-5-

8.5K 474 16
                                    

"Suf tidur." Ajak Auris pada Yusuf yang sejak tadi hanya menonton televisi barunya tanpa memperdulikan Auris yang selonjoran di atas sofa empuk.

"Ya tidur, nggak usah ajak-ajak. Gue masih mau nonton." Balas Yusuf.

"Goalll." Teriak Yusuf yang membuat Auris tersentak karena terkejut.

"Bukan maksudnya tu gue mau tidur ma elo."

"Murahan banget." Gerutu Yusuf dengan pelan.

Auris yang tidak terima dengan ucapan Yusuf bangun dari baringannya lalu mencubit pinggang Yusuf dengan kencang.

"Sakit oi." Teriak Yusuf sambil mengelus bekas cubitan Auris di pinggangnya. Langsung mematikan tvnya dan mengejar Auris yang berlari ke kamar mereka.

"Sini lo." Yusuf maju mendekat ke arah Auris yang sekarang memojokkan dirinya ke dinding dekat dengan tempat tidur. Apa Yusuf akan membalas cubitannya?

Yusuf yang melihat kepanikan Auris, membuat Yusuf tidak dapat menyembunyikan senyuman miringnya. Yusuf ikut naik ke atas kasur memperangkap tubuh Auris lalu membatingnya agar rebahan di atas tempat itu, tanpa menunggu lama Yusuf mengelitik pinggang Auris.

"Woi udah. Santuy dong lo kan cowok, masak cubit gitu doang baper." Ucap Auris sambil merusaha melepaskan tangan Yusuf dari pinggangnya, sia-sia Yusuf tidak ingin melepaskan tangannya dari tubuh Auris.

Melihat Auris yang sudah keringatan membuat Yusuf teringat ucapan Ibunya yang katanya kalau mengelitik orang lama-lama bisa menyebabkan kematian. Entahlah itu benar apa tidak, atau mungkin Ibunya tidak sanggup mendengar keributan yang ia timbulkan bersama Kakaknya. Jika benar pun bisa-bisa ia masuk penjara, akhirnya Yusuf melepaskan kelitikannya, membenarkan rambut Auris yang sudah menutupi wajahnya yang sudah memerah.

Yusuf beranjak dari kasur itu lalu turun menarik kasur yang double dari bawah kasur yang di tiduri oleh Auris. Yusuf sengaja membeli kasur ini agar lebih memghemat ruang dan tentunya agar tidak tidur sekasur dengan Auris.

Auris yang baru sadar kalau kasurnya dua bagian itu jadi tidak terima, Auris kan maunya tidur sama Yusuf.

"Ihhh lo tidur sama gue lah, kita kan udah kawin."

"Suka-suka gue lah, inikan hidup gue bukan hidup lo. Lo tau gak? Gue ogah tidur sama lo, gue bakalan tidur di kasur bawah dan lo kasur atas."

"Ihhh kok gitu sih. Kitakan udah kawin masak beli tempat tidur masih kayak anak kecil."

"Suka suka gue lah. Beli juga pakek uang gue, kenapa lo yang sibuk" Yusuf menatap Auris yang sedang mengerucutkan bibirnya, tanpa memperdulikan Auris lagi Yusuf memasang sprai ke kasurnya.

Auris sejak tadi membalikkan badannya ke kanan dan kiri, rasanya sangat sulit untuk tidur. Auris masih belum bisa menyesuaikan tempat tinggal barunya. Auris menatap Yusuf yang sudah tidur dengan tangan yang terkadang mengelus perutnya sendiri. Lucu, pikir Auris.

Lama Auris menatap Yusuf yang tertidur, Auris turun ke bawah tempat tidur Yusuf dan ikut tidur di samping Yusuf. menatap Yusuf lalu memberikan ciuman kecil di pipi pria yang sekarang sudah menjadi suaminya. Auris tersenyum dan terkekeh sendiri, tidak lama kemudian Auris mengikuti Yusuf yang sudah tidur duluan.

Pagi harinya yusuf terbangun dari tidurnya, tapi Yusuf merasakan berat hingga susah baginya untuk bangun. Seperti ada yang menidihnya, apa ini setan? Dengan pelan ia buka matanya, setelah di buka, Yusuf mengeryitkan dahinya ketika matanya terbuka tapi hanya kegelapan yang menerpa matanya. Yusuf memegang matanya dengan tangannya sambil menggeser sesuatu yang menganggu wajahnya, rupanya ini rambut, ia menggeser rambut itu dari matanya. Rambut ini sangat wangi hingga membuat Yusuf engan untuk menjauh, Yusuf malah semakin mengelamkan kepalanya lebih dalam hingga kepalanya berada di sebuah lekukkan. Tanpa bisa dicegah, Yusuf kembali tertidur.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang