Komen perparagraf ya gengs. Supaya cepat updatenya. Semoga cerita ini dapat menghibur kalian. Jangan lupa vote ya. Makasih sekali lagi :)
***
"Jawab kalau gue ngomong Ris." Gerutu Yusuf karena Auris hanya diam tidak membalas ucapannya sedari tadi, padahal Yusuf ingin mendengar suara Auris. Dan Yusuf juga kesal dengan Auris yang sedari tadi tidak melihat ke arah dirinya.
"Ayo makan." Yusuf berdiri dari duduknya saat melihat jam yang sudah menunjukkan waktu makan malam. Yusuf mengambil makanan di atas meja yang memang sudah di sediakan oleh pihak rumah sakit.
Yusuf baru menyadari bahwa kamar yang di inap oleh Auris fasilitasnya sangat lengkap. Ini pasti kerjaan kakaknya.
"Ayo makan dulu." Yusuf mencolek bahu Auris. Tapi tetap saja Auris hanya diam membisu tidak membalas ucapannya.
Auris hanya berpaling dengan air mata yang sebentar lagi akan turun. Sakit rasanya saat orang yang sudah menyakitinya bersifat seperti tidak terjadi apa-apa. Auris benci berada di posisi seperti ini.
"Oke, gue tau gue salah, tapi please lo juga harus makan nasi buat lo sama anak lo." Jelas Yusuf.
Auris membisu masih sulit untuk membalas ucapan Yusuf. Sebenarnya Auris ingin makan, hanya saja Auris tidak ingin jika Yusuf yang memegang piringnya.
"Ayo makan." Yusuf membalikkan badan Auris hingga menghadap dirinya, hingga Auris kembali terlengtang. "Gue naikin ranjangnya dulu ya." Yusuf menaruh makanan ke atas meja, lalu mengambil remot dan menaikan sedikit ranjang Auris.
Setelah sudah sedikit naik. Auris langsung mengambil piring yang tergeletak di sampingnya. Dan langsung menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Mau gue suapin?" Tanya Yusuf yang sudah mendekat ke arah Auris.
Perempuan di hadapannya ini hanya diam, tidak menanggapi ucapannya. Dengan inisiatifnya sendiri, Yusuf mendekat untuk mengambil piring Auris. Sayangnya Auris menahan piringnya. Yusuf akhirnya mengalah dan membiarkan Auris memakan nasinya sendiri.
"Ni minum." Yusuf mengarahkan gelas minum ke arah mulut Auris. "Buka mulutnya." Dengan sedikit paksaan akhirnya Auris membuka mulutnya.
Setelah selesai makan pun Auris masih saja diam, tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun. Padahal Yusuf sangat ingin mendengar suara itu.
"Ris mau minum?"
"Lo kenapa?"
"Mau apa?"
"Nonton tv mau?"
Tetap saja membisu. Dengan kesal Yusuf mendekat ke arah Auris, mendaratkan tangannya di antara kepala Auris dan menatapnya dalam. "Ngomong sama gue, atau gue cium."
Auris meremas tangannya satu sama lain. Ia tidak mau di cium. Kalau di pikir lagi Yusuf pasti hanya ingin mengancam dirinya, nggak mungkin Yusuf benar-benar ingin mencium Auris.
Dengan gerakan yang cepat, Yusuf mendekatkan bibirnya ke bibir Auris. Ia menekan tekuk Auris agar tidak memberontak, mendalami ciuman mereka dan melumat bibir Auris.
Auris mencoba melepaskan tangannya dari gengaman tangan Yusuf, tapi sialnya Yusuf tetap tidak melepaskan tangannya. Kalau begini ciuman ini akan sangat sulit di hentikan. Setelah semua yang di lakukan Yusuf, Auris merasa Yusuf sudah tidak pantas lagi menyentuhnya. Apa Yusuf pernah mencium wanita lagi selain dirinya? Tidak Ada pilihan lain, Auris memilih untuk mengigit bibir Yusuf mengunakan giginya.
"Akhh." Yusuf melepaskan ciuman mereka, memegang bibirnya yang mengeluarkan darah. Di ambilnya tisue di samping brangkar, dan mengelap bibirnya dengan pelan mengunakan tisue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...