-31-

6.7K 512 77
                                    

Yusuf menyenderkan tubuhnya ke dinding kamarnya setelah terbangun dari tidur. Kemarin hari yang sangat melelahkan bagi mereka setelah kegiatan camping itu. Bahkan Yusuf langsung tertidur dari jam sembilan malam padahal Yusuf sangat jarang tidur dengan cepat.

Dengan mata yang masih memerah, Yusuf memalingkan wajahnya ke arah kasur Auris,  tepatnya kasur yang berada di atas. Perempuan itu tampak sangat nyenyak tertidur dan yang membuat Yusuf sangat risih adalah baju Auris yang tersingkap hingga menontonkan tubuh dalamnya. Yusuf langsung memalingkan wajahnya dari tubuh Auris, akhirnya Yusuf memilih untuk segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah.

Sebelumnya Yusuf dan Auris sudah bangun untuk shalat shubuh hanya saja tidur kembali setelah shalat bersama.

"Ris bangun." Yusuf duduk tepat di samping Auris berbaring dengan tangan yang mengoyang-goyangkan tubuh Auris. Tapi semua itu sia-sia Auris masih saja memejamkan matanya.

"Bangun dong lo, udah telat ni. Bentar lagi jam pertama masuk kelas." Yusuf beralih memegang pinggang Auris, bersiap-siap mengelitik jika Auris tidak juga membuka matanya.

"Lo? Aku kamu ya." Peringat Auris pada Yusuf dengan mata masih tertutup. Padahal Auris sudah mengatakan pada Yusuf agar segera menganti panggilan dengan aku-kamu bukan elo-gue lagi, tapi seyangnya Yusuf malah tidak mengikuti perintahnya.

Dan Sebenarnya sejak Yusuf membangunkannya ia sudah terbangun, ini bukan kebiasaannya tapi semenjak hamil Auris akan sangat cepat bangun jika ada yang mengusiknya.

"Terkilir lidah gue kalau ngomong gitu. Kalau lo nggak mandi, gue bakalan duluan ke sekolah."

"Yaudah, mandiin gue ya Suf." Ucap Auris  setelah membuka matanya dengan lebar dan duduk di atas tempat tidur. Auris sudah kembali menjadikan panggilannya seperti biasanya, pasalnya Yusuf tidak mau mengubah panggilan mereka.

Yusuf menatap Auris dengan pipi yang sudah memerah. Entahlah mendengar kata itu membuat Yusuf berpikiran yang tidak-tidak.

"Nggak mau." Jawab Yusuf cepat.

"Apa gue nggak usah mandi aja? Yaudah deh nggak mandi aja. Pulang sekolah aja nanti mandi." Ucap Auris sambil menatap Yusuf yang memandangnya dengan tatapan jijik.

"Tapi ini bakalan sembuh nggak ya pas pulang sekolah nanti." Tanya Auris pada dirinya sendiri dengan suara yang lirih, karena Yusuf berada di samping Auris jadi tetap saja Yusuf mendengarkan suara yang sangat lirih itu.

"Emang lo sakit apa?" Tanya Yusuf dengan menatap lekat Auris.

"Ini pas waktu mau pulang dari camping itu, tiba-tiba ada yang ngelempar batu gede ke arah gue, terus kena lengan." 

"Kok bisa sih?" Spontan Yusuf memegang lengan Auris, menarik sedikit bajunya dan tampaklah luka yang membiru itu.

"Nggak tau sih tapi dia kayak mau ngelempar itu ke perut, cuman gue kayak ngehindar gitu. Jadi yang kena cuman lengan." Jelas Auris lagi membuat Yusuf terkejut. Tanpa sadar Yusuf menekan terlalu kuat luka yang ada di lengan Auris. "Akhhh aduh sakit, jangan di tekan."

Yusuf langsung melepaskan tangannya dari lengan Auris dan menatap dinding dengan pandangan datar. Apa pria itu berniat membunuh anaknya? Apa ancaman yang Yusuf berikan tidak bisa membuatnya takut?

"Suf." Panggil Auris lagi.

"Kenapa lo nggak bilang sama gue?"

"Biasanya sih kalau luka atau apa nggak bilang sama siapa-siapa."

"Lo nggak boleh gitu, kalau sakit bilang."

"Iya deh. Suf mandiin gue dong ini badan lengket, lo taukan kalau tangan gue sakit jadi susah buat ambil air pakek gayung." Jelas Auris yang sudah bersiap-siap membuka bajunya di depan Yusuf saat ini juga.

"Nggak usah, gue nggak bisa nahan nanti." Yusuf langsung menahan lengan Auris yang hendak membuka bajunya.

"Nahan apa?" Sial, Yusuf bisa sampai kecoplosan. "Nggak ada, cuman salah ngomong aja."

"Jadi gue nggak man-." Ucapan Auris langsung terhenti ketika mendengar sambungan telepon dari ponsel Yusuf.

"Tunggu bentar." Setelah mengucapkan itu Yusuf langsung beranjak meninggalkan Auris sendirian.

Auris mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Yusuf pergi saat menerima penggilan. Biasanya akan menjawab tepat di depan Auris. Karena lagi malas berpikir Auris memilih untuk mandi saja. Auris sebenarnya masih bisa menggunakan tangan kirinya untuk mengambil air, walaupun sedikit susah. Hanya saja Auris hanya ingin di mandikan oleh Yusuf. Dan lihatlah betapa bodohnya Yusuf barusan, bisa-bisanya percaya bahwa Auris tidak bisa mandi sendirian.

***

"YUSUF."

Auris sudah duduk di atas kursi makan dengan pakaian lengkap sekolahannya. Tapi tiba sudah selesai menyelesaikan persiapan sekolahnya, Yusuf tidak terlihat. Apa Yusuf masih teleponan? Tapi mereka bisarakan apa sampai selama ini. Tidak ingin menahan rasa penasarannya, Auris berjalan keluar menuju Yusuf.

Di depan pintu langkah Auris langsung terhenti saat mendengar sesuatu yang mencurigakan.

"Iya kita bakalan pergi ke sana."

"Iyah."

"Iya, Auris nggak bakalan tau kok."

"Tenang aja. Lo kan cewek pasti punya insting yang sama."

"Yaudah udah dulu, tadi si Auris manggil gue."

Saat merasa Yusuf sudah selesai menelepon, Auris buru-buru berlari menuju meja makan. Dengan menormalkan nafasnya Auris berusaha untuk bersikap senormal mungkin.

"Kenapa belum makan?" Tanya Yusuf sambil menatap piring Auris yang masih utuh.

"Ouh itu, nungguin Yusuf datang. Em Suf yang nelepon siapa?"

"Dika." Auris yang tadi memandang ke arah piring yang berisi lontong langsung menatap Yusuf dengan pandangan tidak menyangka.

Ada apa ini kenapa Yusuf berbohong? Jelas- jelas Auris mendengar sendiri jika Yusuf berkata cewek pada percakapan telpon tadi, tapi kenapa sekarang mengatakan nama Dika yang seorang pria.

"Kenapa natap gue kayak gitu?" Yusuf menatap heran karena Auris yang terlalu berlebihan dalam menatapnya.

"Nggak kenapa-kenapa."

"Em Suf yang di depan itu mobil siapa?" Yusuf langsung membatu. Mobil, Yusuf mengusap rambutnya binggung. Itu mobilnya yang di beli kemarin, dan masalahnya sejak awal Auris tidak mengetahui bahwa Yusuf mempunyai pekerjaan yang mapan. Apa Auris akan marah jika mengetahui selama ini Yusuf berbohong. Tidak ingin mengambil resiko, untuk saat ini Yusuf memilih untuk menutupinya.

"Oh itu, mobil temen." Jawab Yusuf dengan sekali tarikan nafas.

"Ouh tapi kenapa di depan rumah kita?" Tanya Auris lagi.

"Dia nitip, besok di ambil kok." Auris mengangguk paham dan melanjutkan memakan makanannya.

***

Kalian tau aplikasi kbm? Nah di kbm babnya udah jauh. Jadi kalian nggak perlu nunggu kalau mau baca di sana. 

Maaf ya telat update. Soalnya lagi maraton nonton "Flower of evil" bagus banget dramanya.

Komen ya supaya semangat buat lanjutinya.

Haiiiiiii.

300 comment and 400 vote.

Terima kasih semua yang sudah membaca:)

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang