Life Problem

1.6K 129 12
                                    

"LO?" Teriak Bilqis saat melihat wajah lelaki tersebut.

Kenapa dia ada dimana-mana? Sempit sekali dunia ini.

Lelaki itu membuka matanya dan melihat sosok gadis berparas cantik di hadapannya.

"Lo bisa gak sih gak usah teriak-teriak! kayak di hutan aja!" protes pria itu.

"Suka suka gue lah mau teriak, salto, jungkir balik. Kenapa malah lo yang sewot sih?!" Ketus Bilqis seraya mengambil alih duduk disamping lelaki itu.

Bryan Steven Dirgantara. Memberengut kesal. Gadis itu selalu saja mengganggu ketenangannya.

Bilqis menatap intens wajah Bryan.
"Lecek amat tuh muka."

"Biasa aja ngeliatinnya ntar naksir lagi lo sama gue!"

Bryan kembali menyandarkan tubuhnya di pohon sembari menutup matanya. Membiarkan gadis itu terdiam dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya.

"Andai bunuh orang semudah nepak nyamuk---"

PLAKKK!

"ANJING, SAKIT!"

Bilqis tersentak.

Sungguh ia tak sengajaa.

Matanya menangkap seekor nyamuk yang menempel di pipi Bryan karena Bilqis gadis baik ia tak akan membiarkan pipi kakak kelasnya itu di cium nyamuk jadi yaudah ia tampol saja. Gak kuat kok cuma sedikit ada cap lima jari di pipi Bryan.

Bilqis baik bukan?

"Itu--- Nyamuk."

Bryan menatap horor gadis itu.

Keheningan terjadi antara mereka, Bryan hanya diam dalam keadaan mata kembali tertutup sedangkan Bilqis takut untuk membuka suaranya.

ia hanya memilih diam.

"Mmm-- Lo kenapa?"

Ternyata benar ya mulut dan hati memang tak sejalan. Mulut ingin begini tapi hati ingin begitu.

Jiwa kekepoannya terus memberontak mengurungkan niatnya untuk tidak bicara.

"Gakpapa." Bryan masih memejamkan matanya.

"Kalo ada masalah cerita aja, gakpapa."

Bryan membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya lalu menatap Bilqis.

Apa ia harus menuangkan segalanya pada gadis ini? Gadis aneh dan menyebalkan yang selalu saja menganggunya?

Ohh ayolahh Bilqis datang di waktu yang tidak tepat. Bryan tidak ingin munafik dengan mengatakan ia tak butuh sandaran saat ia dalam keadaan seperti ini.

Tapi gengsinya terlalu besar dan terus berusaha terlihat baik-baik saja.

"Kalo lo gak mau cerita juga gakpapa."

Bryan menarik napas dalam lalu menghembuskannya kasar.

Sepertinya mulai sekarang ia harus menurunkan sedikit egonya. Dirinya yang introvert membuat keadaannya kian memburuk. Bryan tak pernah membagi masalahnya pada siapa pun termasuk teman-temannya.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang