-38-

7.5K 554 154
                                    

Komen perparagraf ya gengs. Soalnya akhir-akhir ini aku agak malas lanjutin ceritanya. Makasih ya udah selalu dukung aku. Semoga cerita ini dapat menghibur kalian. Jangan lupa vote ya. Makasih sekali lagi :)

***

Deg.

Deg.

Deg.

Jantung Yusuf langsung mencelos. Ia hanya berdiri kaku dengan teh nya yang sudah jatuh mengenai lantai yang dingin. Tidak mungkin, Yusuf bahkan belum sampai lebih satu jam meninggalkan Auris. Tapi kenapa Auris tiba-tiba meninggal.

Tanpa menatap Mia lagi, Yusuf langsung berlari memasuki ruangan Auris. Dan ruanganya kosong tidak ada penghuni. Jika Auris benar-benar meninggal, kenapa Yusuf tidak di beritahu?

"Lo di mana?" Yusuf menepuk dengan kasar kasur itu. Rasa panas menghujam matanya, matanya memerah. Air mata pun mengalir di matanya, entahlah kenapa Yusuf menangis. Intinya hatinya merasa tidak karuan. Rasa bersalah menghujamnya. Ia hanya tidak menyangka kejadian di Mall itu bisa membunuh Ibu dan anak itu.

"AKHHH." Teriak Yusuf.

"Maaf kenapa ya?" Seorang Suster memasuki ruangan kamar salah satu yang berada di rumah sakit.

Saat sedang berjalan menuju ruang Dokter, Suster cantik itu mendengar suara teriakkan. Jadi tanpa menunggu lama Suster langsung mengecek ke dalam kamar.

"Kemana pasian yang ada di sini?" Tunjuk Yusuf pada kasur kosong di depannya.

"Oh, pasien sudah men-."

"MENINGGAL? Saya suamianya, kenapa kalian tidak menunggu saya dulu. Kenapa langsung di bawa pergi? Di mana sekarang Auris? Di mana?" Yusuf bertanya dengan nada yang tidak terima dan menatap tajam Suster itu.

"Maaf sebelumnya. Pasian yang bernama Auris tidak meninggal. Beliau hanya di pindahkan ke ruangan rawat inap."

Yusuf langsung jatuh tergeletak di lantai. Ia mengeluarkan nafas leganya. Setidaknya Yusuf tidak akan merasa depresi karena merasa bersalah pada Auris.

"Di mana?"

"Di kamar mawar no 10." Yusuf mengangguk dan langsung ke luar dari ruangan itu.

Saat sudah di luar kamar, Yusuf ingin membentak Mia, hanya saja mereka sudah tidak ada di luar ruangan.

Tidak ingin membuang waktu lagi, Yusuf langsung berlari menuju kamar yang di sebutkan oleh Suster.

***

-Mawar No 1-

Yusuf membuka pintu dengan kasar, dengan napas yang terengah-engah, ia menatap seisi ruangan. Di dalam sudah sangat ramai, penuh dengan keluarga Yusuf dan tentunya Auris yang berbaring di atas ranjang. Langsung saja Yusuf berjalan menuju brangkar. Hampir sampai ke berangkar pandangan matanya langsung bertemu dengan Mia dan teman Auris yang lainnya.

"KENAPA LO BOHONGIN GUE? KALAU DIA BENARAN MATI GIMANA?" Teriak Yusuf tepat di depan wajah Mia.

"KAN LO EMANG MAUNYA SI AURIS MATI AJA KAN? BIAR LO BISA SAMA CABE ITU!" Mia membalas membentak Yusuf, Mia tidak takut sedikit pun. Niat ia membohongi Yusuf untuk membuat Yusuf sadar kalau dia sebenarnya menyukai Auris.

"Apaan sih." Devan yang ada di ruangan Auris jadi geram melihat permandangan di depannya. Devan menarik kerah Yusuf dengan kencang hingga terdorong ke belakang.

Yusuf yang di dorong itu langsung menghempaskan tangan Devan dengan kasar. Hingga genggaman itu terlepas. Tanpa berkata lagi Yusuf mendekat menuju Auris.

Yusuf memeluk Auris dengan erat. Mendengar detak jantung Auris, detak itu membuat Yusuf sadar jika Auris benar-benar masih hidup dan hal itu membuat ia tenang.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang