Berdamai dengan keadaan tidak
seburuk itu
~Bryan
***
Lelaki itu terus saja mengejar gadisnya yang sedang marah hanya karena dirinya terlambat menjemput dan berakhir di hukum.
Lelaki itu menarik lembut pergelangan tangan gadisnya namun berakhir ditepis kasar, "Saa, please maafin aku."
Merasa tak digubris Kaivan frustasi hingga sedikit menaikkan nada bicaranya, "Saa, kamu bisa gak sih ngertiin aku! Bukan kemauan aku jemput kamu terlambat!"
Mata Issa sudah berkaca-kaca menahan butiran air mata yang akan terjun bebas dari matanya, "Lo bentak gue?!"
"Enggak gitu, astagaa. Aku tau aku salah please dengeri aku dulu." Kaivan mengusap wajahnya frustasi.
Kaivan kembali meraih tangan gadisnya namun kembali di tepis, "Jangan sentuh gue!" Issa berlari sembari menghapus air matanya yang terus mengalir
"ARGGGG!" Persetan dengan semua siswa siswi lain yang melihat kearahnya, Kaivan tidak peduli. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya agar Issa bisa memaafkan dirinya.
"Gue gak nyangka balok es juga bisa bucin." Devan dengan wajah melongo tak percaya menyaksikan adegan yang baru saja berlangsung.
"Si balok es juga manusia!" Dengan ringannya tangan Aksa ini menoyor kepala Devan.
Devan tidak bergeming namun setelah kepala tersayangnya dilecehkan ia tidak akan diam saja, balik membalas dengan menjambak rambut Aksa. "Nih kepala gue difitrahin! Enak aja lo main toyor toyor, lo kira gue cowok apaan!"
"Aww! Harga diri lo gak sebanding sama perawatan rambut gue."
"Huft! nih adek kakak ribut mulu." Adrian jengah tiap Aksa dan Devan bersatu selalu saja ribut.
"GAKK SUDII!" jawab Aksa dan Devan serempak. Lalu sama sama memalingkan wajah mereka tidak sudi melihat satu sama lain hingga mata Devan menangkap pemandangan yang selalu mengusik matanya.
"Betewe, tuh ulet bulu nemplok mulu ya sama si bos gak gatel-gatel apa dia, ya?" ucap Devan yang melihat Sabetha sudah bergelayut di lengan Bryan.
"Kan dari dulu si lampir itu ngejar si bos mulu," sahut Aksa.
Adrian menoyor kedua pipi teman sengkleknya itu, "Mangkanya peduli sekitar, jangan ngebucin mulu!"
Adrian pergi meninggalkan kedua bocah yang tengah melongo melihat kearahnya.
"Gue bucin sama sahaa? cewek aja gak punya." Si sadboy Devan angkat bicara.
"Sedih banget hidup lo, jomblo abadi!"
"Ngacaaa dongg! Emang Qilla dah ngasih lo kepastian?!" sungut Devan.
Aksa dan Devan memulai aksinya.
"Aku butuhhhh kepastiannnn kejelasannn hubungann kitaaa uwowowo!"Jika Aksa sudah mengeluarkan suara indahnya Devan mulai tertarik untuk menggoyangkan tubuhnya, Aksa pun juga gitu. Jomblo mah bebas, anggap saja mereka tengah menghibur diri walaupun tidak sedikit yang tertawa akibat ulah mereka.
"ASEKKKKKK! TAREKKK BANGG!"
"Kak Aksa?" Qilla melongo melihat ulah Aksa yang diluar ekspetasinya.
Aksa yang tidak menyadari kehadiran Qilla masih sibuk berjoget ditengah lapangan, sungguh urat malu kedua most wanted ini telah putus.
Untung ganteng kalo gak udah kena timpuk satu sekolah.
"Dev, kayaknya gue udah beneran gila deh gue denger suara indahnya bidadari surga gue mulu." Aksa masih berjoget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...