Januari, 2013.
Hujan gerimis yang disertai dengan angin dingin yang berhembus kencang itu, terus menerpa wajah seorang pria yang berjalan tergesa di tengah malam. Salah satu sudut bibirnya pecah, tatapan matanya mengisyaratkan kalau dia sekarang sedang berada di puncak stress.
Diujung jangkauan pandangannya, terdapat sebuah rumah dengan cahaya lampu temaram di terasnya. Dengan sedikit menambah jarak langkahnya, pria itu menghampiri letak rumah tersebut lalu mengetuk pintu dengan keras.
"Omar ... Malik?" serunya dari luar.
Tak berselang lama, pintu dibuka, Omar dengan piyama tidurnya tampak heran, ia menatap wajah pria yang berada di depan rumahnya dengan saksama, "Oris?" bingungnya.
Pria bernama Oris itu menatapnya dengan kernyitan dahi, "tolong aku, Omar, tolong ..." Perkataan Oris terdengar putus asa, ia mengangkat tangan kirinya, memperlihatkan sebuah magnum ke hadapan Omar.
"Tolong, bunuh saja aku ... Aku mohon."
Melihat kepribadian Oris yang tampak terguncang, Omar mencoba untuk menenangkan pria itu, "kalian bertengkar lagi? coba tenanglah sedikit Oris, kita cari cara untuk menye---"
"Tidak akan ada cara Omar! aku sudah muak, Arcy itu sakit jiwa!"
"Oris ... Arcy itu kakakmu, dan aku juga mengenalnya, dia normal sama seperti aku, sepertimu dan seperti semua anak ayah yang lain."
"Ada apa Omar?" Malik ikut keluar dari tempat istirahatnya, pria yang memiliki kebiasaan tidur tanpa mengenakan baju itu menghampiri Oris.
"Oris, ada apa kemari malam-malam?"
Oris meringis, ia tak menjawab pertanyaan Malik.
"Justru karena dia kakakku, Omar ... Aku tahu, aku tahu seberat apa gangguan jiwa yang diderita Arcy." Oris bergumam pelan, "baiklah, kalau kalian tidak bersedia untuk membunuhku, maka akan aku lakukan sendiri …"
"Tidak! tunggu Oris!" lekas Malik menahan magnum yang hendak Oris tempelkan di pelipisnya, "aku tidak melarangmu jika kau ingin mati, tapi jangan dengan cara ini, masuklah ke dalam."
TMA!
Malam begitu pekat, cahaya lentera yang ditenteng seorang pria di tengah hujan deras itu tak begitu membantu dirinya dari terkaman malam yang tampak mengerikan, kakinya terus melangkah mendekati sebuah rumah.
"Malik!" seru pria itu sembari menggedor pintu dengan keras.
"Malik!" ulangnya lagi karena tak ada jawaban dari sang pemilik rumah, "Malik!" pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang hanya menggunakan celana dalam, "Arcy, ada apa?"
Dada pria yang tak lain adalah Arcylic itu naik turun, ia menatap lekat wajah Malik dengan emosi yang tersulut, "dimana Oris?"
Wajah Malik tampak heran saat mendengar pertanyaan Arcylic, "apa maksud---"
"Aku tanya, dimana kau sembunyikan Oris!" potong Arcylic pada kalimat Malik, keadaan menjadi hening setelahnya, merasa kalau pertanyaannya tak terjawab, Arcylic mendorong tubuh Malik lalu masuk kedalam rumah, menghiraukan keadaan tubuhnya yang basah menyeluruh.
"Oris!" panggil Arcylic sambil terus mengawasi setiap sudut ruangan, "Oris!"
"Ada apa, Arcy? kau membuat keributan malam-malam dirumah orang ..." Pandangan Arcylic sontak mengarah ke belakang, menatap seorang pria yang memakai piyama tidur didepan sebuah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...