Kringgg. Jam istirahat berbunyi, para murid berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing, menuju kantin yang terletak di belakang sekolah. Begitu juga dengan Auris, Bella, Mia, Anara dan Adel yang berjalan beriringan.
Baru saja mereka akan sampai ke kantin, sebuah suara bariton memberhentikan langkah mereka.
"Ris, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Auris langsung membalikkan badannya ke belakang untuk melihat Ghali yang barusan berbicara dengannya.
"Yaudah ngomong di sini aja." Pinta Auris.
"Nggak bisa." Jawab Ghali.
"Kenapa?" Tanya Auris dengan wajah yang sudah kesal. Rasanya sangat memuakkan melihat wajah Ghali.
"Lo mau nggak? Kalau nggak mau lo nggak bakalan tau apa yang bakalan gue bilang."
Auris menatap Ghali dengan sedikit bingung, ia bimbang. Apa harus ikut atau tidak. Tapi jujur Auris sangat penasaran apalagi dengan raut wajah Ghali yang sangat menjabarkan jika apa yang akan dikatakannya akan sangat penting.
"Oke deh." Auris menatap temannya, meminta izin untuk pergi dengan Ghali. Walaupun temannya tampak tidak setuju, Auris tetap mengikuti Ghali yang berjalan menuju taman.
"Jadi hal penting apa yang bakalan lo bilang sama gue?" Tanya Auris sambil meminum air putih yang di beli saat berangkat sekolah.
"Gue udah tau kalau lo hamil."
"Suara lo nggak usah keras-keras." Sungut Auris sambil menatap tajam Ghali. "Dan dari mana lo tau kalau gue hamil?" Tanya Auris dengan wajah tidak percaya.
"Lo nggak perlu tau gue tau dari mana, intinya kalau lo nggak nurut dengan apa yang gue bilang sudah di pastikan semua orang akan tau kalau lo itu hamil." Ghali tersenyum miring, ia merasa ini adalah kemenangannya. Walaupun sebenarnya Ghali terhalang sesuatu untuk mengatakannya pada semua orang, tapi tetap saja melihat wajah Auris yang terlihat pias menjadi kesenangan sendiri baginya.
"Tolong jangan bilang siapa-siapa."
"Oke, bakalan gue pikirin lagi, bakalan gue bongkar apa nggak. Dan sebenarnya hal yang ingin gue bilang sama lo bukan itu aja tapi..."
"Tapi apa?" Tanya Auris yang geram dengan omongan Ghali yang terputus-putus.
"Si Yusuf selingkuh sama si Putri." Celutuk Ghali dengan senyuman miringnya.
"Hhahha lawak lo, nggak mungkin kali." Auris berpura-pura tertawa walaupun sebenarnya Auris juga gelisah mendengar perkataan Ghali barusan.
Setelah selesai ketawa garing, Auris langsung berdiri dari duduknya kembali ke kantin. Tapi baru saja Auris bangun, suara Ghali lagi-lagi membuat Auris berhenti.
"Lo bakalan nyesal kalau nggak percaya apa yang gue bilang." Auris berusaha menulikan telinganya dan langsung berjalan meninggalkan Ghali di belakangnya.
***
"Kenapa berkeringat gitu Ris? Lo ngomong apa aja sama Ghali?" Tanya Bella tiba Auris di hadapan mereka.
"Nggak ada. Kalian udh makan kan? Ayo ke perpustakaan gue mau ambil buku yang kemarin pingin gue pinjam." Ucap Auris sambil menatap piring bakso temannya yang sudah kosong.
"Lo nggak makan?" Tanya Anara.
"Nggak." Jawab Auris. Awalnya Auris memang lapar hanya saja rasa laparnya sinar.
"Yaudah ayo." Ajak Adel yang sudah bangun dari duduk.
Tiba di perpustakaan Auris langsung menuju rak di mana tempat buku tentang "Ibu hamil dan anak". Saat mencari-cari buku di ujung lorong, Auris melihat Yusuf dan Putri yang duduk berdampingan dengan dua orang lainnya. Auris menggenggam buku dengan erat hingga tangannya memutih.
"Itu si Yusuf kan tapi dia kok sama si Putri?" Anara bergumam pada dirinya sendiri sambil menatap Yusuf dan Auris bergantian. Dan dapat Anara lihat wajah Auris yang sudah memerah. "Mungkin itu cuman kelompok doang Ris, atau nggak ada kegiatan aja." Ujar Anara mencoba menenangkan Auris. Anara hanya tidak tega dengan wajah Auris yang sudah masam.
"Em, yaudah ayo kita keluar. Panggil yang lain buat kembali ke kelas." Setelah mengucapkan hal itu, Auris langsung berjalan menuju tempat penjagaan perpustakaan untuk mendata buku yang ia pinjam.
***
Auris membaca pesan yang di kirim dengan rasa kesal yang menumpuk. Yusuf menyuruhnya untuk cepat menuju ke belakang sekolah, karena sekarang sudah waktunya pulang sekolah.
Sudah dekat di hadapan Yusuf, rasanya rasa geramnya semakin meledak. Pemikiran tentang perselingkuhan terus mengusik pemikirannya. Hingga tanpa bisa di tahan lagi, Auris langsung menampar Yusuf.
Plak.
Melihat Yusuf yang berbalik wajahnya ke arah kanan, membuat Auris merasa bersalah. Seharusnya ia tidak melakukan ini, lagi pula belum tentu Yusuf selingkuh. Tangan Auris bergetar ketakutan.
"Apaan sih lo?" Yusuf menatap marah pada Auris sambil memegang pipinya memerah.
"Em maaf." Ujar Auris dengan isakan tangisnya. Setelah mengucapkan itu, Auris langsung berlari meninggalkan Yusuf sendirian.
"WOI RIS. NGGAK USAH LARI." Yusuf ikut berlari mengejar Auris yang berada di depannya. Mereka terus kejar-kejaran dengan keringat yang sudah membasahi tubuh mereka.
Tittt. Tittt.
Brukk.
"Gila lo, hampir ketabrakkan!" Auris hanya memejamkan matanya erat dengan tangan yang menggenggam kerah baju Yusuf dengan kuat. Tadi Auris hampir mati jika tidak di tolong oleh Yusuf, mobil itu melaju terlalu cepat hingga membuat Auris membeku tidak bisa bergerak.
"Huaaaa."
"Udah kan nggak ke tabrak, jadi nggak usah nangis, harusnya gue yang nangis karena lo tampar.." Yusuf bangun dari duduknya dengan tangan yang mengurut punggungnya yang nyeri karena tertimpa aspal dan ditimpa oleh Auris. "Ayo bangun." Yusuf menatap Auris yang tidak berdiri tapi masih saja duduk di atas aspal.
"Perut ku nyeri gitu." Jawab Auris, sebab karena rasa sakit itu, Auris jadi malas untuk berdiri. Ia mengusap pinggang yang juga sedikit nyeri.
Kalau di pikir lagi, pinggangnya sangat kecil, apa bisa anak ini keluar dari tubuh Auris. Kalau bisa pun kayaknya ia akan langsung meninggal.
Auris langsung menggelengkan kepalanya, menghilangkan prasangka buruknya itu.
"Yaudah ayo ke rumah sakit." Yusuf langsung mendekat ke arah Auris dan langsung mengendong Auris menuju ke klinik terdekat.
***
700 Vote + 500 Comment " Up
Ayooooooo ramekannnnn
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...