"Satu dua tiga empat," gumam Bilqis seraya menunjuk kearah teman-temannya. "Satu lagi nyari pahala, lah lohh," lanjutnya dengan wajah bingung.
"Lo ngapain sih?" tanya Alfiyah jengah melihat tingkah sahabatnya itu, rada gak jelas bikin sakit mata.
"Ngitungin piaraan gue kayaknya ilang satu deh," sahut Bilqis yang langsung saja mendapat lemparan tissue bekas dari para teman-temannya.
"Piaraan gigi lo! Gak liat gue udah mirip lisa blackpink gini," ujar Issa sambil mengibaskan rambutnya.
"Jisoo hadir," Enjel ikut nimbrung.
"Si kunyuk Eline mana?"
Tak ada jawaban dari mereka hanya lirikan mata yang menunjukkan keberadaan gadis satu itu, Bilqis menepok jidatnya saat melihat Eline bersama kakak kelasnya.
Bak cctv yang terpasang di penjuru kantin, kelima gadis itu terus memantau kegiatan Eline tak jarang mereka tertawa karena puas menistakan gadis itu.
"Kak Febri," panggil seorang gadis yang baru saja memasuki kantin.
Yang dipanggil pun langsung menoleh ke arah sumber suara, begitu juga dengan Eline. Ia mendengus kesal saat melihat orang yang baru saja memanggil doinya itu dengan nada manja.
"Datang tak di undang pulang minta di antar, dasar ulet bulu," umpatnya dengan suara pelan.
Febri yang mendengarkan menyenggol pelan lengan Eline yang terlihat sangat kesal, ia bermaksud untuk menenangkan Eline.
"Kak, boleh gabung?"
Tanpa mendengar persetujuan dari orang yang ada disana, Merin langsung mengambil posisi tempat duduk tepat disebelah Febri.
"Ngapain nanya kalo langsung maen nemplok aja kek ulet bulu," sarkas Eline.
"Sirik aja lo!" Merin melempar tatapan sinis kepada Eline, namun pada saat Febri melihat kearahnya ia langsung tersenyum manis yang malah membuat Eline jijik.
Dasar muka dua! Muka satu aja gak keurus mau muka dua, skincare mahal mbak.
"Eh kak ada bekas saus," Merin mengelap bekas makanan yang tersisa di sudut bibir Febri dengan tissue yang ia bawa.
"Kecap, bego! Sejak kapan saus warna hitam." Eline terkekeh ia tak jadi insecure setidaknya ia bisa membedakan antara saus dan kecap.
Febri memalingkan wajahnya menahan senyumnya.
"Ikut campur mulu!"
Eline mencengkram angin didepannya seolah itu wajah Merin, "Gue geprek juga muka lu."
"Ehm, kak pulang bareng ya."
Febri mau terkejut tapi ini Merin, gadis yang tak segan-segan menyatakan perasaannya secara langsung bahkan terus mengejar lelaki yang ia inginkan sampai dapat walau di tolak ribuan kali.
Di sisi lain Febri tak henti mengulum senyumnya saat melihat ekspresi Eline, gadis itu seolah siap menelan mangsanya.
"Gue gak bawa mobil, lo mau jalan kaki bareng gue?"
"Jalan? Pake kaki gitu?--"
"Pake hidung!" potong Eline.
"Diem lu dugong nyasar!"
"Ngajak ribut nih anak." Eline bersiap menggulung lengan bajunya memperlihatkan otot kekarnya.
"Pergi sebelum gue buat ginjal lo pindah ke mata," ancam Eline dengan mata yang melotot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...