-2-

8.5K 504 33
                                    

Sebelum baca vote sama coment dulu ya.

***

"Gimana ni, kita culik si Yusuf?" Tanya Bella sambil memperhatikan Yusuf yang sedang berjalan kaki untuk pulang ke rumah selepas dari sekolah.

Auris dan teman-temannya langsung melakukan rencana yang disusun oleh Auris setelah pembicaraan mereka dua hari yang lalu.

"Ya. Terus kita bawa dia ke rumah sewa yang udah gue sewa kemarin." Ucap Auris dengan senyum miringnya. Auris sudah menyiapkan semua dari menyewa rumah lusuh dan perlengkapan rumah yang murah agar warga yang melihat semakin yakin. Dan yang paling penting sarung tangan yang sudah ia taruh sebuah cairan yang membuat orang pingsan seketika.

"Lo pada udah tau kan rencana kita? Masih ingat kan?" tanya Auris pada Anara, Adel, Bella dan Mia yang dibalas anggukan dari mereka.

"Tapi, kamu yakin nie Auris?" Tanya Adel yang sekarang sedikit kasian pada teman sekolahnya itu.

"Yakin lah. Kalau lo nggak berani, pergi sana! Tega lo nggak mau bantu teman sendiri." Adel yang mendapat omelan dari Auris hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Adel Tidak ingin gara-gara ini membuat ia dengan sahabat yang selalu membantunya ini bisa hancur.

"Ohya. Kalau si Yusuf udah pingsan tu yang angkat siapa?" Tanya Mia pada Auris.

"Ya kita dorong sama-sama. Jadi kita tunggu aja si Yusuf mendekat ke sini, biar kita dorongnya nggak jauh-jauh."

Auris, Anara, Adel, Bella dan Mia menunggu Yusuf mendekat ke arah mereka yang sekarang sedang bersembunyi di balik papan sebuah toko yang tertutup. Kebetulan sekali toko itu dekat dengan rumah yang sudah di sewa oleh Auris.

Auris yang melihat Yusuf sudah berjalan di hadapan mereka langsung berlari menuju Yusuf dan mendekatkan kain itu ke arah mulut dan hidung Yusuf hingga Yusuf pingsan tidak sadarkan diri.

"Ayo cepat ke sini, sebelum ada yang liat. " Setelah melihat Yusuf pingsan Auris langsung memanggil teman-temannya untuk membantunya membawa Yusuf ke rumah sewa.

Mereka bersiap siap mendorong Yusuf, ada yang menarik tangan dan ada yang menarik Kerah baju Yusuf.

"Berat bang*at badan calon lo Ris." Anara yang kelelahan mendorong Yusuf mengumpat yang membuat Auris melotot galak dan Adel yang menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan mulut temannya yang satu ini.

Akhirnya mereka bisa membawa Yusuf ke dalam rumah petak yang ukurannya sangat kecil. Yusuf diletakkan ke atas karpet yang sudah ada bantal empuk yang baru saja di beli oleh Auris.

Auris langsung melakukan rencananya. Membuka baju sekolah Yusuf  dan sinlet yang dipakai oleh Yisuf. Begitupun dengannya yang sudah selesai membuka baju sekolahnya, yang tersisa hanya tentop.

"Eh nggak usah Ris." Ucap Adel pelan karena melihat Auris yang hendak membuka tentopnya juga. Auris yang mendengar ucapan Adel hanya acuh dan membuka tentopnya hingga tersisa pakaian dalam pada bagian atas.

"Aduh. Apa perlu buka celana si Yusuf?" Tanya Auris yang sudah berada di resleting Yusuf jadi bergetar sendiri.

"Eum terserah lo deh." Kata Anara yang melihat aksi kebodohan Auris.

"Lo harus ingat ya. Kebodohan nggak ada obat." Ucap Mia. Auris yang mendengar itu acuh tak acuh.

"Nggak ah malu gue." Ucap Auris dan melepaskan tangannya dari resleting Yusuf.

"Badannya bagus banget Ris nggak nyangka gue." Kata Mia yang sejak tadi memandang tubuh Yusuf yang kekar.

"Tutup ya mata lo." Ngegas Auris dengan tidak selo mengambil selimut untuk menutupi badan Yusuf. Auris juga ikut tidur di bawah selimut yang sama seperti Yusuf.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang