Kecelakaan

573 80 0
                                    

Gue mau jadi orang yang berguna walau di akhir hayat
~Samuel

***

"Kamu rencana mau lanjut kemana?" Bilqis memasukkan keripik kentang ke mulutnya.

"Oxford."

Bilqis berhenti memakan keripik kentangnya saat mendengar ucapan Bryan. Ia menunduk lemas, itu artinya mereka harus berpisah untuk waktu yang cukup lama.

"Kamu mau ninggalin aku?" ucap Bilqis dengan kepala tertunduk.

"Gak lama kok, aku akan berusaha untuk bisa lulus dengan cepat." Bryan mengelus kepala gadis itu lalu menangkup pipinya.
"Boleh, ya?"

"Aku gak berhak larang kamu untuk ngejar impian kamu." Bilqis tersenyum paksa.

Sungguh berat untuk melepaskan lelaki itu apalagi dengan kurun waktu yang cukup lama.

"Jangan sedih dong, itukan baru rencana nanti aku pikirin lagi buat kuliah di Indo aja."

Bilqis menggeleng. "Kamu harus kejar impian kamu, Oxford universitas impian kamu kan? Aku akan dukung apapun keputusan kamu."

Bilqis duduk termenung, ia tidak siap jika harus jauh dari lelaki itu tapi ia juga tidak bisa egois dengan menahan Bryan untuk selalu bersamanya.

Bryan juga punya impian dan hidupnya sendiri, walau berat Bilqis bertekad akan selalu mendukung apapun keputusan lelaki itu nantinya.

Bilqis sangat bosan, ia butuh badut untuk menghiburnya. Bilqis mengetikkan sesuatu pada ponselnya lalu bergegas pergi.

"Tumben kamu pagi-pagi gini udah rapi, mau kemana?" tanya Zanna yang sibuk menyirami tanamannya.

"Nyari hiburan, Mah, lagi stres nih," sahut Bilqis sambil mengeluarkan sepedanya. Ia berniat untuk sepedaan pagi ini.

"Heleh, kayak orang dewasa aja kamu sok stres padahal masih kecil juga," ejek Zanna

Bilqis berkacak pinggang. "Jangan panggil aku anak kecil, Mamah! Namaku Bilqis anaknya Ray."

"Tuhkan, tontonan aja Shiva tiap harinya, sampe ngayal punya sepeda bersayap. Kalo gak si upil ipil tuh," Zanna tertawa ngakak, puas mengejek putrinya.

"Upin Ipin! Sejak kapan pula dua beradik botak itu ganti nama." Bilqis bersiap menggoes sepedanya. "Pergi dulu, Mah. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikumusalam, dasar anak itu!"

***

Samuel menemui Sabetha untuk menghentikan gadis itu yang selalu ingin mencelakai Bilqis, serta membicarakan tentang Ariana. Ia harus tau apa Sabetha terlibat didalamnya.

"Ikut gue." Samuel menarik Sabetha masuk ke mobil gadis itu lalu melajukannya menjauh dari rumah.

"Lo kok bisa bebas?!"

"Lo gak perlu tau."

"Mau lo apalagi sih?!"

"Berhenti ngincar Bilqis! Gue tau preman itu suruhan lo kan!" tuduh Samuel.

Sabetha bungkam dan mengalihkan tatapannya saat Samuel menatapnya tajam. "Udah gue bilang, gak usah ikut campur! Lo bukan kakak gue lagi dan kita gak ada hubungan apa-apa lagi!"

"Ikatan darah gak bisa di putus begitu saja, Betha."

Sabetha mendengus kesal. "Berenti!"

Samuel tidak menggubrisnya, ia tetap melajukan mobilnya.

"GUE BILANG BERENTI, BANGSAT!" pekik Sabetha.

Samuel sontak menghentikan mobil itu, ia menatap nyalang adiknya.
"Om Ravin koma."

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang