-27-

7.2K 555 311
                                    

"Ris bangun udah di panggil pakek toa tu sama Ibu Ira." Adel menggoyang-goyangkan badan Auris agar segera bangun, tapi bukannya bangun Auris malah bergumam tidak jelas dan kembali memeluk baju yang sudah di buat memanjang seperti bantal guling.

"Udah lah biar aja dia tidur. Gue yakin si Auris nggak bakalan bisa bangun, karena tadi malam dia telat tidurnya." Balas Mia dengan mata yang masih memerah dan tangan yang memegang liptin. Kalau bukan karena Adel yang membangunkannya sudah sangat dipastikan Mia akan bangun ke siangan.

"Tapi kan Auris kalau dihukum bisa berabe. Dia kan hamil Mi." Balas Mia dengan mengecilkan nada suaranya saat menyebutkan kata 'hamil'.

"Ohya gue lupa. Anjir lah, masih nggak nyangka gue, mereka bisa berbuat begitu. Gue jadi penasaran rasanya. Lo penasaran nggak?" Tanya Mia dengan menaik-naikkan alisnya.

"Penasaran rasa apa?" Mia menatap binggung ke arah Mia yang sekarang sedang memakai bedak.

"Aduh, males ah gue ngomong sama lo." Ucap Mia dengan nada kesal, sedangkan Adel cemberut mendengar balasan dari Mia.

"Lo mau pakai ini?" Tanya Mia sambil menyodorkan beberapa alat makeup nya.

"Nggak mau nanti kena marah." Jawab Adel dengan engan.

"Ya nggak lah, kan nggak tebal pakainya. Gue aja nggak pernah ketahuan." Adel hanya mendengar ucapan Mia dan memilih kembali membangunkan Auris.

"Ris, bangun." Adel kembali mencoba membangunkan Auris.

"BANGUN SEMUANYA. KALIAN PIKIR KITA NGAPAIN DI SINI KALAU CUMAN REBAHAN DOANG. CEPAT BANGUN. KALAU LIMA MENIT LAGI NGGAK KELUAR, SIAP-SIAP DAPAT HUKUMAN."

Adel semakin gusar, bagaimana ini. Ia semakin kalut rasanya sangat bersalah jika sampai tidak berhasil membangunkan Auris.

"Mia gimana ni."

Mia menatap malas Adel. Lalu berjalan mendekati Auris.

"Ada Yusuf di luar Ris. Manggil lo dia." Ucap Mia tepat di telinga Auris.

"Hah! Mana?" Auris langsung terduduk dan melihat ke sana kemari, mencari keberadaan Yusuf. Sedangkan Adel melongo tidak percaya, kalau tau begini Adel tidak perlu mengeluarkan tenaganya sebanyak ini.

"Kalau sampai Yusuf datang ke sini bakalan gue tampar dia." Ejek Mia dengan nada yang dibuat-buat, berniat menyindir Auris. "Kemaren aja lo bilang gitu, sekarang gue bilang ada Yusuf langsung nyariin." Balas Mia sambil memukul lengan Auris, setelahnya langsung keluar dari tenda.

"Emang ada Yusuf ya Del?" Tanya Auris pada Adel.

"Ada, cuman nggak ada di sini. Ayo keluar. Kita udah mau telat." Adel menarik Auris agar terbangun.

"Tapi gue belum dandan." Ucap Auris yang tidak diperdulikan oleh Adel. Ia tetap menarik Auris agar ke luar dari tenda.

***

"Selama pagi semuanya."

"Pagi Bu." Jawab semua murid kecuali Auris. Sedari tadi yang ada dipikirannya itu hanya Yusuf. Auris malu dan kesal dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa tadi malam Auris bisa tidur dalam pelukan Yusuf. Dan Auris tidak bisa membayangkan teman-temannya mengetahui hal itu. Tapi melihat Mia dan Adel yang terlihat tidak membahas tentang semalam, membuat Auris yakin jika mereka tidak tau. Apa Yusuf diam-diam memasukkannya tapi kalau gitu siapa yang menutup kembali tendanya? Ah, Auris kesal dengan pertanyaannya sendiri.

Saat melihat ke arah kanan, pandangannya langsung ke arah Yusuf dan kebetulan Yusuf juga melihat ke arahnya. Buru-buru Auris langsung memutuskan kontak mata mereka.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang