Keadaan gelap yang menyambut sosok Arcy kala ia melangkah keluar dari pintu kamarnya membuat dahi pria itu berkernyit bingung. Ia berjalan menuju letak kamar Lily yang tertutup,
"Lily?" panggil Arcy dari luar.
Hening, tak ada jawaban dari gadis itu, merasa kalau ada yang aneh, Arcy lalu menjangkau knop pintu, mengayunkannya ke dalam untuk menemui sosok Lily.
Namun ruangan kamar yang cukup besar itu tak dihuni siapapun, tak ada Lily atau manusia lain di dalamnya. Arcy terdiam, ia mematung di tempatnya berdiri selama beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum miring, "jadi, kau pergi ya ..."
TMA!
Aroma harum bunga mawar segera menyeruak masuk ke dalam hidung Lily saat gadis itu membuka mata. Kedua tangannya diikat ke belakang, dan ia terbaring di atas lantai semen yang lembab. Banyak pot yang berisi tanaman bunga mawar putih menyambut matanya. Suasana temaram yang saat ini ia lihat terasa asing.
"Sudah bangun?"
Sontak Lily mengarahkan kepalanya untuk menatap pemilik suara yang baru saja ia dengar, tak jauh dari tempatnya berada, terdapat seorang pria berambut hitam yang saat ini duduk di atas sebuah ranjang single.
"Ingat aku, tidak? kita tadi sempat bertemu di teras rumah Arcy ..." Pria itu bangkit dari posisinya lalu berjalan menemui Lily, "aku Malik," lanjutnya.
Lily tak menjawab, ia menatap was-was pergerakan Malik yang tampak mencurigakan, sadar kalau Lily takut padanya, Malik lalu tersenyum, "jangan khawatir, Lily, aku tidak akan mencelakaimu. Ini ruang bawah tanah, jadi maaf kalau sedikit menyeramkan, aku menyukai tempat ini, karena ada Omar."
Keadaan menjadi hening selama beberapa detik, " ...ke, kenapa kau membawaku ke sini?"
"Hm?" respons Malik, ia berjongkok, mempersempit jaraknya dengan Lily, "tidak tahu, hanya ingin saja ..." Jawabnya lalu terkekeh, Lily kembali terdiam, keringat dingin mulai muncul di dahinya.
"Kau lihat patung yang berada di bawah lampu itu?" Malik kembali membuka suara, meski tak menjawab, Lily menurut, ia mengarahkan matanya untuk menatap patung yang dimaksud Malik, "itu Omar, sebelumnya dia tinggal bersamaku. Kami juga berjanji untuk tinggal serumah sampai tua. Tapi, dua tahun yang lalu, Arcy mengubahnya jadi patung." Malik tersenyum kecil, "Arcy, jahat, 'kan Lily?"
Malik kembali mengarahkan pandangannya pada wajah Lily, senyuman yang sebelumnya terpasang di wajahnya berubah menjadi seringai samar.
"Tapi meski begitu," Malik berdiri, ia berjalan menuju laci, mengeluarkan sebuah magnum dari sana, Lily yang menyaksikan hal itu jadi panik, matanya membesar khawatir kalau saja Malik akan membunuhnya.
"Tenang Lily, aku tidak akan membunuhmu ..." Ucap Malik seolah mengerti, setelah mendapat senjata itu, ia kembali menghampiri Lily, meletakkan magnum tersebut di atas semen dingin tepat di depan wajah Lily, "dengan benda ini, dulu Arcy membunuh Omar tepat di depan mataku, darah Omar membasahi lantai rumah kami yang damai," Malik menjeda kalimatnya selama beberapa detik, "Lily ..." Panggilnya kemudian.
"Kau menyukai Arcy, bukan?"
Lily tertegun saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Malik, senyuman yang terpasang di wajahnya begitu meresahkan Lily, karena senyuman itu, terlihat menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...