"Bilqisss yuhuuuu! Qis, lo dimana?!!" Teriakan Alfiyah menggema di seluruh penjuru ruangan.
Bi Laila menutup telinga dengan kedua tangannya
"Non Bilqis ada di kamarnya non."
Alfiyah segera berlalu dan telinga Bi Laila sekarang aman.
Kata orang best friend itu seperti barang antik. Semakin lama, semakin tua, semakin berharga nilainya.
Tapi kalo sahabatnya macam Alfiyah beda lagi. Semakin lama, semakin tua, semakin kencang teriakannya.
Hadeh! Tuh mulut emang belum pernah ngerasa di sumpal pake kaos kaki atlet.
"Apaan sih lo! Tuh mulut apa toa?Nyaring bener."
Bilqis melihat Alfiyah dari lantai atas.
Alfiyah langsung berlari menghampiri Bilqis yang masih mengucek-ngucek matanya bahkan sesekali ia menguap.
"Ini masih subuh Alfi! Lo ngapain kerumah gue jam segini? Ganggu orang tidur aja."
Bilqis berjalan masuk kembali kedalam kamarnya.
"Lo nya aja yang kebo! Gak liat apa matahari udah ngintip lewat jendela!
"Ngintip lambungmu!"
Mereka berdua duduk di atas kasur big size milik Bilqis. Gadis itu kembali merebahkan dirinya.
Mimpi indahnya hancur sudah akibat ulah kera sakti satu ini.
"Bonyok kemana? Gak keliatan batang hidungnya."
"Biasalah orang sibuk. Gak kayak lo pengangguran yang kerjaannya gangguin orang mulu!"
Alfiyah tak mengubris ucapan sahabatnya itu. Anggap aja kayak kentut, berbau tapi tak terlihat.
Alfiyah mesem-mesem sendiri. Bilqis menoyor kepala gadis itu.
"Dih gila nih anak. Pagi-pagi udah senyam senyum gitu." ketus Bilqis.
"Gue bahagia banget! Lo tau gak? Tau gak? Ta---."
"Kagak! Kan lo belom cerita!"
Alfiyah nyengir. "Eh iya yah. Jadi kemarin tuh cowo gue ngasih kejutan, dia ngajak gue ke tempat yang romantis banget. Ahh baper kan gue kalo ngingetnya lagi."
Senyum manis terus terukir di wajah Alfiyah di tambah lagi lesung yang menghiasi pipinya.
"Di romantisin mulu di nikahin kagak!"
Alfiyah mengerucutkan bibirnya. "Lo mah suka gitu! Akibat kelamaan jomblo jadinya ngenes."
"Heh mendingan gue kali daripada lo punya pacar rasa jomblo! Datang cuma ada maunya aja."
"Kok lo tau sih dia minta sesuatu sama gue?"
"Nah bener kan. Morotin apalagi dia dari lo?"
Bilqis udah tau betul lelaki macam apa Okta itu. Datang pasti ada maunya doang, selama ini Alfiyah selalu menjadi korban perasaan.
Di ghosting sekendak jidat, menghilang bak di telan bumi, kalinya datang minta ini itu.
Alfiyah cengar-cengir antara mau jujur dengan tidak, tapi sorot mata tajam Bilqis memaksanya untuk berkata jujur.
"Dia pinjem blackcard gue hehe."
Sudah Bilqis duga. "Lo kasih?"
Alfiyah mengangguk. Bilqis hanya bisa memejamkan matanya erat, meredakan kekesalannya.
Punya sahabat kok bodohnya kayak pipa rucika, mengalir sampai jauh.
"Hati memang gak bisa melihat seperti mata, tapi hati bisa merasakan apa yang gak bisa di lihat oleh mata. Gunain hati lo buat bisa bedain mana cowo baik mana yang brengsek, jangan cuma bucin mulu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...