-13-

6.4K 426 11
                                    

"Mau kemana lo?" Tanya Auris saat melihat Yusuf yang sudah rapi dengan kaos, jaket dan celana jeans nya.

Yusuf menolehkan kepalanya ke arah Auris yang sedang berbaring di sofa ruang tv dengan makanan yang berserekan di mana-mana. Melihat makanan ringan yang berceceran di mana-mana membuat Yusuf curiga.

Langsung saja ia menuju ke tempat biasa mereka menaruh makanan ringan mereka. Kosong tidak ada snack yang tersisa.

Yusuf mengeram, bahkan ia belum memakan satu pun.

"Lo habisin semua makanan gue. Enak banget lo ya." Bentak Yusuf yang sudah berdiri di depan tempat Auris berbaring.

Auris hanya menyengir sambil terus
memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa merasa bersalah.

Yusuf yang melihat respon yang diberikan Auris hanya mendengus dan berjalan menuju kamar untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan.

"Eh lo mau kemana?" Tanya Auris buru-buru saat melihat Yusuf yang hampir di telan oleh pintu.

"Main." Jawab Yusuf.

"Kemana? Mau ikut." Ucap Auris yang sudah bangun dari rebahannya dan duduk di sofa, lalu berjalan menuju kamar untuk menganti baju.

"Nggak lo di sini aja." Auris yang merasa terpanggil langsung keluar dari kamarnya dengan tangan yang memegang baju untuk persiapan mengikuti Yusuf. Auris tersenyum bahagia, tidak sabar jalan-jalan dengan Yusuf.

"Ihhh mau ikut Suf. Bosan di rumah."

Auris menghentakkan kakinya dengan bibir yang baju beberapa senti. Duduk di rumah sendiri sangat membosankan.

"Ada temen sekolah. Lo tau kan maksud gue apa?" Auris menghentakkan lagi kakinya kesal dan masuk kembali ke dalam kamar dengan membanting pintu kamar.

Kenapa sih hubungan mereka harus disembunyikan seperti ini, kan bilang aja kalau Yusuf dan Auris itu pacaran.

"Gue pergi. Jangan lupa tutup pintu." Ucap Yusuf dengan suara yang di kencangkan. Setelah mengucapkan itu Yusuf langsung pergi dari rumah.

***

"WOI YUSUF." Yusuf yang sudah berada di Cafe mendengar teriakan seseorang yang suaranya tak asing baginya. Ia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara itu.

Rupanya Dika yang memanggilnya. Pria itu emang tidak ada malu. Berteriak sekencang itu hingga orang-orang yang berada di Cafe ini melihat ke arah mereka, tanpa berteriak pun Yusuf bisa mendengarkan panggilan itu.

"Udah lama?" Tanya Yusuf setelah duduk ke kursi di samping Rendy duduk.

"Udah." Jawah Dika.

"Berapa lama?"

"Lima menit." Ucap Dika. Yusuf hanya menatap sinis kepada Dika.

Dika benar-benar tidak pernah serius jika sedang berbicara.

"Oh ya lo pada kok cuman pesan kopi?" Ia menatap heran dengan isi meja yang hanya di penuhi oleh kopi tidak ada makanan satu pun. Biasanya para temannya itu akan sekalian memesan makanan jika ke Cafe tempat langanan mereka.

"Ouh itu kami sengaja." Jawab Rendy.

"Maksud lo?"

"Lo tau kan Suf. Udah lama kita nggak main ke rumah lo. Pas kami ajak lo selalu ada alasan. Jadi kami ajak lo ke sini biar kita sama-sama ke rumah lo." Rendy menjelaskan panjang lebar.

"Ya terus lo juga akhir-akhir ini berubah. Biasanya pas pulang sekolah lo bakalan selalu ikut jika kami ajak jalan."

Jika Yusuf menyetujui kedatangan teman-temannya ke rumah. Bisa saja kan mereka menemukan Auris.

"Eh besok ulangan ya?" Yusuf mengahlikan pembicaraan mereka dan meminum kopi Rendy dengan sekali teguk. Membicarakan hal seperti ini membuat tenggorokannya kering. Kalau sampai mereka kerumahnya, sama saja Yusuf menyerahkan diri.

"Lo kenapa gugup gitu? Oh, pasti ada apa-apanya ni." Dika memajukan wajahnya mendekati wajah Yusuf.

"Kenapa sih sayang? Ayo cerita sama Adek." Ucap Dika sambil mengelus pipi Yusuf.

"Apaan sih lo." Yusuf menghempaskan tangan Dika dengan kasar dari wajahnya. Yusuf terkejut dengan sentuhan itu, ia kan masih normal.

"Yaudah lo boleh ke rumah gue. Tapi jangan lama-lama. Gue juga mau bilang kalau gue udah nggak tinggal sama orang tua gue lagi."

"Kenapa?"  Tanya Dika lagi yang membuat Yusuf memutar otaknya untuk mencari alibi. Benar-benar si Dika membuat Yusuf ingin menjahit mulutnya itu.

"Kenapa sih lo banyak banget pertanyaannya. Karena orang tua gue pulang kampung jadi gue di titipin di rumah Tante gue." Dika mengangguk pelan.

"Titipin. Kayak anak kecil aja lo." Kata Deffin sambil tertawa. Sedangkan Yusuf yang mendengar tawa itu hanya menatap tajam Deffin.

***

Yusuf, Dika, Deffin dan Rendy sudah berdiri di depan pintu rumah kontrakan Yusuf.

Sebelum sampai di rumah kontrakannya Yusuf sudah terlebih dahulu memberi kabar saat di mobil Dika. Yusuf mengirim pesan untuk Auris agar membuka pintu dan jangan keluar dari kamar karena ada tamu yang akan datang temannya ke rumah.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang ditimbulkan oleh Rendy.

Yusuf menarik tangan Rendy dari pintu agar tidak mengetuk lagi. Bisa berabe bila Auris yang membuka pintu. Bisa jadi kan Auris mengira bukan Yusuf dan teman-temannya yang berada di luar.

Tanpa memperdulikan pandangan binggung Rendy. Yusuf langsung membuka pintu rumah kontrakannya.

"Eh kok nggak di kunci?" Tanya Dika.

"Nggak tau juga." Jawab Yusuf.

"Mana Tante lo?" Tanya Deffin sambil menatap Yusuf curiga entah kenapa Deffin merasa bahwa Yusuf menyembunyikan sesuatu padanya.

"Nggak tau gue. Mungkin nginap di rumah mertuanya." Jawab Yusuf. Ia belum pernah berbohong berkepanjangan seperti ini pada sahabatnya.

Mereka berempat duduk di karpet ruang tv. Dan menghidupkan televisi. Semua makanan dan minuman sudah berkumpul di hadapan mereka.

Clek.

Suara pintu terbuka membuat mereka semua mengahlikan pandangan mata mereka ke arah pintu. Auris yang membuka pintu kamar terdiam mematung. Ia benar-benar terkejut dengan kehadiran temannya Yusuf. Ia benar-benar lupa bahwa teman Yusuf akan datang ke rumah mereka.

Sebelumnya Auris sudah tertidur. Jam pun sudah menunjukkan pukul setenggah dua malam. Apa mereka semua tidak pulang? Dengan canggung dan tersenyum gugup Auris buru-buru berjalan ke kamar mandi.

"Siapa tu? Tante lo Suf?" Rendy yang berada di samping Dika langsung mengeplak kepala itu. Sudah jelas-jelas itu cewek yang masih muda dan satu sekolah dengan mereka masih saja Dika mengira bahwa perempuan itu adalah Tante Yusuf.

"Ihh apaan sih. Bercanda juga." Dika mendengus sambil mengusap kepalanya yang sedikit nyeri.

"Ngapain tu cewek di rumah lo?" Tanya Deffin dengan matanya mengintimidasi. Deffin tau betul Yusuf bukan orang yang akan membiarkan perempuan yang bukan keluarganya tinggal bersama pria itu.

Deffin menunggu jawaban yang tidak kunjung di ucapkan oleh Yusuf.

"Lo nggak anggep persahabatan kita lagi?"  Deffin bertanya dengan nada yang tidak percaya.

"Oke. Gue bakalan cerita." Ini sulit tapi Yusuf akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

***

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang