Epilog

15.3K 1.1K 323
                                    

8 bulan kemudian.

Seorang pria turun dari sebuah mobil, rambut hitam dengan setelan jas senada  menyeruakkan aura misterius dari dalam dirinya. Kakinya menginjak hamparan karpet merah, dua bodyguard berbadan tegap mengawal langkahnya.

Seulas senyum ramah mengukir di wajah pria itu, ia berjalan santai mengikuti alur karpet yang terhubung ke pintu gedung. Suara ramai terdengar dari segala arah, kilat lampu kamera menyambar dari segala sisi, hendak memotret wajah rupawan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan.

Belum sempat pria itu masuk ke dalam gedung, beberapa pria paruh baya keluar menghampirinya dengan senyum wibawa.

"Selamat malam, Arcy ..." Sapa seorang pria dengan rambut yang sudah memutih.

”malam, Mr. Tyor," sahut Arcy dengan nada tenang.

Pria tua bernama Tyor itu tertawa kecil, "rasanya aku masih tidak percaya ke lima patung yang ada di dalam itu adalah hasil karyamu, terutama yang di dalam kaca. Satu jam aku berdiri di sana hanya untuk mengamatinya Arcy, dan luarbiasa, gadis itu tampak hidup saking detailnya." Kagum Tyor dengan wajah sumringah.

Arcy terkekeh, "dia memang pernah hidup, Mr. Dan aku, mencintainya," respons Arcy yang diakhiri dengan tawa berat.

"Pernah hidup?" bingung Tyor.

Hening. Arcy hanya memasang senyum aneh di wajahnya, hal itu membuat dahi Mr. Tyor mengernyit, "aku tidak mengerti maksud dari senyumanmu Arcy,

Tak ada jawaban lanjut dari Arcy, keduanya berjalan masuk. Gedung besar yang tersusun banyak kursi itu menjadi tempat pameran karya milik Arcy setelah cukup lama ia menghilang. Riuh tepuk tangan memenuhi ruangan saat Arcy dan Tyor naik ke atas panggung, pria tinggi dengan rambut rapi itu berdiri di belakang podium dengan senyum khas miliknya, sempat hening selama beberapa saat sebelum akhirnya Arcy menjangkau mikropon kecil di depannya.

"Aku pernah bertemu seorang gadis sekitar satu tahun yang lalu. Dia tidak terlalu cantik, terlihat lemah dan tubuhnya kecil. Namun, gadis itu memiliki mata yang selalu menatap objek yang berada di depannya dengan tatapan yang murni. Saat melihat ke dalam matanya, kita seolah terhubung ke dalam isi kepalanya," Arcy menjeda kalimatnya, ia menoleh ke belakang, tempat di mana patung seorang wanita berdiri kaku di dalam sebuah etalase kaca. Tak seperti keempat patung lainnya yang terbuat dari semen. Patung wanita muda itu berbahan dasar lilin yang membuatnya terlihat hidup.

"... Cantik," ucap Arcy sedetik setelah ia kembali menatap ke depan, "dia adalah satu-satunya gadis yang berhasil mengacaukan pikiranku. Dan hal itu membuatku ingin bersama dengannya seumur hidupku, aku menginginkan dia selalu ada dimanapun aku berada, dan ..." Arcy tertawa kecil, "aku ingin saat seseorang melihat matanya, maka orang itu akan tersambung dengan apa yang sedang aku pikirkan."

Banyak orang di dalam gedung tersebut bersorak kala mendengar kalimat yang terus keluar dari mulut Arcy, "namun, aku kecewa." Lanjut Arcy pada kalimatnya, ia menggeleng pelan sambil menyusuri khalayak di depannya, "tak ada satupun dari banyak orang yang aku temui, dapat mengerti apa yang sedang aku pikirkan, bahkan saat aku mengisyaratkannya dengan kalimat dan mimik wajahpun, orang-orang tetap tidak mengerti, mereka selalu merasa bingung dan tak jarang menganggapku aneh." Helaan nafas panjang keluar dari mulut Arcy, "Lily ..." Ucapnya dengan nada sedikit lirih, "aku merindukanmu." Arcy berucap datar, mata cokelatnya menatap kosong ke depan selama beberapa detik, sebelum akhirnya ia menepi dari podium lalu turun dari panggung begitu saja.

THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang