"Huaa. Kasian banget Auris, kalau Auris kenapa-napa gimana? Hiks, kita nggak jadi punya adek ni kayaknya. Huaa." Adel menangis dengan kencang, sampai-sampai orang-orang yang berlalu lalang melirik Adel.
"Huss, nggak boleh ngomong gitu." Sahut Anara dengan kesal.
Mereka semua masih saja menunggu Auris di luar ruangan pemeriksaan. Anara dan yang lainnya juga menangis, hanya saja mereka sudah berhenti sejak tiga puluh menit yang lalu. Berbeda dengan Adel yang masih saja menangis tidak berhenti-henti.
"Lo nggak usah nangis, penyebab Auris sampai begini aja nggak nangis." Sindir Bella pada Yusuf yang duduk tepat di depan mereka.
Yusuf yang mendengar semua itu hanya diam. Saat ini kepalanya hanya fokus pada Auris, mereka sudah menunggu hampir satu jam, tapi Dokter yang memeriksa Auris tidak kunjung ke luar. Hal itu malah membuat Yusuf jadi semakin gelisah, semua pemikiran tentang hasil yang buruk terus berputar di kepalanya.
"Yusuf." Panggil seseorang yang berdiri tepat di samping Yusuf yang terduduk. Yusuf hanya diam tidak memperdulikan orang yang barusan memanggilnya.
"Woi bangsat, ngapain lo ke sini? Masih punya muka?" Bentak Anara dengan nada mengertak.
"Udah Nar, nanti kita di usir." Bella mencoba menenangkan Anara.
Bella berkata seperti itu bukan berarti ia tidak marah, hanya saja tidak ingin apa yang terjadi pada Auris terjadi juga pada mereka. Dan sebagai sahabat sehidup semati. Bella dan lainnya sudah merencanakan balas dendam.
Bukannya terpengaruh, Putri hanya melihat sekilas pada mereka dan kembali menatap Yusuf.
"Suf. Lo nggak usah sedih, ini bukan salah lo kok." Ucap Putri yang mencoba menenangkan Yusuf. Di pikiran Putri, Yusuf hanya takut di tuduh sebagai penyebab Auris bisa terjatuh seperti itu.
"Ini salah gue." Jawab Yusuf dengan pelan sambil mengusap rambutnya gusar.
"Bukan lah, dia aja yang ngaku-ngaku kalau lo ada hubungan sama dia." Balas Putri lagi.
Putri benar-benar tidak merasa bersalah di sini. Lagi pula Auris lah yang mencari masalah duluan dengannya. Sejak kejadian di Mall tadi, Putri memang sudah datang ke rumah sakit. Bukan karena khawarir pada Yusuf, Putri hanya ingin melihat Yusuf. Tapi saat melihat dua orang tua yang di kira Putri adalah orang tua Auris, membuat nyalinya langsung menciut. Jadi Putri menunggu hingga orang tua itu pergi terlebih dahulu.
Dan ada satu hal yang sangat dipikirkan oleh Putri sekarang, kenapa Auris bisa berdarah seperti itu padahal hanya jatuh biasa. Atau jangan-jangan Auris hamil?
Putri menutup mulutnya saat terkejut dengar pemikirannya sendiri. Tidak mungkin Auris hamil, dia kan belum menikah. Tapi bisa saja kan Auris hamil di luar nikah! Benar sekali pemikiran Putri bahwa Auris bukanlah perempuan yang benar. Auris adalah seorang jalang!
"Pergi lo dari sini." Usir Bella dan Mia serempak.
"Siapa lo sampai suruh-suruh gue pergi." Jawab Putri tidak kalah ketusnya.
"Tolong lo pergi." Ucap Yusuf dengan kepala yang masih menunduk.
"Kok lo usir gue Suf?" Putri merasa tersinggung di usir seperti itu oleh Yusuf, apalagi dihadapan teman-teman Auris. Hal ini membuat Putri malu.
"Gue bilang pergi, ya pergi." Yusuf menaikan nada suaranya dan menatap Putri dengan matanya yang memerah. Putri yang melihat wajah Yusuf yang sangat kentara sedang marah, membuat Putri jadi takut. Yusuf tidak pernah menunjukkan wajah semenakutkan itu sebelumnya pada Putri.
"Iya, gue pergi." Setelah mengucapkan itu, Putri langsung pergi meninggalkan rumah sakit dengan wajah yang sudah sangat kesal.
Selama perjalanan, Putri berharap agar Auris mati saja. Agar tidak ada lagi yang menghalangi hubungannya dengan Yusuf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...