-11-

7K 387 18
                                    

Kringggg....kringggggg

Alarm yang sangat membengkakkan telinga itu membangunkan Auris dan Yusuf yang sedang tertidur. Auris yang kesal langsung mengambil alarm itu dan melemparkan alarm ke dinding, sungguh sangat mengganggunya.

"Ihh apasih lo. Itu mahal gue beli." Yusuf yang melihat kejadian di depan matanya itu tidak terima. Alarm superman itu rusak sia-sia hanya gara-gara di lempar.

"Nanti gue beli baru, itu aja repot." Jawab Auris malas dan kembali membenarkan tidurnya. waktu tidurnya hanya lima jam tadi malam, dan itu sangat kurang baginya. Gara-gara perutnya yang sangat sakit. Tapi untungnya perutnya sudah tidak sakit lagi.

"Sok lo kayak ada uang aja." Auris yang emang tidak memiliki uang hanya diam tidak membalas ucapan Yusuf. "Siap-siap lo. Ke sekolah."

"Nggak usah sekolah ya. Masih sakit ini." Sebenarnya Auris tidak ingin berbohong tapi ia sangat malas sekolah hari ini.

Auris kembali memposisikan tubuh menjadi lebih nyaman.

"Yaudah terserah ." Setelah mengucapkan itu, Yusuf keluar dari kamarnya. Ia sungguh tidak perduli cewek itu mau sekolah apa tidak.

***
Auris beralih ke dapur. Pagi ini, ia memutuskan membuat nasi goreng. Sebelumnya Auris sudah menonton di youtube cara memasak nasi goreng.

Auris sekarang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Ia memutuskan untuk sekolah, sebab jika di rumah ia akan merasa kesepian.

Dalam waktu yang tidak singkat, akhirnya Auris menghidangkan nasi gorengnya dan langsung meletakkannya di atas meja mini dapurnya.

"Ini lo masak?" Tanya Yusuf yang sudah duduk di meja makan. Dan melihat ragu nasi goreng yang warnanya itu lebih pudar tidak seperti nasi goreng biasanya.

"Em." Jawab Auris asal. Udah tau hanya dirinya yang ada di sini, ya pasti tentu ia yang memasak nasi goreng ini.

"Bisa masak lo?" Tanya Yusuf lagi. Ia ragu takutnya nasi itu membuatnya jadi sakit perut atau bisa jadi meninggal. "Ini ada sianida pasti ?"

"Gila lo. Repot banget lo ya. Makan aja nggak usah banyak bacot." Auris tidak terima nasi yang ia masak dengan cinta, tapi malah di tuduh menggunakan sianida.

"Ngomong lo ya, nggak sopan banget. Udah gue bantuin juga tadi malam."

"Ouh iya. Makasih ya suami." Ucap Auris dengan wajah dan suara yang di imut-imutkan.

"Najis."

Tanpa banyak kata Yusuf langsung menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Rasanya tidak buruk hanya sedikit hambar, tapi yang ia tidak suka adalah minyak yang berlebihan.

"Minyaknya kebanyakan." Kritik Yusuf pada masakan Auris. Auris yang mendengar itu hanya mendengus dan mengangguk pelan, padahal ia berharap Yusuf akan mengatakn 'Istriku sayang, nasi gorengnya sangat enak.'

"Katanya nggak sekolah?" Tanya Yusuf setelah selesai menyatap makanannya.

"Nggak ada kawan gue di rumah."

"Lo kan ada kawan di sini. Masak lo nggak akuin sih."

"Siapa teman gue? Nggak usah ngadi-ngadi deh lo. Kan lo bakalan berangkat ke sekolah, kalau lo nggak sekolah, gue juga nggak ke sekolah."

"Bukan gue maksudnya."

"Jadi?"

"Itu si pocong." Ucap Yusuf santai dan tidak sabar melihat luapan marah dari Auris.

Dapat ia lihat perempuan itu terdiam dan terus menatap ujung dapur. Tempat di mana tadi malam ia menakuti perempuan ini.

"Anying lo. Mau mati lo?" Bulu kuduk Auris sudah berdiri. Dan Auris tidak suka jika ada mahkluk tidak kasat mata berada di dekatnya, itu sangat menakutkan.

"Hahahaha." Bukannya menjawab dengan jelas perkataan Auris, Yusuf malah ketawa seperti orang gila.

"Udah deh nggak usah bahas adik lo itu." Ucap Auris sambil tersenyum sinis. Ia sangat suka melihat raut wajah tidak terima yang di tunjukkan oleh Yusuf. "Em btw ada yang aneh deh."

"Apanya?" Tanya Yusuf.

"Ini darah haid gue udah nggak keluar lagi." Tadi subuh ketika ia berniat untuk menganti celana baru, Auris merasa heran dengan pembalutnya yang tidak menunjukkan adanya darah baru, yang ada hanya bekas darah yang tampak sudah lama.

"Em nggak tau gue. Gue nggak pernah haid soalnya. Kesumbat mungkin." Jawab Yusuf asal.

"Ouh bisa jadi sih."

***

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Auris dan teman-temannya berjalan bersama menuju kantin.

"Eh Ris lihat tu yang duduk di taman." Ucap Mia sambil menunjuk ke arah pria dan wanita yang sedang duduk di sebuah kursi taman berdua. Sebenarnya tidak ada yang masalah tentang itu, tapi yang menjadi masalah adalah yang duduk di situ adalah Yusuf dan Putri.

"Ihhhh apa si Yusuf selingkuh?" Tanya Anara dengan nada yang sangat kencang. Bella yang berada di samping Anara langsung membungkam mulut temannya itu menggunakan tangannya.

"Jangan keras-keras suara lo. Kan udah di bilang sama Auris jangan sampai hubungan mereka bisa diketahui orang." Bisik Bella. Anara yang merasa bersalah melihat keselilingnya dan untungnya orang-orang seperti tidak memperdulikannya.

"Ihhh kenapa sih si Yusuf itu. Lihat aja bentar lagi dia bakalan jilat ludah sendiri." Walaupun Anara sudah tidak membesarkan suaranya tetap saja rasa tidak terima masih tertanam di hatinya.

"Berisik kalian." Teriak Auris pada Anara dan Bella. Telingannya snagat panas mendengar pembahasan yang juga Auris benci. Ia sangat ingin membeberkan pada seisi sekolah bahwa ia adalah istri Yusuf.

Sstelah mengucapkan itu langsung saja Auris berjalan menuju mereka.

"Oi pelakor enak ya lo dekat-dekat sama laki gue." Tanpa melihat orang di sekitarnya itu Auris langsung marah-marah pada Putri yang menatap heran pada Auris, memikirkan apa salahnya.

Yusuf tidak memperdulikan Auris yang berkoar-koar itu, sebab Auris tidak menyebutkan siapa yang ia maksud.

"Maaf ada apa ya, kami sedang rapat?"

Bukan Putri atau Yusuf yang membalas ucapannya tapi malah seseorang yang berada di belakangnya. Dengan kesal Auris melihat ke belakang dan tepat rona merah langsung mengumpul di pipinya. Rupanya bukan hanya Yusuf dan Putri yang berada di sini. Mereka tidak berduan saja tapi ada beberapa orang seletingnya yang duduk agak jauh dari Yusuf dan Putri dan sialnya Auris tidak memperhatikan hal itu.

Tanpa kata Auris langsung berlari kecil meninggalkan taman. Untung saja ia belum menarik kerudung perempuan itu.

"Sial. Mana si Mia?" Auris langsung menghampiri temannya yang tidak jauh dari taman itu. Dan Auris sudah menebak jika mereka mengetahui apa yang barusan terjadi.

"Itu." Adel menunjuk Mia yang sudah lari terbirit-birit di depan sana.

"ANJING LO MIA. GUE BAKALAN BALAS PERBUATAN LO." Teriak Auris membahana, membuat orang di sekitar mereka melihat kearah Auris.

"Aurista. Ikut saya ke BK." Ucap Bapak Ryan guru Fisikanya. Sekarang Auris sadar bahwa gurunya mendengar teriakan kata kasarnya barusan, apalagi Auris berbicara kata Anjing, pasti di hukum abis-abisan oleh Bapak Ryan yang selalu mengutamakan kesopanan. Auris merasakan dunianya runtuh saat itu juga. Auris mengalihkan pandangan matanya pada temannya berniat meminta bantuan, tapi Anara, Adel, Bella hanya menggelengkan kepalanya.

***
Rencana nya mau update seminggu sekali. Kalian maunya hari apa?

Jangan lupa vote dan komen.

Share juga ya 😊

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang