-30-

7.7K 579 85
                                    

Please, 380 Vote ya

***

"Jadi lo beneran tidur di tenda si Auris tadi malam?" Tanya Rendy lagi untuk memastikan ucapan Yusuf barusan.

Sambil bertanya Rendy juga sedang membereskan semua pakaian dan barang-barang yang di bawanya untuk di masukkan ke dalam tas. Berhubung hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan camping.

"Iya." Jawab Yusuf kalem.

"Dan wajah lo kenapa rusak gitu? Dari tadi gue tanya nggak lo jawab-jawab." Emang sejak subuh tadi Deffin sudah melihat Yusuf yang datang dari tenda Auris menuju tenda mereka.

Saat bangun pagi Deffin sudah menyadari bahwa tidak ada Yusuf di tenda mereka, tapi Deffin tidak khawatir karena ia yakin jika Yusuf bisa menjaga dirinya sendiri.

"Gue berantem sama si Ghali." Jawab Yusuf kesal. Mendapat pertanyaan seperti itu semakin membuat Yusuf kesal, sangking kesalnya Yusuf menaruh bajunya asal-asalan ke dalan tas ranselnya.

"Gara-gara Auris pasti kan?" Goda Deffin pada Yusuf. Sudah tidak tabu lagi jika Ghali menyukai Auris, pasti satu sekolah sudah mengetahui itu semua. Berhubung Ghali dan Auris memang cukup populer di sekolah mereka.

Yusuf yang di tanya hanya diam saja, entahlah apa karena Auris apa karena emang perilakunya yang emang suka berkelahi. Walaupun sudah berkelahi hingga rasanya hampir mati, tetap saja Yusuf masih sangat ingin memukul Ghali.

"Tapi bukannya si Yusuf suka sama si Putri ya, kok bisa si Yusuf sama Ghali ngerebutin Auris." Tanya Dika sama dirinya sendiri, tapi dengan suara yang keras. Tanganya pun mengusap dagunya seolah-olah memikir sambil mengejek.

"Ngerebutin? Nggak ya." Balas Yusuf tidak terima.

"Iya juga ya Dik." Rendy mentap setuju ke arah Dika. "Apa lo nggak suka lagi sama sih Putri?" Tanya Rendy pada Yusuf.

"Apaan Sih Ren. Tapi gue rasa, kayaknya masih suka deh sama si Putri." Ucap Yusuf dengan ragu. "Udahlah berhenti tanya-tanya." Lanjut Yusuf lagi dengan nada tidak suka. Setelahnya langsung keluar sambil menyepak tas Rendy dengan kuat.

Rendy, Dika dan Deffin menatap aneh pada Yusuf yang menyepak tas Rendy. Apa dia marah? Tapi kenapa? Tidak ingin banyak berpikir mereka ikut menyusul Yusuf yang sudah berada di depan mereka yang menuju Bus.

***

"Ris lo jangan aneh ya. Masak lo masih mau nyari si Yusuf biar bisa satu bangku sama dia. Emang lo nggak trauma atau apa gitu setelah di usir sama si Yusuf!" Pagi-pagi begini Anara sudah sangat kesal dengan kebodohan Auris. Bagaimana bisa dia ingin mencari Yusuf, padahal sudah jelas-jelas Yusuf menolak kehadiran Auris saat sahabatnya ini meminta untuk duduk di sampingnya.

"Tapi kan ini permintaan si kecebongnya Yusuf." Balas Auris sambil menunduk pasrah.

"Yaudah deh serah lo aja." Balas Anara. "Noh tu lihat si Yusuf, sana samperin kalau lo berani." Anara mencoel bahu Auris dan menunjuk Yusuf. Anara sadar sebagai teman ia tidak boleh terlalu mengekang Auris, lagi pula ini bukanlah hal yang buruk. Ingat! Yusuf adalah suaminya Auris.

"Ah nggak jadi deh." Auris yang melihat wajah Yusuf jadi menciut. Walaupun tadi malam Yusuf tampak sangat bersahabat dengannya, tapi Auris masih belum siap jika mendapatkan penolakan lagi.

"Yaudah ayo kita naik Bus itu." Anara menarik tangan Auris untuk menaiki Bus yang tepat berada di samping mereka.

Tiba di dalam bus, Auris yang hendak duduk di kursi belakang jadi terhenti karena sebuah tangan menarik lengannya hingga ia terduduk di kursi Bus bagian paling depan Bus. Jantung Auris berdetak dengan cepat saat orang itu menarik tangannya, Auris sangat terkejut.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang