Hai, biar aku Semangattt ayo kalian komen berparagraf ya.
Dan jangan lupa vote dulu baru baca.
***
Satu bulan sudah berlalu, yang berarti kehamilan Auris sudah memasuki usia delapan bulan. Karena kehamilan yang sudah membesar Auris sudah memberikan surat cuti kehamilannya.
Dan saat ini Yusuf sedang memijat kaki Auris yang membengkak, sungguh Yusuf tidak tega melihat Auris yang tampak sangat kesakitan. Yusuf memandang wajah Auris yang mengeluarkan keringat.
"Gimana udah enakan?" tanya Yusuf.
"Sudah," balas Auris.
"Suf, apa wajah gue udah kayak Ibu-Ibu?" jujur saja Auris jadi kepikiran, kata orang jika sudah memiliki anak otomatis wajah akan terlihat lebih tampak menua.
"Udah."
"Kok gitu sif," Auris menatap malas ke arah Yusuf, percuma Yusuf tidak dapat menenangkannya.
"Kok muka nya gitu," Yusuf terkekeh menatap wajah Auris yang cemberut. "Ya kan benar udah cocok jadi Ibu dari anak gue," sambung Yusuf lagi.
Wajah Auris memerah malu, Auris menggelengkan kepalanya dan diam setelahnya tidak ingin membahas ini lagi. Akhir-akhir ini Yusuf sudah sangat pandai mengombal.
"Em Suf, ambil minyak kayu putih," mendengar perintah itu langsung saja Yusuf mengambil minyak kayu putih.
"Sini," Auris mengulurkan tangan.
"Nggak, bisa gue olesin. Mana yang sakit?"
"Perut, mulas ni," langsung saja Yusuf mengoleskan minyak kayu putih di perut Auris.
"Tadi pas di toko bayi, yang ngomong sama lo itu siapa Suf?"
"Oh itu nggak tau siapa, datang-datang udah minta nomor telepon, katanya sih buat teman dia."
Auris memberengut tidak suka, pantas saja para wanita itu ketawa tidak jelas ketika salah satu teman mereka meminta nomor Yusuf. Ini tidak bisa di biarkan, jika begini terus bisa saja Yusuf akan berpaling lagi.
"Dan lo ngasih tu nomor?" Auris menghempaskan tangan Yusuf yang berada di perutnya. Sungguh jika sampai Yusuf menyelingkuhinya lagi, Auris tidak akan memberi kesempatan lagi untuk Yusuf.
"Nggak," jawab Yusuf cepat.
"Suf kalau sampai lo nyelingkuhin gue lagi. Anak gue ini bakalan punya Ayah baru," ancam Auris sambil membuat tangan seolah-olah akan membunuh Yusuf.
"Kok gitu sih Ris, sumpah nggak ngasih nomor gue. Ini Ris buktinya," Yusuf menyerahkan handphonenya ke tangan Auris, dan Auris menerima handphone itu dengan senang hati.
Di bagian lock screen saja sudah terpampang wajah Auris menggunakan kerudung warna pink. Auris ingat ini fotonya saat pergi laut bersama Yusuf. Setelahnya Auris mengecek semuanya.
"Gimana nggak ada yang aneh kan?"
"Ada."
"Apa?" Yusuf bersumpah tidak pernah menyimpan nomor wanita yang tidak ia kenal.
"Kok di galeri, cuman ada wajah gue Suf. Lo kok nggak pernah foto," Yusuf menghela nafas lega, untuk saja bukan yang aneh-aneh.
"Iya malas aja."
"Oh, Suf lo kalau keluar pakai masker saja. Biar nggak ada yang ngelirik."
Yusuf mengulum bibirnya berusaha menyembunyikan tawanya, sudah di pastikan jika saat ini Auris sedang terbakar api cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...