-3-

8.5K 509 57
                                    

Tiba selesai ijab kabul Mawan langsung menarik pria yang sudah menjadi menantunya itu keluar dari tempat ini dan langsung melempar Yusuf ke tanah yang becek.

Mawan melayangkan pukulan di sekitar rahang Yusuf. Hingga membuat Yusuf merasakan sekitar sudut bibirnya terasa kaku dan sobek, hingga darahnya mengalir di sana. Bukannya hanya di pipi Mawan juga memukul perutnya dan menyepak betisnya.

Yusuf melenguh pelan merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Benar-benar, Auris memang tidak ada akhlak, tidak memoral dan tidak menggunakan otaknya dengan benar.

"Nggak tau diri kamu. Kamu pikir kamu pantas buat anak saya?" Bentak Mawan pada Yusuf. Yang dibentak hanya tersenyum sinis.

"Anak Bapak yang nggak pantas buat saya." Ucap Yusuf yang semakin membuat Mawan murka.

Auris bersama beberapa warga yang menatap ke arah depan dengan pandangan yang berbeda-beda. Di depan mereka menghadirkan pertunjukan Ayah dan Yusuf yang bertengkar dengan beberapa Bapak-Bapak yang mencoba melerai pertengkaran itu.

"Aduh." Auris mengigit kukunya sambil menatap kasian pada Yusuf yang sudah tampak sangat kesakitan.

"Eh Ris. Serem banget Papa lo." Kata Bella dengan histeris apalagi ketika Papa Auris memukul Yusuf atau yang tidak sengaja memukul Bapak-Bapak yang melerai perkelahian itu.

"Iya serem tapi badan lo jangan tersentak-sentak gitu." Ucap Anara yang jenggah melihat Bella setiap pukulan didapat oleh orang yang di pukul oleh Mawan, badannya ikut tersentak-sentak.

"Lo dari mana aja?" Tanya Auris tanpa mengalihkan pandangan matanya dari orang dihadapannya.

"Gue sama yang lain dari tadi di dalam. Berdiri paling belakang. Lo aja yang nggak ngeliat, kan pas itu lo nunduk kayak anak tersakiti." Kata Mia yang berkata nada di buat sealay mungkin. Auris hanya mendengus mendengar penuturan Mia.

Aksi perkelahian itu usai setelah sudah sangat banyak orang yang berdatangan ikut membantu meleraikan perkelahian yang dimulai Papanya. Benar-benar Papanya seperti orang kesetanan tidak perduli siapa saja yang terkena dampak dari aksinya itu.

Tidak lama kemudian Ayah Yusuf datang ke daerah kerumunan itu dengan wajah yang menahan amarah. Auris tidak tau dengan jelas kenapa Ayah mertuanya datang sangat lama. Emang sejak tadi hanya Ibu Yusuf saja yang datang pada saat proses penikahan. Sebenarnya Auris merasa tidak enak hati pada Ibu mertuanya yang sejak tadi terus menangis.

"Ayo ke rumah saya. Kita bicarakan hal ini di rumah saya saja." Ucap Mudin dengan tegas. 

***

"Anak Bapak kurang hajar sudah berani membuat yang tidak-tidak kepada anak saya.  Emangnya anak Bapak punya apa hah? Saya yakin untuk dirinya sendiri saja susah apalagi untuk anak orang." Mawan berkata dengan bentakkan yang keras sambil menyebrak meja yang berada di tengah-tenggah kursi ruang tamu.

"Maaf sebelumnya, tolong redakan emosi anda." Ucap Mudin dengan tenang. Mudin mencoba untuk bersikap tenang walaupun saat ini amarah sudah bergejolak dihatinya, tangannya sangat ingin memukul anaknya yang saat ini tersukur lemah di karpet rumahnya.

"Ouh saya tau. Apa karena anak saya kaya jadi anak anda ini ingin memanfaatkan keluarga saya gitu?" Kini bukan Ayah Auris lagi yang buka suara tapi Ibunya Auris. Tidak lama setelah mereka semua sampai di rumah Yusuf, Ibu Auris datang dengan wajah yang datar dan berjatuhan air mata. Tidak berbeda jauh dengan Ibu Yusuf, ibu Auris juga terus menangis sambil memeluk Auris yang saat ini memutar matanya jenggah, tidak menyangka Ibunya yang jarang nangis ini bisa menangis juga. Auris juga Jenggah karena drama ini tidak selesai-selesai, padahal Auris sangat ingin menikmati hari pertama menjadi istrinya Yusuf.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang