Jangan Bapereu

1K 86 1
                                    

"Ada apa ini?"

Semua pasang mata sontak menuju ke sumber suara. Bilqis memutar bola matanya malas, pemandangan macam apa yang ia lihat ini sangat membuat matanya risih.

"Kak Bryan gak ngerasa gatel-gatel gituh?" tanya Qilla polos.

Qilla yang notabenenya jarang sekali berbicara apalagi sama orang yang tidak terlalu dekat dengannya kali ini mengeluarkan pertanyaan yang membuat Bilqis dan temannya yang lain harus memutar otak.

Bryan menaikkan sebelah alisnya, "Gatel, kenapa?"

"Lagi ketempelan ulet bulu tuh," tunjuknya dengan dagu kearah gadis yang terus bergelayut di lengan lelaki itu.

Kata-kata savage Qilla mengundang tawa kencang semua orang, Sabetha benar-benar di permalukan sekarang.

Eline menepuk pelan pundak Qilla sambil memegang perutnya yang terasa kram karena terus-terusan tertawa, "Akhirnya didikan gue manjur sama lo hahahahhaa." Gadis itu bahkan seolah melupakan aksi geludnya tadi dengan Merin.

Issa dan Enjel mengacungkan dua jempol kearah Qilla kalo bisa sampe jempol kaki mereka acungkan sangking bangganya pada Qilla yang mulai teracuni.

"Sumpah gue bangga sama lo, gue tambahin jadwal les privat kita," timpal Alfiyah.

Mereka semua terlena seolah melupakan kejadian awal.

"Diem lo semua!" bentak Sabetha memanas.

"Mulut kita fungsinya cuma dua kalo gak makan ya nistain kakak kelas terkutuk kayak lo," balas Alfiyah.

"Nih, temen lo gak kalah terkutuknya kayak lo pantes satu circle, kelakuan macam jin tomang," celetuk Eline dengan melirik Merin tajam, yang dilirik hanya berdecak sebal.

Bilqis menatap tajam satu persatu human yang terus saling melempar kata-kata laknatnya. Tak lama semuanya bungkam dengan wajah santuy tak berdosa.

"Kenapa diem? Lanjutin," titah Bilqis memberi izin tapi wajahnya sudah datar sedatar-datarnya.

"Gak ah capek," tolak Eline.

Sabetha dengan wajah temboknya masih terus berusaha untuk mencapai keinginannya walau sudah ratusan bahkan miliyaran kali di tolak Bryan.

"Lepas!" Bryan menepis kasar tangan Sabetha yang menggandeng lengannya.

"Bryan, tega ya kamu!" gadis itu menghentak-hentakkan kakinya.

Caper ceritanya.

Lah, bodo amat gue mah, batin Bryan.

"Kenapa, hm?" tanya Bryan yang malah menatap Bilqis.

"Lah, kok nanya gue? Yang berantem mereka bukan gue," sarkas Bilqis.

"Lo ketudis disini kalo lo lupa, tugas lo jaga kedisiplinan sekolah, nama baik sekolah."

Bilqis diam, apa yang dikatakan lelaki itu memang benar adanya. Seharusnya ia bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.

"Kalo gak becus mending ngundurin diri aja lah."

"Wehh, nyamber mulu lo udah kek solar," ujar Devan yang entah datang dari mana tiba-tiba duduk diatas meja di samping Sabetha.

"Mulut gue juga! Gak ada hubungannya sama lo."

"Idih, rese juga nih lampir," sahut Aksa.

Sabetha tak menggubris ucapan kedua lelaki itu yang selalu menohok dan membuat hatinya sakit, gadis itu kembali mendekati Bryan tak ada kata menyerah baginya untuk mendapatkan lelaki itu kembali.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang