-18-

7.1K 483 28
                                    

Votmen jangan lupa guys😚

***
Mendengar suara ayam yang berkokok membuat Auris terbangun dari tidurnya. Auris yang biasanya akan selalu terbangun telat bisa bangun secepat ini. Biasanya Auris tidak akan terbangun dari tidurnya walaupun mendengar suara sebesar apapun. Tapi anehnya beberapa hari ini telinga Auris sangat sensitiv, langsung terbangun jika mendengar suara sekecil apa pun. Apa ini karena bocil yang ada di perutnya? Auris mengetahui ini karena sebelum pualng dari rumah sakit. Suster mengatakan banyak hal tentang kehamilan, seperti memiliki kebiasaan yang baru, keinginan yang menurun atau menambah dan masih banyak lagi.

Bangun dari tidur Auris sudah langsung menatap leher seseorang. Auris berada di lekukkan leher Yusuf. Tadi malam Auris sulit tidur. Melihat Yusuf yang sudah tidur terlalu nyenyak membuat Auris iri dan memilih untuk bangun dari tidurnya dan tidur di samping Yusuf. Ajaibnya belum sampai lima menit Auris ikut tertidur seperti Yusuf.

Auris terus memperhatikan Yusuf. Membelai wajah Yusuf yang sangat ia sukai. Saat mendengar kata hamil, Auris takut. Ia semakin takut di tinggalkan oleh Yusuf karena memiliki bayi. Auris hanya kasian dengan bocilnya yang bisa saja di tinggal oleh Yusuf, dia pasti akan menangis dan akan selalu menanyakan Ayahnya di mana. Auris bukannnya suudzhon hanya saja melihat Yusuf yang tidak suka dengannya membuat Auris berpikir Yusuf akan meninggalkannya dan pergi dengan wanita yang ia sukai.

Terbayang Yusuf selingkuh saja sudah membuat otak Auris panas.

Tangan Auris berhenti di bibir Yusuf yang tampak menggoda. Auris mendekatkan bibirnya di bibir Yusuf, lalu menyatukan kedua bibir itu. Auris hanya menempelkan bibir mereka, Karena Auris tidak mengerti cara ciuman yang benar seperti apa. Tapi tiba-tiba Auris merasakan tengkuknya di tekan dengan tangan. Dan itu tangan Yusuf! Auris yang memejamkan matanya langsung membuka matanya dan semakin melotot ketika melihat Yusuf yang matanya juga terbuka, hingga mereka saling melihat satu sama lain. Tapi tidak lama kemudian mata Yusuf tertutup, dan lebih mendalami ciuman mereka bahkan melumat bibir Auris. Tangan Yusuf yang tadinya berada di tengkuk Auris berpindah ke pinggang Auris. Mengangkat sedikit tubuh Auris agar mereka lebih menyatu, sehingga tidak ada jarak di antara mereka. Setelahnya Yusuf kembali memegang tengkuk Auris.

Auris juga menutup matanya.  Mengenggam bahu Yusuf yang tidak terlapisi kain dengan kuat. Auris sangat malu dan gugup bersamaan. Ini adalah ciuman kedua mereka setelah ciuman terakhir pada malam pertama.

Yusuf yang sudah terbangun awalnya ingin melepaskan ciuman Auris, tapi tubuhnya malah menginginkan lebih. Tubuhnya panas dan tegang. Hingga Yusuf susah menahan dirinya untuk tidak menciumi Auris.

Kucing mana yang menolak jika ada ikan asin di depan matanya?!

Tangan Yusuf bahkan sudah masuk ke dalam baju Auris. Dan tangannya sudah berada di perut Auris. Ada rasa ketenangan dan desir dalam tubuhnya ketika menyentuh perut itu.

Yusuf melepaskan ciuman mereka setelah kekurangan oksigen. Nafas Keduanya memburu. Yusuf langsung bangun dari baringannya dan langsung pergi tanpa melihat ke arah Auris lagi. Yusuf menuju kamar mandi, menenangkan dirinya dengan air dingin.

***

Berhubung hari ini adalah tanggal merah, Yusuf dan Auris tidak berangkat ke sekolah. Keadaan Auris pun sudah sedikit membaik, tidak ada teriakan dan tangisan lagi.

"Yusuf!" Panggil Auris dari dalam kamar. Walaupun masih malu atas kejadian tadi shubuh, tapi Auris tidak bisa menahan rasa keinginan untuk melihat Yusuf.

"Em." Jawab Yusuf setelah tiba di depan pintu kamar. Dan mengangkat alis kirinya bertanda 'Kenapa?'.

Dari tadi Yusuf berusaha untuk tidak berbicara pada Auris karena ia terlalu malu dengan kejadian tadi subuh.

"Nggak ada panggil aja." Jawab Auris dengan wajah tanpa dosa.

"Apaan sih nggak jelas." Ucap Yusuf dengan nada suara yang menjengkelkan bagi Auris. Auris langsung mengerucutkan bibirnya ke depan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Apa? Mau nangis?" Tanya Yusuf. Mendengar pertanyaan itu, Auris malah menghentikan niatnya yang ingin menangis.

Tok tok tok.

"Yusuf. Buka pintunya." Teriak seseorang dari balik pintu.

Suara pintu yang di ketuk membuat Yusuf mengalihkan pandangan matanya ke pintu depan rumah. Itu suara Ibunya. Auris yang sangat kenal suara itu jadi berkeringat dingin. Itu mertuanya! Auris masuk ke dalam selimut dan menenggelamkan dirinya. Sedangkan Yusuf sudah berjalan hendak membuka pintu.

Di depan pintu Yusuf melihat kehadiran Ibunya, Kakaknya dan keponakannya. Yusuf menerbitkan senyuman kakunya. Niar, Dira dan Alim yang berada di gandengan tangan Dira langsung masuk tanpa menunggu Yusuf mempersilahkan.

"Mau minum apa?" Tanya Yusuf gugup. Entah apa yang di gugupkan oleh Yusuf, Yusuf pun tidak tahu.

"Mana istrimu?" Bukannya menjawab pertanyaan Yusuf. Niar malah bertanya.

"Di kamarnya." Jawab Yusuf.

"Masih tidur?" Tanya Niar lagi.

"Udah bangun." Jawab Yusuf.

"Panggilkan ke sini, katanya mau bilang sesuatu. Ajak istrimu juga Suf." Yusuf mengangguk. Baru saja hendak pergi ke kamar sebuah tangan memeluk kakinya, Yusuf melihat ke bawah. Rupanya Alim yang memeluk kakinya. Yusuf langsung mengendong keponakannya. Alim dan Yusuf terbilang sangat dekat. Sebelum menikah, Yusuf sangat sering bermain ke rumah Kakaknya dan bermain dengan Alim.

Yusuf langsung membuka pintu kamarnya. Rupanya Auris malah membungkus dirinya ke dalam selimut tebal. Yusuf mengernyitkan dahinya heran. Ia meletakkan Alim di samping tempat tidur Auris dengan Yusuf yang berdiri di ujung ranjang berjaga-jaga agar Alim tidak terjatuh.

Auris yang merasakan kehadiaran orang di kamarnya semakin mengetatkan pegangan tangannya di selimut. Tidak lama kemudian, Auris merasakan rambutnya di tarik dengan kuat. Auris mengaduh dan menangkap tangan itu. Rupanya walaupun sudah menutup wajah menggunakan selimut, rambutnya masih saja keluar dari selimut. Auris langsung mengeluarkan kepalanya dari selimut itu dan terkejut saat melihat anak kecil tersenyum dengan gigi yang ompong. Apa ini anaknya? Auris hanya binggung dan terus menatap anak kecil di depannya ini.

"Kenapa lo natap Alim kayak lihat setan. Cepat keluar Ibu gue suruh lo ke luar." Ucap Yusuf.

"Em ya. Ini anak siapa?" Tanya Auris dengan jempolnya yang sudah di isap oleh Alim.

"Anak Kak Dira. Lepasin jempol lo, jorok." Yusuf melepaskan jempol Auris dari mulut Alim, mengendong Alim dan langsung membawanya keluar dari kamar.

Dengan membuang semua rasa takutnya. Auris bangun dari tidurnya, keluar menuju keluarga Yusuf. Rupanya keluarga Yusuf sudah duduk di depan tv dengan tv yang bernyala. Auris langsung duduk di samping Yusuf.

"Dira matikan TV nya." Ucap Niar yang membuat Dira buru-buru mematikan TV.

"Jadi mau bilang apa Suf? Kaya'nya penting banget, sampai nangis." Yusuf yang di tanya seperti itu semakin gugup tangannya memilin satu sama lain. Sedangkan Auris menatap ke arah Yusuf, ia sangat penasaran hal penting apa yang membuat Yusuf menangis, seumur hidupnya Auris belum pernah melihat Yusuf menangis.

"Auris hamil."

***

Gantungkan :" wkwkkw

Spam for next

Spam yg banyak ya 😘

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang