Dia siapa?

1.3K 104 5
                                    

Gadis itu lari terbirit-birit saat datang panggilan alam.

"Aishhh! Apalagi?"

Bilqis menghempas tangan seseorang yang mencengkram lengannya.

"Mau kemana?"

"Toilet."

"Aishh, kenapa sih? Gue kebelet ini kalo bocor disini, bahaya!"

Bilqis kesal sekali rasanya. Andai aja kantin tak padat sudah dapat di pastikan kepala Alfiyah akan di hiasi bangku panjang yang nangkring disana.

"Sendiri?"

"Kagak! Satu sekolah gue ajak biar sekalian tawuran!"

Setelah mengatakan itu Bilqis ngacir ke toilet sebelum ada yang menghalanginya lagi.

"ATI-ATI DI TOILET BANYAK SETANNYA!" Teriak Eline.

"HALAH SEREMAN JUGA LU!" Balas Bilqis dengan teriakan juga.

Ahh lega sekali rasanya.

Sebelum pergi, gadis itu menyempatkan diri untuk bercermin.

"Cantik banget sih gue." Gumamnya seraya tersenyum kecil.

"Eh lu udah pada tau belum sih ada murid baru di sekolah kita?"

"Iya, katanya sih pacarnya Kak Ael."

"Wajar aja sih gue liat tuh cewe cakep, cocoklah sama Kak Ael yang tampangnya kayak dewa yunani."

Bilqis terdiam mendengar obrolan mereka.

Bilqis gak niat nguping ya cuma kan secara orang punya telinga pastinya bisa dengar.

Halah lebay banget dah! Cakepan juga suami onlen gue, Antares Sebastian Aldevaro.

Bilqis tersenyum miring. Gini nih cowo.

Ngasih perhatian, bilangnya suka, eh ujung-ujung malah di ghosting.

Halahh basii! Bilqis udah khatam banget yang modelan kekitu.

Rafael itu memang baik dan perhatian tapi sejak awal Bilqis kurang respect padanya, mungkin karena Rafael yang tiba-tiba mengajaknya kenalan?

Ya, wajar sih tapi yang gak wajarnya itu masa secepat itu langsung suka. Paling juga jadi korban ghosting. Bilqis bersyukur karena ia tak masuk perangkap itu.

Alhamdulillah

Gadis itu berjalan kembali ke kantin sebelum seorang guru menghentikan langkahnya.

"Nak, tolong Bapak antarkan ini kepada Rafael Mahendra anak kelas sebelas."

"Baik, Pak."

Nama Rafael Mahendra hanya satu di sekolah ini sudah pasti dia orangnya.
Bilqis mengambil map yang tidak tau apa isinya.

Sebenarnya tuh males banget harus naik tangga yang setiap harinya terus tumbuh dan berkembang itu. Rasanya gak sampai-sampai ke atas coba aja ada lift kan seru turun naik gak perlu ngeluarin tenaga kayak gini.

"Astagfirullah. Harus ikhlas Qis kalo mau pahala." Gumamnya.

"Sepi amat pada ngapain di dalem?"

Pintu kelas Rafael di tutup rapat tak ada celah buat ngintip ke dalam

Dukkk

"Awssss!"

Bilqis meringis sembari mengusap-usap dahinya yang terbentur pintu ketika pintu tiba-tiba di buka.

Sialan! Terkutuklah untuk orang yang tiba-tiba membuka pintu tanpa permisi.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang