Weekend kali ini Bilqis mengajak kedua orang tuanya untuk menghabiskan waktu bersama. Akhir-akhir ini orang tua Bilqis sering pergi ke luar kota dan ia harus menginap dirumah Alfiyah.
Papa dan mama Bilqis memiliki bisnis di berbagai kota mengingat Zanna baru saja membuka cabang baru hingga mengakibatkan ia dan suaminya sangat sibuk.
Mengharuskan mereka meninggalkan putri kesayangannya dirumah sahabat mereka. Bilqis merasa kekurangan kasih sayang orang tuanya.
Hidup yang tak kekurangan materi sedikit pun tidak menjamin kebahagiaan yang bisa didapat seseorang.
"Ma, Pa weekend ini piknik kayaknya seru deh. Bilqis kangen sama kalian," Ucap Bilqis kepada Ray dan Zanna yang masih sibuk dengan laptop di hadapan mereka masing-masing.
"Weekend ini gak bisa sayang. Mama masih sibuk dengan cabang baru bisnis kuliner mama di Bandung."
Bilqis memanyunkan bibirnya. Dulu sebelum usaha kedua orang tuanya berkembang pesat seperti ini mereka bertiga selalu menghabiskan waktu bersama.
Mengingat Bilqis adalah anak tunggal kadang membuat dirinya merasa kesepian di rumah apalagi saat di tinggal orang tuanya ke luar kota. Bi Mami, Asisten rumah tangganya juga sering pulang kampung karena ada keluarganya yang sakit.
"Papa bisa kan?"
"Papa juga gak bisa sayang. Kamu pikniknya sama Alfi aja ya nanti Papa kasih kartu kredit lagi untuk kamu."
Bilqis hanya terduduk diam. Bahkan untuk satu menit pun Ray dan Zanna tak bisa menyempatkan sedikit waktunya untuk putri sematawayangnya itu.
Ia rindu kehidupannya yang dulu. Walau tidak semerdeka sekarang tapi ia hidup berlimpah kasih sayang Mama Papanya. Sekarang Bilqis merasa uang telah membeli kasih sayang orang tuanya. Mereka lupa anak.
"Bentar aja Ma, Pa. Sudah seminggu kalian pergi ke luar kota dan baru 2 hari pulang, emangnya gak ada waktu sedikit aja untuk aku?" Rengek Bilqis yang merasa sangat kecewa pada orang tuanya ini.
"Jadwalnya sekarang lagi penuh banget, Nak. Lusa Mama sama Papa harus berangkat lagi ke Bandung," Zanna berusaha memberi pengertian pada putrinya.
"Aku ikut ya?"
"Kamu sekolah sayang."
"Aku bosen Ma sendiri terus di rumah."
"Kamu Papa titipin ke rumah Alfi." Ray menyahut walau matanya tetap fokus pada layar laptop di pangkuannya.
"Di titipin, lagi? Aku kayak gak punya orang tua aja selalu ngungsi ke rumah Alfi. Bete!"
Bilqis melangkahkan kaki menuju kamarnya, tempat dimana ia meluapkan semua keluh kesahnya.
Bilqis duduk diam di balkon kamarnya, ia mengenang masa-masa dimana ia yang dulu hidup sederhana namun tak kekurangan sedikit pun kasih sayang. Sedangkan sekarang Bilqis memang tak kekurangan materi dalam hidup tetapi kesibukan orang tuanya mengakibatkan ia kurang kasih sayang orang tua.
Ia berusaha paham dan mengerti kalo Mama Papanya begitu juga demi masa depannya. Tapi apa gunanya hidup enak kalo gak bahagia?
"Mama Papa emang tega! Gue cuma minta sedikit waktu kalian kayak dulu. Apa salah ya allah?"
Bilqis tak bisa membendung air matanya lagi. Kini air matanya lolos meluncur begitu saja melewati pipi mulusnya.
Pintu kamar Bilqis terbuka, Zanna masuk kedalam kamar putri kesayangannya.
Zanna melihat air mata yang terus mengalir dari mata putrinya itu.
"Kamu nangis, sayang?" Zanna menghapus jejak air mata di pipi putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...