Hari sudah menjelang pagi saat seorang anak laki-laki berlari di tengah hutan, tangan kecilnya membelok ke belakang, menahan berat badan seorang anak laki-laki lain yang berada di punggungnya. Kaki pria kecil itu penuh luka, ia terus berlari tanpa memperdulikan apa pun, debu serta kotoran yang menempel di wajahnya setengah tersapu oleh keringat dan air mata.
"Arcy…?"
TMA!
Lily tampak terkejut saat Arcylic membuka mata secara tiba-tiba, wajah pria itu di banjiri keringat, nafasnya memburu hebat, ia bangkit dari posisi tidurnya di atas lantai, duduk sambil terus mengatur nafas yang tak terkendali.
"Arcy, kau baik-baik saja?" mata Lily menatap khawatir.
Arcylic membawa pandangannya ke arah Lily, pria itu tak menjawab, dadanya masih naik turun mengatur nafas.
"Apa kau mimpi bu---"
Perkataan Lily terhenti seketika saat tubuhnya di tarik Arcylic secara tiba-tiba, pria itu memeluk dirinya dengan sangat erat, di posisi ini, Lily dapat merasakan tubuh Arcylic yang bergetar ketakutan.
"A,Arcy..." Lily berucap pelan.
Dekapan Arcylic pada tubuhnya berlangsung beberapa menit sebelum akhirnya Arcylic tersadar, ia mendorong pelan tubuh Lily lalu segera bangkit. Tak ada perkataan yang keluar dari mulutnya, ia pergi menjauh begitu saja. Menyisakan Lily bersama sebuah pistol yang tergeletak dingin di atas karpet merah tak jauh dari letak gadis tersebut.
Lily menoleh punggung Arcylic dengan tatapan bingungnya, berselang beberapa detik, tatapan Lily beralih ke pistol yang tergeletak di dekat tempat Arcylic tertidur sebelumnya, gadis itu menjangkau pistol tersebut.
"Pistol?" tanya Lily pelan, pandangannya kembali mengarah ke tempat Arcylic menghilang, "apa sebenarnya yang terjadi?"
TMA!
Angin siang yang berembus halus menggerakkan daun-daun pohon serta tanaman rambat di tembok rumah Arcylic, irama pelan yang mengusik telinga Lily itu membuatnya memejamkan mata. Sayup-sayup, suara langkah sepatu terdengar, yang semakin lama, suaranya semakin terdengar dekat.
Lily membuka matanya, namun tak menoleh ke belakang. Ia masih setia dengan posisinya, duduk di salah satu anak tangga teras sambil mendengarkan irama alam.
Arcylic, sang pemilik langkah sepatu itu menghampiri letak Lily berada, ia duduk persis di sampingnya, "kau lapar?" rambut Lily terbang terbawa angin yang tiba-tiba saja berhembus, membuat tangannya harus bergerak untuk menyingkirkan helai-helai panjang rambut miliknya.
"Tidak juga," jawab Lily tak menoleh, "kau, sudah lapar?" tanya Lily kemudian, kini kepalanya menoleh ke samping, menatap Arcylic yang duduk sambil menatap ke depan, lagi-lagi, Lily terpesona dengan wajah tenang milik Arcylic. Mereka baru bersama beberapa hari, namun ia sudah jatuh hati berulang kali.
"Tidak, jika kau mengatakan tidak." Jawab Arcylic, mata abunya tetap menatap ke depan, entah apa yang jadi pusat perhatian pria tersebut.
"Kenapa begitu?" Lily ikut membawa pandangannya ke depan.
Arcylic tak menjawab, angin kembali berhembus, "...terimakasih telah membangunkanku, untuk pertama kalinya, aku merasa bersyukur karena ada orang lain yang bersedia membangunkanku dari mimpi buruk." Pandangan Arcylic mengarah untuk menatap wajah Lily. Lily ikut mengarahkan pandangannya saat mendengar perkataan Arcylic.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Misterio / SuspensoPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...