Ruby mematikan kompor, lalu menuangkan Cheese Scrambled Eggs yang baru matang ke piring. Makanan favorit si bungsu Ken itu ia gabungkan dengan menu yang lain di meja—Oatmeal dengan campuran potongan buah untuk suaminya, Oska, Onigiri daging ayam untuk si sulung penggemar makanan Jepang, Kei.
Ia tidak menyiapkan makanan untuk mama Lintang dan papa Langit karena mereka sedang pergi umroh.
Diliriknya jendela, pagi ini cuaca mendung, sepertinya hujan bulan Desember akan segera turun. Ia melepas celemek, berjalan meninggalkan dapur menuju belakang rumah.
Orang-orang kesayangannya masih berada di kolam renang. Kei baru saja melompat ke dalam air, sedangkan Ken yang belum berani dilepas sendiri kini berada di punggung ayahnya, tertawa kegirangan sambil menempuk-nepuk kepala Oska agar terus berenang keliling kolam.
Ruby berjongkok di tepi kolam sambil membuka handuk bersih, meminta mereka naik karena sudah mulai gerimis.
"Mamiii~ look at me!"
Ruby menoleh, seketika matanya melebar dengan mulut terbuka. Belum sempat suaranya keluar, suara benda jatuh ke air sudah mendahului.
Byuuurrr!
Di usianya yang kelima tahun ini, Kei memang sudah pintar berenang, tapi—astaga. Kapan anak itu naik? Perasaan baru ditinggal nengok ke adiknya, kenapa udah terjun lagi?
Kadang Ruby tidak mengerti, gen siapa yang menurun ke Keiko. Anak perempuannya itu sangat aktif dan pecicilan. Berbeda dengan adiknya yang—
"Mamiiii~"
Matanya reflek terpejam saat cipratan itu meluncur ke wajahnya. Dengan pandangan mengabur, dilihatnya Oska dan Ken tertawa. Ken kembali mencipratkan air ke arahnya berulang kali. Kei yang melihat keseruan ayah dan adiknya, tak mau kalah, ia bergerak ke tepi, berteriak mengajaknya berenang.
Baiklah. Ken memang tidak terlalu pecicilan, tapi tidak bisa dibilang pendiam juga, sepertinya kedua anaknya memang tidak jauh berbeda. Tidak perlu mencari tahu gen siapa yang dominan kalau didikan ayahnya saja begini.
Tapi mereka memiliki kesamaan yang tidak bisa diganggu gugat, yaitu tidak akan pernah menolak makanan enak. Lihat saja, hanya dengan satu kalimat; sarapan menu favorit kalian sudah siap, mereka langsung naik, berebut handuk dan balapan memakai bathrobe. Bahkan Oska tidak mau kalah, setelah mengecup pipinya sekilas, ia berlari ke dalam rumah mengikuti kedua anaknya.
Entah untuk keberapa kalinya Ruby menghela napas, ia seperti mempunyai tiga bayi.
Tiga orang dengan bathrobe putih, biru dan pink, serta rambut basah itu sudah menuju kursi masing-masing.
"Kok langsung makan? Mandi dulu dong."
"Udah laper, Mam." Kei naik ke atas kursi untuk meraih satu onigiri, sementara Ken sudah anteng menikmati telur orak arik kejunya, sesekali menggoyang-goyangkan kepala—tanda kalau makanan itu enak.
Sementara Oska—
"Bayi," Wajah cerianya berubah mirip cuaca pagi ini. Mendung. "Punyaku kok cuma oatmeal?"
Ruby menunduk untuk membersihkan mulut Ken yang belepotan. "Kemarin kamu makan bakso banyak banget, jadi untuk tiga hari ke depan harus makan makanan sehat." Belum sempat Oska protes, ia menambahkan lagi. "Itu udah aku kasih potongan buah biar nggak hambar. Abisin. Setelah mandi aku siapkan obat."
Kemudian berjalan ke konter dapur, menyeduh susu cokelat untuk dirinya sendiri.
"Mamiii~ Ken ambil onigiri aku." Adu Kei. "Kenken~ ini punya aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight for Yamaza
Fiction générale"Dia bukan cowok most wanted dengan segala pesona yang bikin cewek-cewek alay keganjenan kayak cacing kepanasan. Tapi bukan berarti dia cupu. Dia cuma anak pendiam, yang pasrah dengan kondisinya. Satu-satunya cowok yang selalu bawa bekal ke sekolah...