-35-

7.2K 546 106
                                    

"Kenapa cemberut gitu?" Tanya Yusuf yang baru saja selesai mandi.

"Nggak kenapa-napa." Balas Auris yang sekarang sudah membelakangi Yusuf. Rasanya sangat kesal. Bagimana tidak kesal, Baru saja Auris bisa membongkar ada apa hubungan Yusuf dan Putri, tapi sialnya ponsel Yusuf menggunakan password yang Auris sendiri tidak tau sandinya apa. Jujur Auris ingin bertanya hanya saja ia tidak ingin hanya masalah ini membuat ia dan Yusuf bertengkar.

Dan tentu saja jika benar Yusuf selingkuh tidak mungkin juga Yusuf akan mengaku, jadi Auris memilih untuk mencari tau sendirian.

"Yaudah kenapa membelakangi gue lo?" Balas Yusuf lagi yang sedang menganti pakaian, jujur kepala Yusuf masih sakit hanya saja Yusuf tidak ingin menunjukkan kelemahannya itu.

Dan lagi-lagi Yusuf seperti merasakan perasaan aneh. Dia ingin memeluk Auris sekarang, hanya saja terlalu gengsi jika meminta. Yusuf mengakui jika ia adalah anak yang manja saat sakit. Bahkan sudah umur segini Yusuf masih ditemani oleh Ibunya ketika tidur jika tidur. Dan hal ini belum ada siapapun yang tahu.

"Ris."

"Ya." Sahut Auris antara sadar dan tidak sadar, mungkin jika Yusuf tidak memanggilnya, Auris sudah berada di alam mimpi.

"Gue mau tidur di atas, soalnya gue sakit jadi nggak bisa tidur di bawah." Ucap Yusuf dengan datar. Seolah-olah ucapannya barusan itu serius.

"Tadi katanya udah sembuh." Auris sudah berbalik dan menatap Yusuf dengan melemparkan pandangan mencurigakan.

"Maksud gue itu sembuh dikit." Jawab Yusuf lagi sambil memegang tekuknya.

"Tapi Suf, gue malas bangun udah ngantuk banget. Lo tidur aja di sini samping gue." Auris menepuk tangannya tepat di ujung kasur. "Karena hari ini lo sakit, gue nggak bakalan ganggu lo, gue bakalan menjauh." Auris juga mengeser badannya lebih ke ujung hingga menempel ke dinding kamar.

Tanpa menunggu lama, Yusuf langsung tidur tepat di sebelah Auris. Emang tujuan awalnya tadi ingin tidur di sebelah Auris, hanya saja Yusuf gengsi jika mengatakan yang sebenarnya.

Tapi, masalahnya adalah Auris membelakangi Yusuf. Akhirnya Yusuf menunggu hingga Auris menutup matanya.

"Ris, Ris, Ris." Karena tidak ada sahutan lagi, Yusuf dapat menebak jika Auris sudah tertidur. Langsung saja dengan pelan Yusuf menarik bahu Auris agar berhadapan dengannya dan langsung memeluk Auris erat. Hingga mereka tenggelam dalam tidurnya.

***

"Oi udah belum?" Yusuf yang sedang memasang dasi jadi kegeraman dengan Auris yang kelamaan. Padahal mereka sudah telat untuk berangkat sekolah.

"Iya tunggu." Sahut Auris yang berada di dalam kamarnya.

Akhirnya Yusuf memilih untuk menyusul Auris yang berada di dalam kamarnya.

"Kenapa?" Tanya Yusuf tiba di depan pintu sambil menatap Auris yang seperti kesusahan mengancing bajunya dibagian perut. "Udah gendut kali." Lanjut Yusuf.

"Apaasih nggak ya! Padahal gue tadi makannya nggak banyak, tapi perut gue kok bisa gede kayak gini." Auris masih terus berusaha mengancing roknya.

"Lo sih pakai kecilin baju. Cabe mah gitu." Auris menatap tajam Yusuf dengan mata yang sudah memerah. Rasanya Auris ingin memukul Yusuf sekarang juga.

"Jaga ya mulut lo itu. Udah lah mungkin ini karena bayinya. Nggak papa lo pergi aja aja, gue nggak sekolah hari ini." Ucap Auris yang sudah melepaskan roknya dan hanya tersisa baju sekolah dan celana pendeknya. Dengan wajah yang sudah cemberut. Auris kesal mendengar kata cabe yang dilontarkan oleh Yusuf, padahal bisanya Auris hanya akan cuek jika orang lain yang mengatakan kata itu.

Auris berjalan menuju dapur, tiba di samping Yusuf, Auris langsung mendorong Ysuuf mengunakan bahunya. Setelahnya kembali melanjutkan langkahnya.

Auris mengambil buah mangga muda yang sudah di potong di dalam kulkas. Rasa asam dari mangga ini pun tidak bisa sinar menghilangkan rasa campur aduknya, bukan hanya masalah kata " cabe" yang dilontakan Yusuf tapi masih sangat banyak pemikiran yang membuat Auris kepikiran. Dan rasanya Auris ingin menangis sekarang.

Kalau dihitung-hitung umur anaknya sudah 14 minggu, dan sekolahnya pun tidak lama lagi akan tamat. Itu berarti sebelum perutnya membesar, Auris sudah tamat. Hanya saja Auris rasanya sangat takut jika pihak sekolah mengetahui kabar ini. Ingin curhat pada Papanya hanya saja, tapi sampai sekarang tidak pernah menghubunginya.

Sekarang Auris benar-benar sudah sendiri.

"Nggak usah sedih, nanti gue beli baju yang baru." Auris yang sedang melamun sambil memakan mangga sedikit terkejut akan kehadiran Yusuf. Auris langsung menormalkan wajahnya.

"Dan, ini pakai aja baju gue." Yusuf menyerahkan sebuah baju sekolah yang kebesaran.

"Nggak usah. Nggak papa, hari ini libur aja." Balas Auris.

"Yaudah gue pergi dulu."

"Iya pergi aja terus." Guman Auris setelah Yusuf menutup pintunya.

***

"Aduh bosan banget." Auris menendang baju Yusuf yang ada di bawah sofa ruang tv dengan kesal. Kalau tau begini Auris akan memakai baju Yusuf dan langsung berangkat sekolah.

Yusuf jelas tau kalau Auris sendirian di rumah tapi sampai sekarang pun belum pulang padahal jam pulang sekolah sudah berlalu sejak satu jam yang lalu.

Ini pasti Yusuf jalan-jalan lagi sama temannya.

Apa Yusuf pikir cuman dia yang bisa pergi tanpa izin, Auris juga bisa.

Auris langsung menelpon sekaligus kelima temannya untuk pergi ke Mall bersama.

***

"Oi lama banget lo pada." Ucap Auris setelah berada di dalam mobil Bella.

"Lama-lama, lo yang lama." Balas Anara dengan kesal. Masih bisa temannya ini menuduh mereka lama, padahal sudah jelas-jelas jika Aurislah yang lama.

"Udah deh kita langsung cus aja." Balas Auris.

***

"Em makan yok." Ajak Auris tiba mereka sampai di salah satu restoran yang berada di dalam Mall ini.

"Yaudah ayo." Balas Mia semangat dan langsung menarik Auris ke meja makan.

Mia sangat senang, biasanya teman-temannya akan jalan jalan sepuasnya baru akan makan. Jadi hal seperti ini jarang sekali terjadi diantara mereka. Dan lihatlah yang lainnya juga ikut duduk di meja tempat makan ini.

"Tumben makan dulu." Ucap Adel yang sudah duduk di samping Anara.

"Lapar gue." Jawab Auris sambil menatap buku menu.

"Ris."

"Ya."

"Ris." Panggil Bella lagi dengan nada yang lebih di besarkan, karena Auris yang tidak menatap ke arahnya.

"Ya." Auris mengangkat kepalanya dari buku menu dan menatap Bella.

"Itu si Yusuf sama si Putri." Tunjuk Bella ke depan.

Langsung saja Auris, Adel, Anara dan Mia langsung melihat ke arah telunjuk Bela.

****
Wow. 500 Vote + 400 komen : Lanjutttttt.

Di aplikasi KBM cerita Aurista udah tamat ya, bagi kalian yang udah penasaran banget langsung aja baca di aplikasi KBM.

Next for spam. Thank :)

Jangan lupa di tekan yang vote nya.

Aurista || S E L E S A ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang