-17-

6.9K 505 36
                                    

Auris yang memberontak langsung terdiam. Hanya suara tangisannya yang terdengar memenuhi ruangan inap rumah sakit.
"Maaf Pak, Buk. Jangan berisik, ini rumah sakit." Ucap Suster rumah sakit pada Auris dan Yusuf. Mendengar ucapan Suster itu, Yusuf hanya mengangguk, lalu Suster itu keluar dari ruangan Auris.

"Udah nggak usah nangis lo." Ucap Yusuf, lalu Yusuf hendak keluar dari ruangan Auris. Berada di sini lama-lama membuatnya stres. Tapi baru saja satu langkah ia berjalan sebuah tangan menahannya.

"Di sini aja." Ucap Auris disertai isak tangis. Yusuf menghentak tangan Auris dari tangannya, dan melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan ini.

"GUE BILANG DI SINI AJA. DI SINI AJA, HUAAA." Yusuf memandang tidak suka pada Auris yang berteriak kembali, padahal sudah di bilang tidak boleh berisik. Ia memejamkan matanya sejenak lalu memutuskan untuk kembali mendekat ke brangkar Auris dan duduk di kursi yang tersedia.

"Udah. Nggak usah teriak-teriak." Kalau di lihat-lihat Yusuf juga prihatin melihat kondisi cewek di depannya ini, perempuan ini baru tujuh belas tahun tapi sudah mengandung. Yusuf merasakan tangannya di denggam dan di bawa ke samping tempat tidur, tepatnya di pipi Auris. Yusuf hanya menatap perlakuan Auris tanpa menarik kembali tangannya. Yusuf tidak ingin mencari masalah lagi dan tidak ingin ada keributan lagi.

Auris mengengam tangan besar Yusuf, lalu membawanya ke pipinya. Auris tidak tahu harus apa sekarang. Dia akan jadi Ibu dari anak kecil, sedangkan Auris masih merasa jika dia masih kecil belum besar. Auris takut melahirkan, semakin memikirkan itu. Auris semakin menguatkan pegangan tangannya pada Yusuf. Rasa takut menjalar ke tubuhnya, Auris memejamkan matanya agar segera tertidur, dan bisa melupakan masalahnya sejenak.

"Jangan tidur. Ayo pulang, impus lo udah habis. Gue mau panggil Suster dulu jadi lepasin dulu tangan gue." Ucap Yusuf setelah melihat isi impus yang sudah kosong. Yusuf melepaskan tangan Auris dari tangannya. Dan untungnya tidak ada pernolakan, lalu Yusuf keluar menemui Suster.

"Udah ayo bangun." Ucap Yusuf setelah Suster selesai melepaskan infus di tangan Auris. Tapi Auris hanya berbaring tidak bangun sama sekali.

"Ayo pulang." Ulang Yusuf lagi. Ia kesal dengan Auris yang hanya melamun dari tadi. "Pulang oi." Ucap Yusuf tepat di telinga Auris. Auris terkejut dan langsung melihat ke arah Yusuf. "Turun." Ucap Yusuf lagi.

Auris mencoba bangun dari tidurnya dengan bertumpu pada ranjang kasur, hingga ia terduduk. Walaupun sudah hendak turun, Auris masih saja melamun. Saat berjalan Auris tersandung kursi. Auris menutup matanya dengan erat saat merasa akan terjatuh. Tapi ia tidak merasakan badannya sakit, rupanya Yusuf menangkap Auris. Tanpa banyak kata, Yusuf langsung mengendong Auris.

***

Tiba di kamar mereka. Yusuf membaringkan Auris ke atas tempat tidur.

"Udah makan?" Tanya Yusuf.

"Belum." Jawab Auris.

Yusuf langsung ke luar dari kamar mengambil makanan dan minuman, lalu kembali masuk ke dalam kamar.

"Nih makan." Yusuf menyerahkan piring yang berisi nasi pada Auris. Auris mengambil piring yang di sodorkan oleh Yusuf dan memakan makanan itu setelah sebelumnya sudah bersandar ke sandaran kasur.

"Udah." Serah Auris pada Yusuf setelah memakan dua suap nasi.

"Makan lagi baru dua suap."

"Nggak mau. Mual Suf." Yusuf hanya mengalah dan mengambi piring yang masih penuh dengan nasi. Tidak ingin membuang-buang nasi, Yusuf menghambiskan sisa makanan Auris. "Yaudah sekarang lo tidur." Ucap Yusuf setelah menyelesaikan sarapannya. Yusuf menarik kasurnya dan langsung berbaring di kasur bawah.

Yusuf mendadak terbangun dari tidurnya. Hembusan nafas mengenai tekuknya dan itu membuat Yusuf kegelian. Yusuf membuka matanya lebih lebar lagi agar lebih bisa melihat dengan jelas, Yusuf memalingkan wajahnya ke arah samping. Ternyata Auris tertidur pulas di sampingnya dengan memeluknya erat, sangking eratnya kaki Auris berada di perutnya. Yusuf risih berada di posisi seperti ini, Yusuf mengangkat kaki Auris agar menjauh dari perutnya.

Yusuf ingin bangun, agar bisa mengangkat Auris kembali ke atas tidur. Tapi baru saja hendak bangun. Suara Auris menganggunya.

"Hi-ks." Yusuf heran pada Auris yang menangis. Apa segitu tidak ingin Auris untuk hamil? Sampai-sampai menangis seperti itu. Padahal Auris sudah jelas-jelas tahu jika mereka sudah menikah, jadi ketakutan yang terbesar bagi anak SMA yang hamil tidak di rasakan oleh Auris. Yaitu hamil di luar nikah.

Akhirnya malam ini, Yusuf membiarkan Auris tertidur dengan memeluknya erat.

***

Aku ini nggak tegaan gitu loh sama tokohnya. Awalnya aku mau buat si Auris hamil di luar penikahan gitu. Terus aku mikir kasian nanti anak Auris :" jadi aku bikin deh hamil dalam pernikahan :)

Vote dan coment ya guys.

Pendek guys :p

Komen 200 langsung update

Spoiler: Part selanjutnya Ibu Yusuf bakalan datang ke rumah :)

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang