-34-

6.5K 532 61
                                    

Dengan di bantu oleh Auris, Yusuf dapat berjalan menuju mobil Anara yang berada di depan pagar sekolah.

Melihat kedekatan Auris dan Yusuf ada beberapa murid di sekolah yang berbisik-bisik terhadap interaksi mereka. Bukannya malu, Auris malah bahagia, rasanya Auris tidak sabar jika semua anggota sekolah tau jiika Yusuf dan Auris memiliki hubungan spesial. Tampak hanya Auris yang tersenyum berbeda dengan Yusuf yang terkesan tidak perduli.

Tiba di belakang mobil tepatnya di pintu kedua mobil, Auris membantu Yusuf untuk duduk di dalam mobil. Setelahnya Auris menyusul Yusuf ke dalam mobil. Tepat saat itu juga Auris menarik badan Yusuf agar tidur di pangkuannya.

"Nggak usah, gue duduk aja." Auris cemberut mendengar penuturan Yusuf barusan. Padahal Auris berniat baik pada Yusuf agar peningnya berkurang.

"Nggak lo harus tidur di sini." Karena sudah sangat kesal, Auris langsung menarik tangan Yusuf dengan keras hingga Yusuf tertidur di paha Auris yang langsung berhadapan dengan perut Auris.

"Ahkk." Keluh Yusuf, palanya jadi tambah nyut-nyutan saat Auris menarik paksa tubuhnya. Walaupun begitu, saat berbaring di paha Auris dan berdekatan dengan perut Auris rasa pusing dan lemas jadi berkurang dan lebih menenangkan.

"Jangan gitu Ris, lo nariknya kuat banget." Ucap Adel yang berada di samping Anara yang sedang mengemudi mobilnya.

"Jadi lo itu sahabat gue? Atau si Yusuf?" Tanya Auris dengan jengkel.

Adel hanya diam tidak membalas pertanyaan Auris lagi.

"Udah deh jangan berantem. ayo berangkat." Anara langsung mengas mobilnya menuju rumah kontrakan Auris.

"Aduh Suf jangan gitu, katanya sakit kepala kok gerak-gerak. Ihh Yusuf geli." Auris berkata dengan tawa yang diiringin. Perutnya sangat kegelian, sejak tadi Yusuf bukannya tidur tapi malah mengoyangkan wajahnya berulang kali di perut Auris, membuat Auris tidak bisa memberhentikan tawanya.

"Udah Suf." Auris mengeser kepala Yusuf yang terlalu dekat, tapi semua itu sia-sia, Yusuf malah kembali menenggelamkan wajahnya di perut Auris.

"Ampun Suf. Udah kalau lo mau duduk, duduk aja jangan pakai geliin gue segala, sesak tau." Balas Auris dengan nafas yang terengah-engah dan tangan yang hendak membantu Yusuf agar segera bangun dam bisa duduk dengan benar di kursi penumpang. Tapi sialnya badan Yusuf terlalu berat dan Yusuf terkesen sengaja memberatkan badannya, hal ini malah membuat Auris kesusahan.

"Pliss Suf, jangan gitu. Gue bisa mati." Balas Auris yang sudah tidak sanggup lagi. Auris menyenderkan badannya sambil mengusap wajahnya yang berkeringat. Padahal AC di mobil ini sudah hidup hanya saja karena perbuatan Yusuf, Auris malah banjir keringat.

Dan syukurnya Yusuf sudah tidak mengoyangkan kepalanya lagi, hanya mengenggelamkan wajahnya ke perut Auris tanpa bergerak.

"Aduuhhh yang jomblo diam aja ni." Sindir Anara sambil bersiul.

Tanpa bisa di cegah pipi Auris malah memerah. Apa benar apa yang barusan terjadi itu adalah hal yang romantis hingga membuat orang yang jomblo jadi cemburu. Padahal awalnya Auris mengira, Yusuf melakukan itu agar Auris marah dan menyuruh Yusuf untuk bangun.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang  hampir dua puluh menit, mereka semua sampai di rumah kontrakan Auris dengan selamat.

"Ayo Suf bangun." Auris menepuk pelan pipi Yusuf, hingga Yusuf membuka matanya. Tapi bukannya bangun, Yusuf malah menatap wajahnya dengan pandangan yang sulit di artikan oleh Auris.

"Apa mata aku ada belek?" Tanya Auris dengan gugup karena ditatap seperti itu oleh Yusuf.

"Suf. Kok diam ayo turun kita udah sampai. Lo harus bangun dulu baru gue bisa turun."  Lanjut Auris lagi karena sejak tadi Yusuf terus diam. Dan bukannya bangun Yusuf malah lebih menenggelamkan wajahnya di perut Auris dan memeluk pinggang Auris lebih erat lagi.

"Woi Suf, bangun lo. Tadi aja lo nolak, sekarang malah nggak bisa lepas." Ceplos Anara yang emang sejak tadi mengintip mereka menggunakan cermin.

"Em, gue jadi berasa nyamuk padahal lo ada di sini Nar." Balas Adel lagi. Melihat interaksi sahabatnya dan Yusuf membuat Adel ingin segera menikah.

"Dua menit lagi boleh?" Tanya Yusuf pada Auris.

"Em di rumah aja Suf. Nggak enak mereka mau pulang," Balas Auris yang jadi salah tingkah dengan perilaku Yusuf sekarang.

Sepertinya Yusuf tergolong sebagai pria yang manja saat sakit.

"Yaudah deh." Balas Yusuf yang seperti gambek pada Auris dan mencoba bangun.

Auris langsung membantu Yusuf bangun dan memegang lengan Yusuf saat mereka berjalan memasuki rumah kontrakan.

Sampai di dalam rumah, Auris membantu Yusuf untuk tidur di atas tempat tidur.

"Suf gue mandi dulu ya. Lo udah makan kan tadi siang di kantin dan udah minum obat, jadi tidur ya." Auris menyelimuti Yusuf menggunakan selimut bergambar frozen karena saat ini Yusuf tidur di atas kasur milik Auris.

"Lo udah makan?" Tanya Yusuf.

"Em udah." Jawab Auris yang tadi sudah makan bakso saat di sekolah. Bagi Auris makan itu bermacam, bukan harus makan nasi terlebih dahulu baru di sebut sudah makan.

Setelah itu Auris langsung mengambil handuk dan berjalan keluar menuju kamar mandi.

Setelah sekitaran tiga puluh menit, Auris keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah di ganti dan handuk yang tersemat di atas kepala Auris.

"Jeh Suf, kok lo jalannya lancar. Udah sembuh?" Auris menatap heran serta khawatir melihat Yusuf yang juga sudah memegang handuk. Sepertinya ingin mandi juga.

"Kan udah gue bilang kalau minum obat tu harus banyak biar cepat sembuh." Tanpa menunggu balasan Auris, Yusuf langsung berjalan pergi meninggalkan Auris menuju kamar mandi.

Tampakya Yusuf benar-benar sudah lebih sehat. Tidak ingin terlalu ambil pusing Auris berjalan memasuki kamar.

Hufft, kamar nya sungguh berantakan. Dengan baju Yusuf yang berserakan di mana-mana. Auris pun mengambil baju dan celana Yusuf lalu dimasukkan ke dalam keranjang kosong. Tapi ada sesuatu yang aneh.

"Itu kan celana si Yusuf." Pipi Auris mendadak menjadi merah, sangat jarang rasanya Yusuf malah membiarkan celananya sendiri berada di lantai, biasanya Yusuf akan memasukkan celananya ke keranjang kotor dan membiarkan celana dan bajunya di atas kasur. Dengan malu dan perasaanya yang tidak karuan Auris langsung melempar celana Yusuf ke keranjang kosong.

Karena tidak tau ingin melakukan apa lagi, Auris memilih untuk memainkan ponselnya, saat ingin mengambil ponsel mata Auris malah melihat ke arah ponsel Yusuf yang tergeletak tepat di samping ponsel Auris. Yang membuatnya terkejut serta terheran-heran adalah nama Putri terpampang di depan layar karena sebuah pesan yang baru masuk.

'Suf, kata teman gue lo tadi dipapah sama Auris. Lo kenapa bisa dekat gitu sama si Auris? Dan juga lo sakit ya? Kenapa nggak bilang sama gue aja.'

Sedekat apa mereka hingga dengan pedenya Putri menawarkan dirinya. Dengan perasaan yang berkecamuk Auris mengambil ponsel Yusuf hendak memeriksa lebih jauh, sebenarnya ada hubungan apa antara Yusuf dan Putri.

***
Di Kbm cerita Aurista udah tamat ya. Bagi kalian yang nggak mau nunggu Kalian bisa baca di Kbm.

Klu yg vote jauh sama yg lihat, dan yg komen pun sedikit. Crita ini ak lama di upnya. ...:)

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang