Dream

1.2K 108 2
                                    

"Bryan?"

Bryan menoleh saat seseorang memanggil namanya. Seorang gadis cantik dengan surai hitam terurai menghampirinya. Gadis yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya. Karena apa? Karena dia beda,

"Gue?" Bryan menunjuk dirinya sendiri.

Gadis itu mengangguk.

"Gue suka sama lo."

Deg

Bryan terdiam lalu merasakan detak jantungnya bergerak begitu kencang, "Kenapa gue jadi deg-degan gini." Batin Bryan.

"Gue sayang sama lo."

"Gue cinta sama lo."

"Gue gak peduli lo beda keyakinan sama gue, gue gak mau kehilangan lo."

BRAKK!

BRAKK!

"ANJIRR! SAKIT!"

Bryan terjatuh dari sofa karena kaget mendengar seseorang menggebrak meja dengan sangat kuat, untung mejanya dari kayu bukan kaca. Bryan menatap tajam sang pelaku yang malah cengengesan.

Tak hanya jatuh bahkan kepalanya menghantam pinggiran meja, bibirnya mencium lantai dingin itu.

Mau dong jadi lantainya hehe.

Ini namanya sudah jatuh ketimpa tangga ke tusuk paku. Maa syaa allah nikmat mana lagi yang engkau dustakan.

"Bangke lo!" Umpat Bryan.

Lelaki itu mengusap kepala dan bibirnya yang masih terasa nyeri akibat benturan tadi yang cukup keras, ia yakin kepalanya benjol dan bibirnya dower sekarang.

BRAKKK!

"ANJING!"

"SETANN!"

"Apa sih?!"

Gebrakan kedua kali yang berasal dari pelaku yang sama.

Hanya Kaivan yang tetap stay cool walau jantungnya juga hampir copot akibat ulah Adrian yang tiba-tiba menggebrak meja. Beda lagi dengan Devan dan Aksa yang terus mengumpat dan menyumpah serapahi wakil Bryan itu.

"Sekali lagi gue gantung lo!" Ancam Bryan.

Adrian pucat pasi, ia tau big bosnya itu tak pernah main-main dengan ucapannya.

"Mati lo!"

"Mampusss! Gantung aja, Bry. Udah gantung, gak guna juga."

Adrian mendelik ingin mencekik kedua curut itu.

"Hehe ampun, boss. Gue cuma mau bilang buka grup ada berita penting."

"Ken--"

"Buka aja, bego! Gak usah banyak tanya!" Kesal Adrian.

"Nyenyenyenye." Devan menye-menye kesal. Ia cuma nanya, emang salah? kayaknya Adrian lagi PMS deh, marah-marah gak jelas.

"Gak usah gitu, setann! Muka lo udah jelek tambah jelek!"

Devan menatap Aksa kesal. Apa salah dirinya jelek? Lagian kalo boleh milih Devan juga gak mau jadi jelek. Nasibb jadi orang jelek gini bener dah, dinistain mulu.

"ANJRITT! APA-APAAN NIH ORANG!" Pekik Devan heboh.

"Nyari mati, nying!" Seru Aksa

"Udah gasskenn ajalah," Kata si santuy Kaivan yang ingin langsung to the point aja.

Adrian melirik Bryan yang tampak anteng-anteng saja, boss macam apa itu? Merasa ada yang menatapnya intens, Bryan menoleh dan mendapati keempat temannya menatap kearahnya.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang