-43-

7.5K 528 150
                                    

Komen berparagraf ya biar cepat update.

Sebelum baca vote dulu

***

Tangan Yusuf sekarang sudah diperban oleh Dokter, saat ini Yusuf hanya menyandarkan bahunya di kursi rumah sakit dengan pandangan mata ke atas langit-langit rumah sakit. Pemikirannya masih saja tertuju pada istrinya, walaupun Yusuf dan Auris seakan tampak lebih membaik, tapi tetap aja sampai sekarang Auris masih saja bersikap cuek.

"Kamu temannya Auris ya? Atau kalian punya hubungan serius? Kok aku lihat dari tadi nggak pulang-pulang," Rian duduk di samping Yusuf, sebenarnya Rian ingin langsung masuk ke ruangan Auris, hanya saja Rian jadi penasaran kenapa sampai sekarang Yusuf tidak kunjung pulang. Sebenarnya ada hubungan apa antara Auris dan Yusuf?

"Kenapa emang? Bukan urusan lo juga." Yusuf menatap sinis ke arah Rian, rasanya Ia jadi merasa tersaingi dengan kehadiran Rian.

"Kok lo sewot? Kayak orang cemburu aja lo," Rian terkekeh sinis. Jujur, Rian juga cemburu. Rian dengan Auris memang hanya sebatas sahabat tetapi tanpa ia sadari rasa cinta sudah tumbuh untuk sahabatnya itu.

Saat menempuh sekolah dasar, Auris bersekolah di tempat ia berasal, sejak itulah mereka menjadi sahabar yang baik hingga sekarang.

"Iya kenapa emangnya kalau gue cemburu?" Yusuf masih saja berkata dengan ketus, saat melihat wajah Rian membuat jiwa saing dalam dirinya keluar.

"Ya lo kan cuman teman, ngapain juga cemburu," ucap Rian tidak kalah ketus.

"Gue suaminya," jawab Yusuf dengan suara yang tegas, tidak ada nada bercanda.

"Hahaha, nggak mungkin. Udah jelas-jelas tadi si Auris bilang kalau lo itu cuman teman dia, udah deh nggak usah halu jadi orang."

"Percaya sama gue atau nggak lo bakalan menyesal."

"Bodoh, dari wajah aja udah nampak bodoh," Rian yakin jika cowok di depannya ini hanya berhalusinasi jika dia adalah suami Auris.

"Auris sahabat gue, nggak mungkin hal sepenting itu nggak di ceritain sama gue," lanjut Rian lalu berdiri dari duduknya bersiap-siap untuk masuk ke dalam kamar Auris.

"Sahabat?" Yusuf yang awalnya bersender di sandaran langsung duduk dengan tegap. Yusuf tidak memperdulikan hinaan Rian, yang ia perdulikan adalah kata sahabat yang ke luar dari mulur pria di depannya.

Rian tidak perduli lagi dengan pertanyaan Yusuf, Rian memilih untuk langsung kembali ke dalam kamar.

Tapi kenapa Auris berbohong padanya? Apa Auris ingin membalas dendam? Yusuf tersenyum dengan masam, baiklah Yusuf akan mengikuti permainan Auris. Tapi tetap saja Yusuf harus waspada pada Rian, dari tingkahnya saja sudah Yusuf tebak jika Rian menyukai Auris.

Yusuf langsung bangun dari duduknya dan ikut masuk ke dalam kamar. Tidak ingin Rian melakukan sesuatu yang jahat pada Auris.

Yusuf jadi menyesal sendiri untuk masuk ke dalam kamar. Di sana tepatnya di dekat ranjang Auris, Rian sedang menguapi Auris buah jeruk. Yusuf hanya iri dengan permandangan itu karena sebelumnya Auris tidak pernah mau saat Yusuf menawarkan diri untuk menyuapi Auris.

"Udah malam pulang sana," usir Yusuf pada Rian.

"Siapa lo usir-usir gue?"

Yusuf hanya berdecih dan memilih untuk duduk di atas sofa. Tidak terasa jika Yusuf menghabiskan waktunya dengan menatap tajam ke arah Auris dan Rian.

Tok tok tok.

"Masuk," sahut Auris.

Yusuf mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang dan benar-benar seperti hari tersial baginya, Ghali lah yang datang.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang