Tetes demi tetes hujan deras yang turun di malam itu membasahi kemeja yang di gunakan Arcylic, melunturkan noda tanah yang melekat di lengan dan kemejanya. Pria itu menyeret mayat James menuju sebuah lubang yang sudah ia siapkan sebelumnya, nafas Arcylic terengah. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, ia membuang jasad James ke dalam lubang yang hampir setengahnya telah di isi air keruh. Mayat James menggelinding sebelum akhirnya jatuh di atas tubuh madam Khiel yang sudah berada di bawah sana lebih dulu.
Tanpa menunggu lama, Arcylic meraih cangkul yang tergeletak di dekatnya, lalu mengubur jasad keduanya.
TMA!
Derai hujan yang turun menabrak atap rumah Arcylic terdengar berirama. Lily membuka salah satu daun jendela kamarnya lalu berdiri di sana sambil memejamkan mata. Percikan-percikan air hujan menyentuh wajah serta kedua lengan Lily. Hujan malam ini, membawa ingatannya kembali ke masa lalu, masa dimana dirinya melarikan diri dari rumah. Jauh didalam hati Lily, ia menyesali keputusannya karena sudah meninggalkan tempat dimana ia di besarkan.
"Kalau kau ingin membasahi tubuhmu dengan air hujan, pergilah keluar Lily... Jangan di sini, kau akan membasahi karpetnya."
Lily membuka matanya saat mendengar suara Arcylic dari arah belakang, gadis itu tak menjawab juga tak menoleh. Ia masih setia dengan posisinya saat ini. Suara langkah kaki Arcylic menghilang, Lily dapat merasakan kalau sekarang Arcylic berdiri tak jauh dari tempatnya berada.
"Lihat, kau melakukannya lagi." Arcylic kembali melangkah mendekat, ia berdiri tepat di samping Lily berada.
"Melakukan apa?" tanya Lily pelan, ia masih mengarahkan pandangannya ke luar jendela. Arcylic tak menjawab, tangannya bergerak maju untuk menutup jendela yang di buka Lily beberapa waktu yang lalu.
"Menunjukkan ekspresimu." Jawab Arcylic kemudian. Jawabannya berhasil membuat Lily menolehkan pandangannya ke samping, gadis itu menatap Arcylic yang seluruh tubuhnya basah. Air menggenang di bawah sepatu pria itu.
Sempat senyap beberapa saat sebelum akhirnya Lily membuka kalimat, "kau membasahi karpetnya, Arcy."
"Ya, memang..." jawab Arcylic begitu saja.
"Darimana kau?" Lily kembali mengajukan pertanyaan, dirinya masih menatap wajah Arcylic.
"Dari luar, ini hujan pertama setelah enam bulan, jadi untuk mensyukurinya, aku membiarkan tubuhku basah..." Jawab Arcylic, ujung rambutnya sesekali meneteskan air.
"Oh..., begitu." Respons Lily singkat.
"Ya, baiklah. Kalau begitu silahkan tidur, jangan buka jendelanya lagi kalau hari sudah malam, aku permisi." Arcylic memutar langkahnya, pria itu hendak meninggalkan kamar yang di tiduri Lily selama beberapa malam terakhir.
"Tunggu Arcy!" tahan Lily, ia membawa langkahnya menuju laci, mengeluarkan sebuah pistol dari dalamnya.
"Ini punyamu, bukan?" Lily mengulurkan pistol tersebut ke arah Arcylic. Arcylic yang sudah menghentikan langkah sejak kalimat pertama Lily membawa pandangannya ke arah pistol yang saat ini digenggam tangan kecil Lily.
"Di mana kau dapat ini?" tanya Arcylic seraya mengambil pistolnya.
"Aku temukan itu tadi pagi, setelah kau memelukku." Senyuman tertoreh kecil di bibit Lily, kalimatnya bertujuan untuk menggoda Arcylic. Namun sayang, pria tinggi di dekatnya itu sama sekali tak bereaksi.
"Bukan pelukan namanya kalau dilakukan dengan tidak sengaja." Ucap Arcylic, ia menoleh wajah Lily dengan pupil abunya.
Mendengar perkataan Arcylic, Lily mengerucutkan bibir sebal, ia berdecih pelan, "cih! pembohong." Sindirnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...