Teror

1.2K 107 0
                                    

Berita Bilqis dan Bryan yang sudah jadian menyebar begitu cepat dan sekarang semua siswa siswi SMA Ingrid sudah mengatahuinya. Ada yang senang mendengar hal itu terjadi karena mereka memang pasangan couple yang sangat serasi, namun tak sedikit juga yang merasa kesal dan iri pada Bilqis. Yang lebih parahnya ada yang menambahkan nama Bilqis dalam list musuh yang harus ia musnahkan.

Hari ini Bilqis berangkat sekolah bersama Bryan, itu pun Bryan yang memaksanya. Desas desus serta tatapan yang mengandung berbagai makna menyorot tepat pada pasangan itu, terutama pada gadis yang mengenakan bandana putih itu.

Bilqis melirik kanan kiri, ia merasa risih dengan para siswi yang terus bergosip bahkan didepan wajahnya langsung. Bryan yang menyadari hal itu dengan sengaja mengaitkan jari jemarinya ke jari Bilqis, ia tampak begitu possesive pada gadisnya itu.

Bilqis berusaha melepaskan tautan jari Bryan, namun pria itu semakin mengeratkannya.

"Lepas!" ucap gadis itu dengan suara pelan.

"Gak."

"Lepas!"

"Gak."

Bilqis memutar bola matanya malas, pria ini sangat keras kepala dan menyebalkan.

"Lepas atau gue aduin guru!"

"Silahkan, gak takut gue," ucapnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya.

"Astagfirullah! Ya allah berilah hamba kesabaran," ucap Bilqis.

Terlintas sebuah ide yang sepertinya akan berhasil membebaskan dirinya dari pria ini.

"Pak Furqon! Tolongin saya, pak," teriak Bilqis hingga membuat lelaki itu melepaskan tautan jarinya pada gadis itu.

Pak Furqon yang notabenenya sebagai guru agama islam akan ceramah panjang lebar jika melihat anak didiknya melakukan hal yang tidak senonoh, walau hanya pegangan tangan sekalipun.

Tak membuang kesempatan yang bagus, gadis berbandana putih itu berlari secepat kilat meninggalkan Bryan yang masih panik mendengar nama Pak Furqon. Setelah sadar bahwa ia dibohongi Bilqis, pria itu tersenyum miring. Sebegitu takutnya gadis itu padanya sekarang?

Takut khilaf.

Bilqis tampak ngosngosan, ia berlari sangat kencang hingga sampai kelasnya.

"Kenapa lo? Ketauan nyolong semvak tetangga?" ujar Eline yang pertama kali melihat Bilqis masuk dengan napas yang memburu.

"Dikejer anjing, lo?" Alfiyah ikut nimbrung.

"Di-dikejer itu-apa ehh itu anu-" Belum sempat gadis itu mengatur napasnya udah ditanya-tanya aja.

"Anu apaan? Jangan ambigu omongan lo, pikiran gue cepet nyambungnya kalo ginian," ujar Eline yang masih menatap Bilqis.

"Dasar mesum," ejek Enjel yang sedang memainkan ponselnya.

"Duduk dulu woii." Issa menggeser posisi duduknya agar Bilqis bisa duduk disampingnya.

"Gue kabur dari makhluk astral itu," ucapnya yang masih mengatur napas.

"Makhluk astral siapa? Poci atau mbak kun?" ucap Eline.

"Bryan."

"Lo disandera sama dia?" tanya Issa sembari mengerutkan dahinya bingung.

"Kalo gue jadi lo disandera cowok cakep gitu, gue pasrah aja dahh." Eline tertawa kecil melihat mata sahabatnya yang melotot seketika.

"Lo emang kesenengan kalo gitu," celetuk Bilqis. "Udah ahh gue mau ke loker dulu tadi lupa mau ngambil buku disana." Bilqis bergegas pergi.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang