kalian hargai ya usaha Author dengan vote dan coment. I lop yu.
***
[Woi gue tunggu lo di belakang sekolah. Cepat nggak pakek lama. Kalau nggak gue tinggalin]
[Ih kenapa sih lo. Gue kan
capek kalau harus jalan
kaki lagi ke situ][Bawel lo. Kalau misalnya di parkiran, orang bakalan curiga kalau kita ada apa-apanya]
[Kan emang ada apa-
apanya][Kalau nggak mau pulang aja sendiri. Gue tunggu lima menit. Bye]
[Sepuluh menit boleh?]
[Suf]
[Oi Setan]
[Anjing]
Auris menghentakkan kakinya kesal ke atas keramik di tempat ruang BK sekolahnya. Ia kesal Yusuf hanya membaca pasannya tidak membalas pesannya.
Ia sudah capek, di suruh berjalan ke belakang sekolah yang berarti melewati pintu pagar sekolah dan berputar dari depan sekolah menuju ke belakang sekolah. Guru di ruang BK ini menyuruhnya berjanji untuk tidak berbicara kotor lagi dengan menulis di kertas 'Saya berjanji akan berbicara dengan sopan' sebanyak dua puluh lima lembar. Seratus lembar pun Auris menulis kalimat seperti itu, Auris tidak yakin bisa menuruti apa yang ia tulis itu.
Baru saja lima langkah berjalan cepat menuju Yusuf. Auris terhenti ketika mengingat sesuatu. Kunci, iya kunci motor Yusuf ada di kantungnya. Yusuf sendiri yang memberinya tadi pagi dengan alasan takut hilang. Karena sebelumnya Yusuf kehilangan kunci motornya. Rupanya kunci itu terjatuh di Kantin, di temukan oleh Ibu Kantin
Karena hal ini Auria berjalan dengan lambat menuju belakang sekolah. Mau ia selama apapun Yusuf pasti tidak akan hilang dari tempatnya. Mana mungkin motor itu bisa di jalankan tanpa kunci.
"Hai." Sapa Auris pada Yusuf yang wajahnya sudah menunjukan kegarangan.
"Gue bilang lima menit. Bukan dua puluh menit." Auris hanya mengangguk dua kali dengan wajah nyebelinnya agar Yusuf semaikin kesal padanya. "Mana kunci motor?" Setelah menunggu sepuluh menit tapi Auris tidak datang-datang Yusuf sudah berniat imgin langsung pergi meninggalkan Auris, tapi saat ia sudah duduk di atas motor. Ia baru ingat jika kunci motornya ada di Auris.
"Ni ambil. Kuncinya ada di kantong gue." Suruh Auris pada Yusuf sambil menyodorkan pantatnya. Berhubung Auris menggunakan baju olahraga, Auris berencana untuk mejahili Yusuf.
"Apaasih lo." Yusuf menampilkan tatapan garangnya pada Auris yang sudah samakin mendekatkan pantatnya pada Yusuf.
Yusuf sampai salah tingkah melihat pantat Auris yang montok itu. Yusuf mencoba menahan rasa yang bergejolak dalam tubuhnya. Perempuan ini benar-benar tidak ada malu dan meremehkan nafsu pria.
Yusuf melihat ke sekeliling tempat ia dan Auris berdiri. Di sini hanya ada beberapa Bapak-Bapak membelakanginya yang berada di warung kopi.
Langsung saja Yusuf meremas pantat itu dan segera mengambil kunci motor itu.
Auris yang diperlakukan seperti itu melototkan matanya tidak percaya. Bahkan kakinya sudah lemas sekarang. Ia sungguh tidak menyangka Yusuf bisa melakukan hal semacam ini padanya. Ia kira Yusuf akan marah-marah dan mengancamnya agar segera memberikan kunci motornya.
Auris melihat ke arah Yusuf yang sekarang sudah kembali menaiki motornya dan segera menghidupkan motornya. Yusuf bahkan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi antara mereka.
"Ayo cepat. Gue mau beli kebutuhan dapur." Suruh Yusuf dengan santai.
"EM IYA." Yusuf menatap aneh pada Auris yang berteriak. Sedangkan Auris menutup mulutnya dengan tangannya karena terkejut atas apa yang barusan baru saja ia ucapkan.
Tidak tau kenapa setelah Yusuf melakukan pelecehan padanya Auris menjadi gugup dan berniat untuk menghilangkan gugupnya itu dengan berbicara yang tegas agar tidak tampak gugup. Tapi suaranya jadi semacam berteriak seperti itu.
"Kenapa lo? Kesetanan." Tuduh Yusuf dengan wajah menjengkelkan. Tanpa menjawab hinaan Yusuf, Auris langsung langsung menaiki motor Yusuf.
"Kenapa lo?" Tanya Yusuf pada Auris yang sejak tadi diam saja. Biasanya perempuan itu akan mengoceh panjang lebar sepanjang perjalanan mereka.
"Hah?" Auris tidak mendengar apa yang barusan Yusuf bicarakan. Ia memakai helm dan suara keras kendaraan lain membuatnya sulit mendengarkan apa yang di ucapkan Yusuf.
"Dasar budek lo. Gue tanya lo kenapa?"
"Emang gue kenapa? Lo tu yang budek. Coba lo sekali di belakang, pasti lo juga bakalan susah denger."
"Gue tanya kenapa lo. Lo malah tanya lagi sama gue. Emang lo bisa naik motor? Kalau bisa lo gantian aja, lo yang bawa ni motor."
"Nggak bisa." Cicit Auris pelan, walaupun ucapan Auris pelan, Yusuf masih dapat mendengar suara itu dengan samar-samar.
"Emang tong kosong lo."
"Gue manusia ya bukan tong." Ucap Auris tidak terima.
"Suka suka lo. Ini nih akibat kalau badan di sekolah tapi jiwa di rumah."
"Apaan sih lo Suf. Ngomong lo makin nggak jelas. Lo gila ya?" Yusuf mendesis pelan yang tidak dapat di lihat oleh Auris. Percuma menjelaskan dari A ke Z, Yusuf yakin Auris tidak akan mengerti.
Karena tidak mendengar jawaban dari Yusuf lagi, Auris kembali membalikkan badannya melihat ke belakang. Tempat yang sudah hilang dari pandangan matanya. Pada persimpangan tadi Auris melihat ada yang menjual cilok. Auris sangat menginginkan itu tapi ia tidak memiliki uang, uang yang di beri oleh Yusuf sepuluh ribu selama tiga hari itu sudah habis. Mau meminta pada Yusuf, tapi Auris tidak yakin Yusuf akan mau membeli cilok untuknya.
Auris dan Yusuf berhenti di mini market yang jaraknya tidak jauh dari rumah kontrakkan mereka. Auris dan Yusuf memasuki area minimarket.
Yusuf mengambil trolley yang terdapat di samping pintu minimarekt, lalu mendorongnya untuk menjelajahi mini market ini.
"Eh Suf lo ambil daging sama ayam. Emang lo ada uang?" Tanya Auris binggung matanya saat ini fokus menatap isi trolley itu.
"Ada bonus di tempat kerjaan." Auris hanya menganggukkan kepalanya.
Tibalah mereka di tempat surga dunianya Auris. Matanya berbinar melihat Yusuf yang mengambil cemilan ringan dan minuman lalu di letakkan ke dalam trolley. Melihat deretan coklat, mata Auris semakin berbinar. Tangan Auris terulur hendak mengambil coklat itu, tapi baru saja menyentuh coklat itu, tangannnya langsung di tarik kembali oleh Yusuf.
"Nggak cukup uang gue bayar itu." Ucap Yusuf dengan wajah tanpa bersalah.
"Ihhh lo beli gitu ada kok uang, masak cuman coklat itu aja lo nggak ada uang." Kata Auris sambil menunjuk-nunjuk isi troelly itu.
"Ada uangnya tapi udah keburu habis untuk bayar semua belanjaan ini."
Auris yang keburu kesal mengambil beberapa cemilan Yusuf dan meletakkan kembali cemilan itu ke tempatnya semula. Lalu mengambil dua coklat beda rasa itu dan meletakkannya ke dalam troelly.
"Gimana cukup kan?" Tanya Auris sambil tersenyum mengejek. Yusuf tidak menanggapi pertanyaan Auris dan berlalu mendorong trolley untuk membayar belanjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...