Cemburu, Mbak?

1K 97 4
                                    

Happy Reading

***
Bryan akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah ayahnya setelah lama tidak kembali ke rumah mewah itu. Ia hanya berniat untuk mengunjungi ayahnya tidak untuk kembali apalagi tinggal bersama.

"Ayah?" sapanya terkejut saat sosok tinggi tegap itu ternyata sudah menantinya.

"Masih inget rumah kamu?"

"Bryan hanya mau mengunjungi ayah. Bagaimana kabar, Ayah?"

"Apa peduli kamu? Anak kurang ajar seperti kamu tidak berhak menginjakkan kaki di rumah ini lagi."

"Bryan datang bukan ingin tinggal disini lagi tapi Bryan masih punya kewajiban untuk mengunjungi ayah."

"TIDAK PERLU! SAYA TIDAK BUTUH BELAS KASIHMU," teriak Ravin.

Seorang wanita muda menghampiri Ravin lalu mengelus pundaknya, "Mas, jaga emosi kamu."

Bryan berdecih, "Yang baru lagi, Yah?"

Ravin yang tidak terima dihina anaknya melayangkan tangannya lalu menampar wajah putranya itu.

PLAKK..

"KURANG AJAR KAMU!"

"Mas, cukup, Mas. Dia anak kamu. Kamu gakpapa, sayang?" ucap wanita itu berusaha membantu Bryan berdiri.

Bryan menghempas tangan wanita itu dari lengannya, "Jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo itu!"

Bryan bangkit dengan senyum di wajahnya bukan senyum bahagia melainkan senyum kekecewaan.

"Pelacur mana lagi yang ayah pungut ke rumah ini?" pasalnya wanita ini wanita yang berbeda saat terakhir kali Bryan menginjakkan kakinya di rumah ayahnya.

"JAGA UCAPAN KAMU, BRYAN STEVEN DIRGANTARA!"

"Heh, lo.. " tunjuknya kearah wanita dengan gaun mini yang ketat itu.

"Di bayar berapa lo sama bokap gue? Kecil-kecil udah jadi bitch," ejeknya.

"BRYAN!" Ravin hendak mengangkat tangannya lagi namun wanita itu menghalanginya.

"Udah, Mas. Biarin aja."

"Cukup ya, Bryan. Setiap kamu pulang selalu ada keributan di rumah ini, lebih baik kamu pergi dari sini! Ikut saja dengan wanita sialan itu, Ayah tidak butuh anak sepertimu lagi."

"Mas, dia anak kamu. Dia penerus kamu, jangan seperti itu, Mas." ucap wanita itu terus memainkan perannya sebagai ibu peri.

"Saya tidak butuh penerus seperti dia, toh saya masih bisa punya anak lagi yang tidak membangkang seperti dia."

"Baik, Yah. Bryan akan pergi dari sini dan Bryan harap ayah selalu sehat dan cepat sadar." Bryan melangkahkan kakinya keluar namun ucapan seseorang menghentikannya sejenak.

"Jangan pergi, Bryan. Kamu bisa kehilangan hak warismu jika berani melangkah meninggalkan rumah ini."

Bryan tersenyum smirk, "Gue gak haus harta kayak lo yang rela melayani om-om tua demi uang dan harta!"

"Kamu akan saya coret dari hak waris saya dan kamu tidak berhak menggunakan nama saya di belakang nama kamu," ucap Ravin penuh penekanan.

Bryan melangkah pergi tidak memperdulikan ucapan Ravin. Ia hanya membutuhkan tempat yang tenang saat ini untuk mendinginkan kepalanya yang terasa sangat panas.

***

"Bryan?" suara lembut itu menyapanya.

Bryan membuka matanya saat seseorang menyapanya lalu duduk di sampingnya.

Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang