EXTRA PART #1

1K 83 18
                                    

Sebenarnya agak takut nulis extra part ini, takut terlalu liar, takut pada nggak suka, risih atau gimana-gimana...

Tapi aku sendiri penasaran wkwkwkk....

Dan akhirnya untuk pertama kali aku beranikan diri nulis adegan kek gini (maksudnya sedikit lebih detail, nggak sekedar cuplikan sekilas doang kek cerita* sebelumnya wkwkwk)

Semoga berhasil, dapet feel-nya dan nggak kebablasan ya...

Part ini mengandung adegan dewasa (nulis kata 'dewasa' aja udah merinding sendiri), bagi yang nggak suka nggak usah maksain baca, nggak perlu ninggalin jejak apapun apalagi hate comment, cukup SKIP aja, terutama buat pembaca yang masuk kategori dedek gemes hehehee

Tapi bagi yang penasaran kayak aku, silakan lanjut hehehee

*********

Beberapa jam setelah pesta

Vespa merah itu berjalan menjauhi villa, membawa sepasang pengantin baru yang lebih dulu meninggalkan pesta mereka yang belum sepenuhnya selesai. Langit malam disertai angin yang terasa lebih dingin—pertanda hujan akan segera turun—yang memaksa mereka pergi lebih cepat.

Vesby berhenti di lampu merah. Dengan tangan kiri, Oska memegang tangan Ruby yang memeluk perutnya, mengusap cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. "Bayi, kamu ingat jalan ini?"

Ruby yang menumpukan dagu di bahu Oska melirik sekeliling kemudian mengangguk. "Dulu kamu bawa Vesby kayak keong, alarm jam kamu bunyi tepat jam tiga sore, terus kamu bilang itu waktunya ikan mama minum obat, padahal kamu yang butuh obat."

"Kenapa bagian itu yang diingat? Kamu tahu, setelah lampu berubah hijau ada kejadian yang nggak akan pernah aku lupain, karena itu adalah hal impulsif pertama yang pernah terjadi dalam hidup aku."

"Apa?" Ruby terdengar antusias.

"Waktu itu kita tukeran posisi, kamu bawa Vesby ngebut menerjang hujan. Walaupun memalukan karena diboncengin cewek, tapi aku senang, karena sebelumnya aku belum pernah kayak gitu—naik motor sambil ujan-ujanan—kena gerimis aja mama panik setengah mati."

Hanya Oska yang terkekeh.

"Mengenal kalian adalah hal terbaik dalam hidup aku. Kamu dan Sachie silih berganti kasih aku banyak pengalaman dan kenangan. Masa remaja aku jadi lebih indah dari yang aku bayang—" Oska segera menunduk saat merasakan pelukan Ruby tiba-tiba mengerat.

"Bayi..."

"Kalau setelah ini turun hujan sebelum kita sampai rumah, tolong jangan ngebut. Sederas apapun hujannya, pelan-pelan aja ya."

Oska berpikir sesaat. "Kamu masih takut?"

"... sedikit."

Oska menoleh dan menemukan wajah gelisah Ruby, sedikit merutuki dirinya sendiri karena memaksa menggunakan Vesby sebagai kendaraan pertama mereka. Gadis itu pasti masih menyimpan trauma. Peduli setan dengan kesan romantis, harusnya ia membawa mobil demi kenyamanan Ruby.

Maka Oska menggeser tubuhnya agar bisa memutar badan, ia rapatkan tuxedo hitam miliknya yang membungkus punggung Ruby. "Aku akan pelan-pelan. Kamu merem aja. Nanti aku kasih tahu kalau udah sampai."

Ruby mengangguk. Oska kembali menghadap depan. Tak lupa menundukkan kepala Ruby ke bahunya, menarik tangan itu agar memeluk lebih erat.

Benar saja. Tak lama setelah Vesby berjalan, gerimis mulai turun, untung mereka sudah sampai rumah saat rintik-rintik kecil itu mengajak rombongannya menyerbu bumi, alias berubah menjadi hujan.

Starlight for YamazaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang