Pelaku teror

941 100 5
                                    

Happy Reading gaisss
Maaf kalo gak nyambung jari sama otak lagi gak sinkron

***

"Qilla, aku gak mau putus sama kamu. Pliss jangan putusin aku ya." Aksa menyatukan kedua tangannya tak lupa juga mengeluarkan puppy eyes yang biasanya mampu meluluhkan hati siapa pun.

"Apa sih!"

Aksa menahan lengan gadis berkacamata itu namun langsung ditepis kasar oleh empunya. "Gue salah apa sih, Qil. Jelasin?" Pinta Aksa yang membuat Qilla menatap tajam pria itu.

Emang gak punya otak nih orang, salah lo banyak masa gak ngerti juga sih. Bodoh jangan dipelihara dong!! ~ Batin Qilla menjerit, gadis itu bosan dengan kata-kata manis nan lembut pria dihadapannya ini.

"Qilla, ayo jelasin salah aku apa? Kasih satu kesempatan lagi ya."

"Hm." Gadis berkacamata itu mengetuk-ngetukan telunjuknya di dagu seolah menimbang permintaan Aksa. Seketika smirknya terpancar, ide bagus keluar dari otak cerdasnya.

"Ok, tapi ada syaratnya," ujar Qilla.

"Apa pun syaratnya pasti aku lakuin. Kamu mau apa? Kamu mau mobil baru? Apartemen? Atau rumah mewah?" tanya Aksa dengan sangat antusias dan mata berbinar.

Inilah yang Qilla tak suka dari lelaki kaya seperti Aksa mereka selalu melakukan semuanya dengan uang, tidak semua wanita suka kemewahan.

"Sa! Issa tungguin gue dulu." Kaivan berdiri didepan Issa dengan merentangkan tangannya agar gadis tu berhenti berjalan. Issa menatap Kaivan nanar, tak biasanya gadis itu menatapnya seperti itu bahkan Kaivan dibuat bergidik ngeri olehnya.

Issa menaikkan sebelah alisnya seolah berkata 'Apa lagi?'. Kaivan yang mengerti apa maksud Issa langsung saja to the point, lelaki itu pun tak suka berbasa basi apalagi pada seorang wanita.

Gue bukan seseorang yang pintar berkata-kata manis, gue kalo suka langsung dikasih bukti bukan janji palsu doang, gitu kalo kata Kaivan.

"Lo kenapa jauhin gue? Gue ada salah sama lo? Gue minta maaf," ujar Kaivan.

Issa hanya diam lalu memutar bola matanya malas. "Basi."

Dan disisi lain Adrian terus membujuk Enjel yang sedari tadi merajuk padanya.

Seperti layaknya menonton drama korea selain pemain tentu saja ada penontonnya, sama seperti sekarang tiga pasang yang sudah mendapat gelar couple goals itu sedang membuat pertunjukkan sedangkan empat orang lain tengah menonton pertunjukkan tersebut dari rooftop sekolah.

Bryan dan Devan melihat kondisi ketiga temannya yang layak mendapat gelar pengemis cinta— eh ralat pengemis menang taruhan, sungguh memalukan sekali teman-temannya ini.

Taruhan yang mereka setujui beberapa waktu lalu dengan musuh bebuyutannya ternyata berakibat fatal terutama untuk hati mereka masing-masing. Pendekatan yang berawal taruhan menjadi boomerang untuk menyerang mereka sendiri. Dan sekarang Adrian, Aksa, dan Kaivan kena batunya.

"Ternyata bener ya, Bry, allah itu maha membolakbalikkan hati hambanya," ucap Devan sok serius yang hanya di balas anggukan oleh Bryan.

"Ngapain?" suara Bilqis mengangetkan mereka berdua.

"EMAKK!" Refleks Bryan menoyor kepala Devan, ia ikut terkejut mendengar teriakan Devan yang tepat disebelah telinganya.

"Kaget, Bry. Kaget," ujar Devan cengengesan.

"Ohh jadi bener ya kalian jadiin temen-temen kita taruhan?!" pekik Alfiyah sambil berkacak pinggang.

"Astagfirullah ini para betina kenapa suaranya pada melengking semua sih," Devan mengusap-usap telinganya yang terasa panas.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang