tak menjawab, ia mengangkat sebuah pistol di tangan kanannya, lalu mengarahkan pistol tersebut ke kepala James.
"Tolong Arcy, kau boleh lakukan apa saja padaku, tapi aku mohon... Jangan James, biarkan dia bebas, apa yang terjadi pada keluargamu di masalalu, tidak ada kaitannya dengan James. Anak ini tidak bersalah, biarkan dia pergi... Aku mohon." Madam Khiel memelas.
Arcylic tak menjawab, berselang beberapa detik, bunyi tembakan keras mengejutkan seisi hutan. Tubuh James tumbang begitu saja, tembakan di kepalanya membuat pria itu mati seketika.
Madam Khiel yang tidak percaya dengan apa yang barusaja ia lihat tercengang. Air mata keluar dari kedua matanya, "A,Arcy..." gumamnya pelan.
"Aku tidak suka kau berbicara tentang masalalu madam Khiel, pembicaraan itu membuatku ingin membunuhmu." Ucap Arcylic berdesis, tak lama kemudian suara tembakan kembali menggema.
THAT MAN ARCY!
To be continue...Mulai ga jelas :v

![](https://img.wattpad.com/cover/237887046-288-k204629.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...