Perbedaan

839 90 16
                                    

Ponsel Bilqis terus berdering entah siapa yang menelponnya tengah malam begini.

"Assalamualaikum, Qiss. Buruan kesinii hikss."

"Hallo, Wa'alaikumusalam, kenapa sih?" ucapnya kesal karena tidurnya jadi terganggu karena Alfi.

"Hikss.. Hikss, Qis."

"Lo kenapa sih? Berantem lagi sama cowok lo?"

"Bukan itu."

"Ya, terus apa? Tengah malem nangis-nangis gini."

"Bryan, Qis."

Mendengar nama itu Bilqis yang tadinya sangat mengantuk langsung terbangun dari tidurnya.

"Bryan, kenapa?" ucapnya yang ikut panik ditambah lagi Alfi yang tidak berhenti terisak.

"Bryann.. Hikss."

"Nanti dulu nangisnya, bilang ke gue Bryan kenapa?"

"Bryan kecelakaan, dia luka parah." Bilqis mematung, ia terdiam berusaha mencerna ucapan Alfiyah.

"Nggak mungkin! Lo bohong kan? Lo mau prank gue?"

"Gu-gue gak bohong, Qis. Gue serius."

Bilqis dapat mendengar suara ambulans dan beberapa orang yang menyebutkan nama 'Bryan'.

"Lo dimana?"

"Di jalan mawar deket sekolah."

Tut. Bilqis mematikan teleponnya lalu bergegas menuju ke lokasi, ia bersumpah jika Alfi berusaha membodohinya ia akan menghabisi gadis itu.

Dengan nafas terengah-engah Bilqis menghampiri Alfi yang terduduk lemas di pinggir jalan.

"Dimana Bryan?"

"Qiss.. Hikss.. Maafin gue." Alfi berhambur ke pelukan Bilqis, ia menangis sejadi-jadinya.

"Lo tenangin diri lo dulu, okay? Dimana Bryan?" Alfi menunjuk ke dalam ambulans.

Gadis itu melihat seseorang yang terbaring di atas brankar di dalam ambulans, seketika tubuhnya gemetar melihat wajah dan tubuh lelaki itu yang sudah di penuhi darah.

Seorang petugas bersiap untuk menutup pintu ambulans karena korban harus segera di bawa ke rumah sakit.

"Kamu keluarga korban?" tanya petugas itu, Bilqis mengangguk.

"Kamu bisa ikut ke rumah sakit." Bilqis duduk di samping Bryan, ia masih termenung menatap tak percaya seseorang yang terbaring lemah di depannya.

"Gak! Ini bukan lo kan?" Bilqis memegang wajah itu, ia membersihkan wajah Bryan yang berlumuran darah itu dengan bajunya. Ia ingin memastikan apakah lelaki itu benar Bryan atau bukan.

"Gak mungkin!" Air matanya menetes saat melihat wajah itu benar Bryan.

Setelah sampai di rumah sakit Bryan langsung mendapat pertolongan, beberapa dokter dan suster berlalu lalang masuk ke ruangan itu. Bilqis terduduk lemas sambil memeluk lututnya, ia sangat shock saat melihat kondisi lelaki itu.

Leta yang mendapatkan kabar itu bahkan sudah berulang kali pingsan.

"Fi, lo jelasin ke gue kenapa ini bisa terjadi?"

"Maafin gue, Qis. Ini salah gue, gue ribut sama okta. Dia mau nyakitin gue dan Bryan mau nolongin gue tapi mereka malah berantem dan berakhir Okta dorong Bryan sampai ada mobil yang melaju kencang dan menabrak Bryan."

Bilqis menepuk pelan dahinya, "Lo gakpapa?"

"Gue gakpapa tapi Bryan..hikss.. Gue salah, Qis, gue salah." Bilqis memeluk Alfi mencoba menenangkan gadis itu.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang