Wah nantangin

916 88 2
                                    

Happy Reading

***

Seperti biasa Bryan dan para antek-anteknya menghabiskan waktu di apartemennya, apartemen Bryan sudah seperti basecamp untuk mereka ditambah lagi jika berada disini di jamin tidak akan kelaparan.

"Wihh surga dunia bener apart si bos," ucap Devan melihat isi kulkas Bryan yang penuh dengan makanan dan minuman.

"Anjirr, Sa pipi lo napa?" tunjuk Adrian pada pipi kiri Aksa yang merah bahkan terdapat cap jari disana.

"Digampar Qilla," jawab Aksa malas.

"HAHAHAHHAHAHH! ANJIR! KOK BISA?" Devan yang mendengarnya tak bisa menahan tawanya yang sudah pecah begitu pun dengan yang lainnya kini mereka sudah tertawa lepas.

Aksa mencebikkan bibirnya, "Abisnya dia marah-marah mulu gegara gue belum hafal asmaul husnanya ter— "

"Jangan bilang lo nyium dia?" potong Adrian dan sialnya yang dikatakannya itu benar.

"I—Iya." Aksa cengengesan setelahnya.

"MODUS LO! RASAIN, OTAK MESUM SIH. ASAL SOSOR AJA DIGAMPAR KAN LO." teriak Devan memenuhi seluruh ruangan apartemen Bryan.

"BANGSAT LO!! Temen lagi sedih bukannya dihibur malah diketawain," maki Aksa.

"Sejak kapan kita temenan? Gak sudi gue"

"Cihh, nasib punya temen bangsat ya gini!Masih mending gue, gue nyosor juga pilih-pilih gak kayak lo! Jalang lewat aja langsung di sikat!!" balas Aksa tak terima lalu menoyor kepala Devan.

"Enak aja, itu kerjaannya Adrian bukan gue. Gue tobat mau cari istri sholehah."

Adrian yang namanya dibawa-bawa tak terima lalu membalas dengan menjitak kepala Devan.

"Mana ada cewek sholehah yang mau sama orang kotor kayak lo!" celetuk Bryan, ia jengah menjadi pendengar celotehan tak berfaedah dari teman-temannya.

"Bryan mah jarang nimbrung kalinya nimbrung nyakitin," ucap Devan dramatis.

"Alay lo." Adrian melempar bantal sofa kearah Devan dan lemparannya tepat mengenai wajah Devan.

"Awsss! Wajah ganteng gue!" Devan mendengus lalu kembali berbinar dan senyum-senyum sendiri kala ia teringat seorang wanita berhijab yang tanpa sengaja ia tabrak saat berada di supermarket beberapa hari lalu.

"Lah, napa tuh anak senyam-senyum sendiri? Udah gila?" tanya Adrian yang menyadari Devan tersenyum setelah ia timpuk dengan bantal sofa.

"Otaknya sengklek kali, lo sih Dri pake ditimpuk segala jadi gila kan," timpal Aksa, Devan mendengar semua ucapan teman laknatnya namun ia tak peduli sekarang hatinya sedang bahagia.

"Ketempelan nih orang." Kaivan ikut bersuara

Devan semakin melebarkan senyumnya, "Iya gue gila karena dia, wahai wanita berkerudung panjang."

"HAHAHAHAHHAAHAHAAH!!" Tawa semua temannya menggelegar.

"Ternyata ngayal!" maki Kaivan.

"Ngakak gue! Halu mulu." timpal Aksa.

"Impian lo ketinggian, Van. Yakali cewek sholehah mau sama lo yang kebangsatannya diatas rata-rata," hardik Adrian.

"Ghany nantangin kita balap," ujar Kaivan lalu menunjukkan ponselnya.

"Berapa taruhannya?" tanya Adrian.

"Kali ini taruhannya harga diri, Dri. Kalo kita gak terima, Ghany dan gengnya akan mempermalukan kita didepan semua orang."

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang