Akhirnya kelompok Yusuf pun menyelesaikan sesuai dengan peraturan, dengan begitu mereka mendapatkan sebuah hadiah dan terhindar dari sebuah hukuman.
Tiba di hadapan semua teman sekolahnya lain, yang sudah menyelesaikan misi. Semua teman sekolahnya berpusat pada Yusuf yang sedang mengendong Auris dan ada juga yang berbisik-bisik.
"Eh Suf kok lo gendong si Auris? Lo ada hubungan apa sama dia?" Tanya Lala, teman dekat Putri. Melihat temannya yang cemberut, Lala sudah menabak jika penjebab cemberutnya Putri karena Yusuf yang sedang mengendong Auris.
"Bilang kalau gue ini istri lo." Bisik Auris tepat di telinga Yusuf. Rasanya pasti sangat menyenangkan jika semua orang tau jika Auris adalah istri Yusuf. Dan sudah dipastikan tidak ada lagi cewek yang mencoba mendekati Yusuf, apalagi Putri.
"Cuman teman, Auris lagi sakit." Jawab Yusuf membuat Auris menunduk lesu. Rasa kesal dan nyesek menjadi satu. Auris benar-benar ingin menelan Yusuf saat ini juga. Auris bahkan sudah mengandung anak Yusuf, tapi kenapa masih saja tidak bisa mengakui Auris.
Apa nanti Yusuf juga tidak akan mengakui anaknya sendiri, seperti Yusuf tidak mengakui Auris? Kalau begitu untuk apa Auris mempertahankan anak ini? Yang ada anak ini hanya akan sedih dan tersiksa.
Untuk apa mempertahankan? Auris langsung memukul kepalanya dengan kuat saat memikirkan hal jelek seperti itu. Sangking kuatnya dan yang lainnya menatap heran Auris.
"Turunkan Auris. Kalian ini tidak halal tidak sepantasnya berdekatan seperti itu." Yanto sebagai guru tidak terima muridnya diperlakukan tidak baik seperti itu. "Turunkan dia sekarang." Lanjut Yanto lagi dengan tegas.
"Tapi dia sakit."
"Turunkan saya bilang." Tegas Yanto lagi.
Akhirnya Yusuf menurunkan Auris. Saat sudah menimpa tanah, Auris sedikit oleng. Pasalnya kepalanya yang sudah sakit bertambah sakit saat dipukul tadi.
"Tolong bantu Auris memasuki kelas, nanti akan saya panggilkan tugas kesehatan menuju tenda Auris." Ucap Iqbal, salah satu guru yang juga mengikuti camping.
Anara dan Adel yang kebetulan sudah menyelesaikan misinya langsung berjalan menuju Auris, dan memopongnya menuju tenda.
***
"Kok bisa sih lo begini?" Tanya Anara sambil membantu Auris tidur.
"Kayak nya ini gejala hamil, persis banget sama penjelasan Dokter waktu itu." Jawab Auris sambil menaruh minyak angin ke atas keningnya.
"Kasian banget lo, masih SMA udah hamil." Ucap Anara.
Mia langsung menyenggol bahu Anara. Anara yang merasa tersenggol menatap Mia dengan kening yang berkerut. Lama mereja bertatapan akhirnya Anara mengerti maksud dari Mia, seharusnya ia tidak berkata seperti itu pada Auris.
"Maaf Ris gue nggak bermaksud." Anara menatap tidak enak pada Auris yang sedang menampailkan raut sedihnya.
"Ini semua salah gue Nar. Jadi lo nggak perlu kasian sama gue karena gue sendiri yang bikin ini semua terjadi." Ucap Auris sambil mengusap air matanya yang tumpah memenuhi pipinya.
"Eh ngapain nangis. Masih syukur lo hamil anak Yusuf, coba lo nikahnya sama si Ghali pasti lo bakalan hamil anaknya si Ghali." Cerutuk Mia mencoba menghibur Auris.
"Ouh ya juga ya. Tapi kalau gue nikah sama Ghali pun, gue nggak bakalan mau kalau di ajak bikin anak sama dia." Ucap Auris dengan bergebu-gebu, bahkan sekarang Auris sudah melupakan kesedihannya.
"Yaudah sekarang lo tidur aja." Ujar Anara yang di balas anggukkan oleh Auris.
Emang tidak baik untuk selalu mengeluh, karena setiap kejadian yang terjadi dalam hidup pasti ada maknanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...