TMA! 34

9.1K 1K 115
                                    

Please download lagu Slander - Love is gone (accoustic ver.) untuk chapter ini supaya dapet feelnya, ga bohong aku nulis chapter ini pake lagu Slander rasanya tuh ngerasain kesedihan diantara pasangan ini.

Tangan Arcy mendorong gagang kursi roda yang di duduki Lily, mereka menuju halaman parkir. Tak ada dialog diantara mereka, Lily tersenyum masam saat melihat banyak orang yang memperhatikan Arcy.

"... Arcy," panggil Lily.

"Hm?"

"Apa kau tidak sadar dari semenjak kita meninggalkan ruangan, banyak gadis dan perawat di sini yang memperhatikanmu, ... Kau itu, memang memukau ya." Suara Lily mengecil diakhir kalimat.

Arcy tak langsung menjawab, membuat suara ramai yang datang dari segala penjuru memenuhi gendang telinga Lily, "tidak sememukau itu, buktinya kau menolakku."

"Ah, aku bukannya menolakmu, hanya sa---"

"Jadi kapan kita menikah?" potong Arcy pada kalimat Lily, Arcy menghentikan dorongannya saat mereka tiba di teras rumah sakit, "ayo, aku bantu ..." Ucap Arcy setelah memutar langkah untuk mendepani Lily, ia mengulurkan satu tangannya ke depan. Lily tak menyahut, ia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah yang selalu saja membuat dirinya jatuh cinta setiap saat.

"Arcy," panggilnya kemudian, "k,kenapa kau ingin menikahiku?"

Arcy yang mendengar pertanyaan itu menurunkan uluran tangannya, "aku tidak punya alasan, semakin aku pikirkan kenapa aku ingin, aku malah jadi ragu," jawab Arcy.

"Ragu?" Lily memasang wajah herannya.

Mulut Arcy bungkam selama beberapa detik sebelum akhirnya ia tersenyum kecil, "ya, aku ragu apakah aku boleh bersamamu, apakah aku bisa bersamamu dan apakah aku pantas untukmu, rasanya kalau semakin aku pikirkan ..." Arcy menurunkan tubuhnya, menaruh kedua telapak tangan besarnya di atas paha Lily yang masih berbalut piyama Rumah Sakit.

"Semakin aku ragu pada diriku, kalau boleh aku mengatakan ini, setelah Oris kau adalah alasan besar kenapa aku ingin hidup, kau tidak pernah meninggalkanku, kau ada saat aku sendiri, dan entah sejak kapan aku terbiasa pada kehadiranmu, jadi saat kau pergi, aku menjadi marah, kesal dan gelisah."

Lily hening, mata gadis itu berkaca, sesaat kemudian ia mengangkat kedua tangan Arcy dari atas pahanya, "lalu kenapa kau menembakku?"

Arcy mengangkat bahunya kecil, "suatu hari nanti aku mungkin akan menembak diriku sendiri, Lily, jadi jangan tanyakan hal itu, karena aku tidak tahu jawabannya." Arcy kembali berdiri, "ayo, kita pulang."

Lily menurut, ia menyambut uluran tangan Arcy, lalu membiarkan pria itu menggendong dirinya sampai ke parkiran. Tak ada perkataan yang keluar dari mulut Lily, ia terdiam sambil menyenderkan sisi kepalanya ke dada Arcy, mendengarkan detak jantung milik pria itu.

TMA!

Siang muncul tanpa matahari hari ini, Josseph mematung di tempat duduknya dengan sepotong daging milik Malik yang tidak ia sentuh sama sekali semalam karena memang tidak ingin. Di sepanjang meja makan tersebut terdapat belasan laki-laki yang tewas dengan busa putih di masing-masing mulutnya. Termasuk Warren dan Jakson.

Yang tersisa hanya dirinya dan Kei yang sekarang menggigil ketakutan di salah satu pilar Teras.

Josseph tak membuka mulut, ia juga sama sekali tak beranjak dari tempat duduknya. Pria tua yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu terus saja menatap kosong ke depan, telinganya dipenuhi oleh suara daun yang di terpa angin.

"...ayah,"

Mata Josseph bergerak untuk menatap sosok Kei yang berjalan masuk dengan kedua pipinya yang basah, "k,kenapa, kenapa Ayah ingin membunuh kami?"

THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang