Komen perparagraf ya
***
Auris merasa hidupnya hampa tanpa ada Yusuf, padahal Auris berada di rumah papanya yang sangat megah ini. Walaupun rumah ini lebih indah tetap saja Auris akan lebih merasa nyaman jika tinggal bersama Yusuf. Entah cinta apa ini, tapi cintanya pada Yusuf tidak pernah meredup, padahal Yusuf sudah melukainya berulang kali.
"Makan dulu Ris," tanpa mengetuk pintu kamar Auris, Mawan sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar Auris dengan nampan makanan di tangan.
Sejak tadi siang hingga sore hari ini, Auris belum makan sama sekali.
Auris mengangguk pelan, sebenarnya Auris tidak lapar sama sekali. Hanya saja Auris sadar diri jika ia tidak makan, bukan hanya dirinya saja yang terkena dampak tapi bayinya juga. Setidaknya ada keturunan Yusuf yang bersamanya.
"Mau papa suapin?" tanya Mawan sambil memegang piring.
Auris menatap heran pada Mawan, papanya yang awalnya adalah sosok yang dingin dan tidak berkemanusian, tapi dalam segejap sifat Mawan berubah menjadi sosok papa yang sangat diinginkan oleh semua anak di dunia.
"Papa sebenarnya kenapa?"
"Apanya?"
"Papa kenapa berubah?" Mawan yang mengerti maksud dari anaknya menaruh napam itu di samping tempat tidur.
"Papa mimpi Ibumu," air mata Mawan tumpah begitu saja, Auris yang melihat itu terkejut karena ini pertama kalinya Auris melihat, Mawan yang menangis.
Dan Ibu? Ya ibu yang tidak pernah Auris lihat, Ibunya meninggal saat melahirkan dirinya.
Auris mengangguk mengerti dengan air mata yang ia tahan, sejak kecil Auris selalu bermimpi bisa tidur dan bermain dengan Ibunya seperti teman-temannya yang lain. Tapi semua itu hanya hayalannya belaka. Hingga sosok wanita datang saat ia berumur tiga belas tahun untuk menikah dengan papanya, walaupun penikahan itu tidak bertahan lebih dari satu tahun. Mereka becerai karena Mawan yang masih saja terbayang almarhumh.
Dan sifat papanya yang selama ini cuek dan berkesan dingin membuat Auris beranggapan jika papanya melakukan ini karena Auris adalah penyebab kematian Ibu Auris. Karena anggapan itu Auris jadi tidak masalah dengan sikap papanya yang keterlaluan, walaupun sebenarnya hati Auris sangat sakit.
Perjalanan hidup Auris terlalu datar, seharusnya Ibunya tidak usah melahirkannya. Kan Ibunya masih bisa mempunyai anak yang lain. Dengan begitu papa, mama dan anak mereka yang lain bisa hidup dengan bahagia. Itulah yang dipikirkannya sejak mengetahui penyebab kematian Ibunya
"Bukannya papa sering mimpiin Ibu Auris?" Auris menghapus air matanya, tidak mungkin kan setelah sekian lama baru kali ini papanya bermimpi istrinya yang sudah meninggal.
"Sering, tapi mimpi itu beda dari biasanya."
"Emangnya mimpi apa?" tanya Auris yang juga penasaran.
"Mimpi kalau dia bakalan bawa kamu ikut ke sana sama dia," Auris mengangguk mengerti dengan wajah biasa saja padahal batinnya menjerit takut. Auris masih ingin untuk bermain dengan anaknya kelak.
"Nggak usah takut itu cuman mimpi, kalau benaran pun masih ada cucu papa yang nemanin papa," ucap Auris pura-pura tegar.
"Yusuf bajingan," umpat Mawan dengan suara yang lirih tapi masih bisa di dengar oleh Auris.
"Kok papa bilang Yusuf gitu sih?" Auris menatap kesal ke arah papanya. Tidak terima jika Yusuf di umpat seperti itu.
"Dia hamilin anak papa, kamu masih terlalu kecil untuk hamil," Mawan menghela nafasnya gusar. "Papa ke luar dulu mau kerja," lanjut Mawan tanpa menatap Auris lagi. Mawan ke luar dari kamar Auris, membatalkan niatnya yang ingin menyuapi Auris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurista || S E L E S A I
Teen FictionPART MASING LENGKAP!!!! ⚠️ DON'T COPY MY STORY ⚠️JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, KEJADIAN, LATAR, SUASANA SAYA MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA ITU DILUAR DUGAAN SAYA! ⚠️ JANGAN BACA DIWAKTU SHALAT, TETAP JADIKAN AL-QURAN PALING UTAMA UNTUK DIBACA ⚠...