"Jadi kamu ninggalin dia sendirian di bioskop dengan alasan pergi ke toilet?" Aji berhenti membuka map dan melempar pandangan ke arah temannya yang duduk di sofa.
Sang Teman, Oskario, hanya meliriknya sekilas, pertanda bosan. Dituangnya air panas itu ke dalam cangkir kopi dan gelas berisi susu cokelat bubuk.
"Aku pikir kegilaan kamu hanya sebatas mengajak gadis yang udah dandan cantik dengan dress terbaiknya dan rambut yang udah dicatok sejak subuh, naik Nmax. Alih-alih bukain pintu mercy, buka jaket buat dia ala-ala adegan FTV norak aja enggak, yang ada malah kamu pakai sendiri. Benar-benar gila."
"Mungkin bisa kamu tambahin tega." Oska mulai mengaduk minumannya.
"Benar-benar gila... dan tega."
"Thanks, buat pujiannya, Ji."
Aji ingat dua jam yang lalu, Oska tiba-tiba masuk ruang kerjanya untuk meminta kunci motor. Dengan wajah bingung ia bertanya sekaligus mengatakan kalau motornya akan dipakai.
Oska mendorong kunci mobil sport miliknya di meja. "Kamu pakai mobil aku. Sekarang mana kunci motor kamu. Buruan, penting."
Setelah bertukar kunci, Aji mengikuti Oska sampai ke lobby villa.
Bertepatan dengan Oska yang menuruni undakan, sebuah mobil taksi berhenti dan muncul lah gadis itu. Dia memberikan senyum hai-pujaanku-apa-hari-ini-aku-cantik pada Oska. Namun, 'Sang Pujaan' melewatinya begitu saja. Gadis itu manyum dan segera mengikuti langkah Oska.
Tanpa bertanya, Aji sudah mengerti apa yang akan terjadi setelahnya.
"Kayaknya 'Gila' dan 'Tega' cocok jadi nama tengah dan belakang kamu. Oskario Gila Fabian Tega." Aji mendorong kursi kerjanya dan beranjak.
"Sekali lagi makasih udah bikin aku kenyang pujian." Oska masih mengaduk cangkir itu dengan santai. "Tapi seenggaknya aku kasih dia helm, ingat."
"Helm pinjaman dari satpam villa yang belum dicuci sejak dibeli? God, aku nggak bisa bayangin 'wanginya' helm itu pindah ke rambutnya."
"Dari pada kena tilang. Mau motor kamu ngandang di kantor polisi? Karena aku nggak akan ribet-ribet ngeluarin duit denda atau ikut sidang. Kasih aja motornya, beres." Oska tertawa, melihat ekspresi Aji. "Dan ralat, bro. Bukan aku yang mengajak, dia yang caper ke Mama. Kamu tahu sendiri aku nggak bisa nolak kata-kata beliau. Nih, minum."
Aji menarik cangkirnya. "Mimpi apa aku semalam dibuatkan kopi anak Bos, walaupun aku nggak yakin sama rasanya."
Oska mendengus halus. "Kamu nggak akan mati cuma karena minum kopi buatan penggemar susu cokelat. Diamlah. Mama emang Bos kamu, tapi sekarang kamu Bos aku."
Mama adalah orang yang mempunyai intuisi kuat dan pintar membaca peluang. Darah bisnis keluarga Emeraldi mengalir deras di tubuhnya. Hanya dengan melihat nilai kelulusan dan attitude Aji yang bagus selama jadi supir keluarga, Mama memberi pekerjaan tambahan dengan menjadikannya asisten. Aji sering menemani kegiatan Mama untuk urusan villa, menjadi teman diskusi selama di perjalanan dan tidak jarang diikutkan rapat atau dimintai pendapat. Salah satu idenya pernah Mama pakai untuk pembangunan villa di Bedugul.
Berkat kerja keras, kegigihan dan loyalnya terhadap pekerjaan, baru lima tahun Aji sudah mendapat kepercayaan menjadi Wakil Manager. Dan tiga bulan ini dia sedang menjalani masa promosi untuk posisi Manager. Salah satu tugas yang diberikan Ibu Boss adalah mengajari anak bungsunya.
Oska memang sudah mempunyai pengalaman di salah satu perusahaan pengelola wisata di Swiss. Namun, tentu saja ia belum tahu sistem pengelolaan villa-villa keluarganya sendiri. Ia butuh berlatih.
![](https://img.wattpad.com/cover/205886463-288-k531898.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight for Yamaza
Ficção Geral"Dia bukan cowok most wanted dengan segala pesona yang bikin cewek-cewek alay keganjenan kayak cacing kepanasan. Tapi bukan berarti dia cupu. Dia cuma anak pendiam, yang pasrah dengan kondisinya. Satu-satunya cowok yang selalu bawa bekal ke sekolah...